PIFA.CO.ID, TEKNO - Kasus dugaan korupsi dan isu oplos Pertamax yang menimpa PT Pertamina (Persero) berdampak besar terhadap kepercayaan publik. Kini, masyarakat mulai beralih ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, seperti Shell Indonesia, meskipun harga bahan bakar minyak (BBM) di sana lebih mahal dibandingkan Pertamina.
Fenomena ini terjadi di berbagai daerah, termasuk di Kota Makassar, di mana antrean panjang terlihat di SPBU akibat kelangkaan BBM jenis Pertamax. Kejadian ini semakin memperburuk citra Pertamina yang sedang menghadapi berbagai masalah, termasuk skandal korupsi bernilai triliunan rupiah.
Selain itu, perbandingan harga BBM di Indonesia dengan negara lain juga semakin memperkuat ketidakpuasan masyarakat. Sebuah unggahan dari akun TikTok @/ridwanhrd mengungkapkan pengalaman mengisi BBM di SPBU Shell Brunei Darussalam, yang menawarkan harga jauh lebih murah dibandingkan Indonesia.
Menurut unggahan tersebut, Brunei Darussalam hanya memiliki SPBU Shell yang menjual dua jenis BBM, yaitu Premium (RON 95) dan V-Power (RON 97). Yang menarik, BBM subsidi di Brunei memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan Pertamax di Indonesia. Premium RON 95 di Brunei dihargai 0,53 Dollar Brunei atau sekitar Rp6.400 per liter, sedangkan V-Power RON 97 dijual dengan harga 0,88 Dollar Brunei atau setara Rp10.700 per liter.
Sebagai perbandingan, berikut harga BBM di SPBU Pertamina per 1 Maret 2025:
- Pertalite (RON 90): Rp10.000 per liter
- Pertamax (RON 92): Rp12.900 per liter
- Pertamax Green (RON 95): Rp13.700 per liter
- Pertamax Turbo (RON 98): Rp14.000 per liter
Sementara itu, harga BBM di SPBU Shell Indonesia lebih tinggi:
- Shell Super (RON 92): Rp13.590 per liter
- Shell V-Power (RON 95): Rp14.060 per liter
- Shell V-Power Diesel: Rp14.760 per liter
- Shell V-Power Nitro+ (RON 98): Rp14.240 per liter
Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih mempertimbangkan faktor kualitas dibandingkan harga, meskipun harga BBM di SPBU Shell lebih mahal daripada Pertamina. Dengan citra Pertamina yang terus menurun akibat berbagai permasalahan internal, diperlukan langkah strategis untuk memulihkan kepercayaan publik dan memastikan ketersediaan BBM berkualitas dengan harga yang lebih kompetitif.