Cerita Nadya Arina Akui Syuting Film "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu", Penuh Emosi dan Tawa Tak Terduga
PIFAbiz – Aktris Nadya Arina mengungkapkan pengalaman uniknya selama syuting film drama-komedi terbaru berjudul "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu". Dalam film besutan sutradara Monty Tiwa itu, Nadya memerankan karakter Feni yang ternyata membawanya pada pengalaman syuting yang menguras emosi sekaligus dipenuhi kejutan komedi yang tak terduga. Dalam konferensi pers pemutaran terbatas film yang digelar di Jakarta pada Selasa, Nadya mengaku tidak mengetahui sebelumnya tentang konsep film maupun karakteristik grup komedi GJLS yang terdiri dari Hifdzi Khoir, Rigen Rakelna, dan Ananta Rispo. "Gue enggak tahu gimana GJLS itu," kata Nadya, yang meskipun mengenal nama-nama personelnya, tidak menyadari bahwa ketiganya tergabung dalam satu grup komedi. Penasaran dengan gaya humor GJLS, Nadya kemudian berbincang dengan rekan mainnya, Benidictus Siregar. Ia pun disarankan menonton film pendek GJLS berjudul "Kuyup" di YouTube. Pengalaman menonton film tersebut justru semakin menumbuhkan rasa ingin tahunya. Proses syuting film menjadi tantangan tersendiri bagi Nadya. Dalam salah satu adegan, ia dituntut menampilkan ledakan emosi yang kompleks—marah, sedih, dan menangis—dalam satu waktu. Namun, adegan yang harusnya emosional itu malah memancing tawa dari para kru dan pemain lain karena improvisasi spontan yang dilakukan oleh Rispo. "Itu capek banget. Benar-benar. Harus sedih, menangis dan marah-marah, tapi yang lain, tuh, ketawa. Karena improvisasi Rispo, tuh, bikin yang lain ketawa," ungkap Nadya sambil tertawa mengenang momen tersebut. Salah satu penyebab situasi penuh kejutan ini adalah metode skrip yang digunakan sutradara Monty Tiwa. Menurut Hifdzi Khoir, naskah yang diberikan kepada masing-masing pemain bukanlah skenario lengkap, melainkan hanya bagian dialog dari karakter masing-masing. "Sebenarnya saat pembagian dari Pak Monty itu, skripnya bukan skrip jadi, tapi dialog orang per orang gitu. Jadi, gue pegang dialog gue doang," jelas Hifdzi. Karena itulah, para aktor tidak mengetahui alur keseluruhan cerita atau reaksi karakter lain dalam adegan. Bahkan untuk adegan di mana Nadya harus marah, ternyata dalam naskah Hifdzi dan Rigen tertulis bahwa mereka harus tertawa saat menyaksikan ekspresi marah Feni. Hal ini tidak diketahui Nadya dan Rispo, yang membuat momen itu menjadi benar-benar tidak terduga di lokasi syuting. Meski sempat kewalahan, Nadya mengaku sangat menikmati pengalaman bekerja dalam film ini dan tidak menutup kemungkinan untuk kembali berakting dalam genre komedi serupa di masa depan. "Ketagihan sih, menyenangkan sekali. Apalagi dengan tipe komedi-komedi ini, cocok banget," katanya. "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu" tak hanya menghadirkan komedi segar ala GJLS, namun juga dibintangi sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Bucek Depp, Reynavenzka Deyandra, dan Luna Maya. Film ini akan tayang di bioskop mulai 12 Juni 2025 dan telah diklasifikasikan sebagai tontonan untuk usia 17 tahun ke atas oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Ananta Rispo berharap film ini bisa memberikan warna baru bagi dunia komedi Indonesia dan meniru jejak kesuksesan film-film legendaris seperti karya-karya Warkop DKI. "Meskipun komedi ini punya pendekatan saintifik, kami tetap berharap film ini bisa