Foto: Istimewa

Berita Internasional, PIFA - Beijing, China, kembali menerapkan prokes antipademi COVID-19 karena peningkatan kasus yang cukup signifikan. Meski pemerintah juga telah menjamin ketersediaan kebutuhan dan akan menindak pelaku penimbun makanan, aksi borong kebutuhan pokok di Beijing terus terjadi. 

Dilansir dari Antara, warga Beijing menyerbu sejumlah pasar, toko swalayan, dan pusat perbelanjaan untuk memborong berbagai kebutuhan. Aksi ini dilakukan sebagai persiapan menghadapi situasi terburuk setelah ditemukannya banyak kasus positif COVID-19 yang mengharuskan otoritas setempat membatasi pergerakan masyarakat.

"Saya sudah siapkan bahan makanan pokok, terutama telur, untuk beberapa hari ke depan," ucap seorang warga negara Indonesia kepada ANTARA di Beijing, pada hari Selasa (26/4). 

Dalam keterangannya, seorang WNI tersebut mengaku bahwa sa dan beberapa WNI lainnya rela dua hari berturut-turut mengantre di pusat perbelanjaan di sekitar tempat tinggalnya.

"Mi instan, sayur-mayur, dan buah-buahan sudah mulai menghilang di pasaran," jelas WNI lainnya yang tinggal di Distrik Chaoyang pada hari Senin (25/4).

Meskipun mulai langka, tidak ada kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Selain itu sebagian warga ada juga yang memanfaatkan jasa pesan-antar makanan atau bahan kebutuhan pokok walaupun dengan harga agak mahal.

Selain keperluan kebutuhan pokok, antrean yang mengular juga terlihat di tempat tes PCR di beberapa kompleks permukiman sejak hari Minggu (24/4) silam. Lapak tes PCR juga disediakan untuk pelayanan mandiri dengan biaya sendiri sebesar CNY 25 (Rp55 ribu) atau turun dibandingkan sebelumnya yang mencapai CNY 35 (Rp77 ribu).

Sejak Jumat (22/4) hingga Senin (25/4) lalu di Kota Beijing telah ditemukan 70 kasus positif COVID-19. Otoritas kesehatan setempat melakukan tindakan cepat tanggap agar wabah gelombang terkini itu tidak meluas.

"Pelacakan virus pada klaster terakhir ini identik dengan infeksi yang terjadi di luar Beijing," jelas Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kota Beijing, Pang Xinghuo, kepada pers.

Sepuluh kasus pertama ditemukan di salah satu sekolahan di Distrik Chaoyang pada Jumat (22/4). Sejak saat itu, otoritas mengerahkan semua kekuatan untuk mencegah meluasnya wabah, termasuk menutup total beberapa kawasan permukiman di Distrik Chaoyang dan Distrik Shunyi. (b)

Berita Internasional, PIFA - Beijing, China, kembali menerapkan prokes antipademi COVID-19 karena peningkatan kasus yang cukup signifikan. Meski pemerintah juga telah menjamin ketersediaan kebutuhan dan akan menindak pelaku penimbun makanan, aksi borong kebutuhan pokok di Beijing terus terjadi. 

Dilansir dari Antara, warga Beijing menyerbu sejumlah pasar, toko swalayan, dan pusat perbelanjaan untuk memborong berbagai kebutuhan. Aksi ini dilakukan sebagai persiapan menghadapi situasi terburuk setelah ditemukannya banyak kasus positif COVID-19 yang mengharuskan otoritas setempat membatasi pergerakan masyarakat.

"Saya sudah siapkan bahan makanan pokok, terutama telur, untuk beberapa hari ke depan," ucap seorang warga negara Indonesia kepada ANTARA di Beijing, pada hari Selasa (26/4). 

Dalam keterangannya, seorang WNI tersebut mengaku bahwa sa dan beberapa WNI lainnya rela dua hari berturut-turut mengantre di pusat perbelanjaan di sekitar tempat tinggalnya.

"Mi instan, sayur-mayur, dan buah-buahan sudah mulai menghilang di pasaran," jelas WNI lainnya yang tinggal di Distrik Chaoyang pada hari Senin (25/4).

Meskipun mulai langka, tidak ada kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Selain itu sebagian warga ada juga yang memanfaatkan jasa pesan-antar makanan atau bahan kebutuhan pokok walaupun dengan harga agak mahal.

Selain keperluan kebutuhan pokok, antrean yang mengular juga terlihat di tempat tes PCR di beberapa kompleks permukiman sejak hari Minggu (24/4) silam. Lapak tes PCR juga disediakan untuk pelayanan mandiri dengan biaya sendiri sebesar CNY 25 (Rp55 ribu) atau turun dibandingkan sebelumnya yang mencapai CNY 35 (Rp77 ribu).

Sejak Jumat (22/4) hingga Senin (25/4) lalu di Kota Beijing telah ditemukan 70 kasus positif COVID-19. Otoritas kesehatan setempat melakukan tindakan cepat tanggap agar wabah gelombang terkini itu tidak meluas.

"Pelacakan virus pada klaster terakhir ini identik dengan infeksi yang terjadi di luar Beijing," jelas Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kota Beijing, Pang Xinghuo, kepada pers.

Sepuluh kasus pertama ditemukan di salah satu sekolahan di Distrik Chaoyang pada Jumat (22/4). Sejak saat itu, otoritas mengerahkan semua kekuatan untuk mencegah meluasnya wabah, termasuk menutup total beberapa kawasan permukiman di Distrik Chaoyang dan Distrik Shunyi. (b)

0

0

You can share on :

0 Komentar

Berita Lainnya