61 Titik Panas Terdeteksi di Kalbar, Masyarakat Diimbau Waspada Karhutla dan Cuaca Ekstrem
Kalbar | Selasa, 15 Juli 2025
PIFA, Lokal — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak mencatat 61 titik panas di wilayah Kalimantan Barat dalam beberapa hari terakhir, menandakan masuknya periode krusial yang rawan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Temuan ini menjadi peringatan dini bagi seluruh pihak agar lebih waspada dan tidak melakukan pembakaran terbuka, terlebih di tengah kondisi cuaca yang masih fluktuatif.
"Dengan semakin banyaknya titik panas yang terpantau di Kalbar, kondisi ini menjadi peringatan dini meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla)," ujar Koordinator Data dan Informasi BMKG Supadio, Sutikno, di Sungai Raya, Senin (14/7/2025).
Periode Rawan Karhutla Dimulai
BMKG memperkirakan bahwa wilayah Kalbar akan memasuki periode rawan karhutla pada 14–20 Juli 2025, di mana cuaca cenderung lebih kering meski masih terdapat hujan di sejumlah wilayah. Sutikno menyebut, kendati sebagian besar daerah masih mengalami hujan ringan hingga sangat lebat, kondisi tersebut tidak sepenuhnya mengeliminasi potensi kebakaran.
"Periode ini harus menjadi perhatian bersama. Terutama agar masyarakat tidak melakukan pembakaran dalam bentuk apa pun, baik untuk membuka lahan maupun membakar sampah," tegasnya.
Cuaca Ekstrem Masih Mengintai
Dalam 24 jam terakhir, BMKG mencatat hujan intensitas ringan hingga sangat lebat di beberapa titik. Ke depan, hingga 16 Juli, Kalbar masih berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat, terutama pada siang hingga sore hari.
Cuaca ekstrem ini dapat menimbulkan dampak lanjutan seperti genangan, banjir lokal, bahkan tanah longsor di wilayah rawan. Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca yang bisa datang secara tiba-tiba.
Kualitas Udara Masih Aman, Tapi Tetap Waspada
Sementara itu, kualitas udara di Kalbar per 13 Juli 2025 berdasarkan indeks PM2.5 masih berada dalam kategori baik hingga sedang. Namun, Sutikno memperingatkan bahwa kualitas udara bisa berubah drastis tergantung pada arah angin dan intensitas kebakaran.
"Kualitas udara bisa berubah dengan cepat. Karena itu, deteksi dini harus dibarengi dengan upaya pencegahan langsung di lapangan," katanya.
Imbauan BMKG untuk Warga Kalbar
Sebagai bentuk antisipasi, BMKG Supadio mengeluarkan sejumlah imbauan kepada masyarakat:
Tidak melakukan pembakaran terbuka untuk membuka lahan atau membersihkan pekarangan.
Mewaspadai hujan lebat, petir, dan angin kencang, terutama pada siang hingga sore hari.
Mengakses informasi cuaca resmi melalui aplikasi BMKG, media sosial, dan situs web.
Melaporkan temuan titik api ke otoritas setempat untuk penanganan cepat.
"Karhutla bisa dicegah jika semua pihak, termasuk masyarakat, ikut berperan aktif. Jangan bakar lahan, dan segera laporkan jika melihat potensi api," pungkas Sutikno.
BMKG Supadio juga memastikan akan terus berkoordinasi dengan BPBD, pemerintah daerah, dan instansi terkait lainnya dalam memantau perkembangan cuaca dan distribusi titik panas untuk meminimalkan risiko bencana di Kalimantan Barat.