menghibur dan punya pengaruh seperti Warkop zaman dulu," ujar Rispo. PIFAbiz – Aktris Nadya Arina mengungkapkan pengalaman uniknya selama syuting film drama-komedi terbaru berjudul "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu". Dalam film besutan sutradara Monty Tiwa itu, Nadya memerankan karakter Feni yang ternyata membawanya pada pengalaman syuting yang menguras emosi sekaligus dipenuhi kejutan komedi yang tak terduga. Dalam konferensi pers pemutaran terbatas film yang digelar di Jakarta pada Selasa, Nadya mengaku tidak mengetahui sebelumnya tentang konsep film maupun karakteristik grup komedi GJLS yang terdiri dari Hifdzi Khoir, Rigen Rakelna, dan Ananta Rispo. "Gue enggak tahu gimana GJLS itu," kata Nadya, yang meskipun mengenal nama-nama personelnya, tidak menyadari bahwa ketiganya tergabung dalam satu grup komedi. Penasaran dengan gaya humor GJLS, Nadya kemudian berbincang dengan rekan mainnya, Benidictus Siregar. Ia pun disarankan menonton film pendek GJLS berjudul "Kuyup" di YouTube. Pengalaman menonton film tersebut justru semakin menumbuhkan rasa ingin tahunya. Proses syuting film menjadi tantangan tersendiri bagi Nadya. Dalam salah satu adegan, ia dituntut menampilkan ledakan emosi yang kompleks—marah, sedih, dan menangis—dalam satu waktu. Namun, adegan yang harusnya emosional itu malah memancing tawa dari para kru dan pemain lain karena improvisasi spontan yang dilakukan oleh Rispo. "Itu capek banget. Benar-benar. Harus sedih, menangis dan marah-marah, tapi yang lain, tuh, ketawa. Karena improvisasi Rispo, tuh, bikin yang lain ketawa," ungkap Nadya sambil tertawa mengenang momen tersebut. Salah satu penyebab situasi penuh kejutan ini adalah metode skrip yang digunakan sutradara Monty Tiwa. Menurut Hifdzi Khoir, naskah yang diberikan kepada masing-masing pemain bukanlah skenario lengkap, melainkan hanya bagian dialog dari karakter masing-masing. "Sebenarnya saat pembagian dari Pak Monty itu, skripnya bukan skrip jadi, tapi dialog orang per orang gitu. Jadi, gue pegang dialog gue doang," jelas Hifdzi. Karena itulah, para aktor tidak mengetahui alur keseluruhan cerita atau reaksi karakter lain dalam adegan. Bahkan untuk adegan di mana Nadya harus marah, ternyata dalam naskah Hifdzi dan Rigen tertulis bahwa mereka harus tertawa saat menyaksikan ekspresi marah Feni. Hal ini tidak diketahui Nadya dan Rispo, yang membuat momen itu menjadi benar-benar tidak terduga di lokasi syuting. Meski sempat kewalahan, Nadya mengaku sangat menikmati pengalaman bekerja dalam film ini dan tidak menutup kemungkinan untuk kembali berakting dalam genre komedi serupa di masa depan. "Ketagihan sih, menyenangkan sekali. Apalagi dengan tipe komedi-komedi ini, cocok banget," katanya. "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu" tak hanya menghadirkan komedi segar ala GJLS, namun juga dibintangi sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Bucek Depp, Reynavenzka Deyandra, dan Luna Maya. Film ini akan tayang di bioskop mulai 12 Juni 2025 dan telah diklasifikasikan sebagai tontonan untuk usia 17 tahun ke atas oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Ananta Rispo berharap film ini bisa memberikan warna baru bagi dunia komedi Indonesia dan meniru jejak kesuksesan film-film legendaris seperti karya-karya Warkop DKI. "Meskipun komedi ini punya pendekatan saintifik, kami tetap berharap film ini bisa menghibur dan punya pengaruh seperti Warkop zaman dulu," ujar Rispo.