PIFA, Lifestyle – Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Gisella Tani Pratiwi, M.Psi., mengingatkan orang tua untuk menerapkan aturan yang tepat bagi anak yang gemar bermain gim online. Menurutnya, paparan gim online atau perangkat elektronik secara berlebihan dan tidak sesuai usia dapat memengaruhi berbagai aspek perkembangan anak sejak dini.

“Aturan tidak hanya mencakup soal waktu, tetapi juga jenis permainan yang diperbolehkan,” ujar psikolog klinis anak dan remaja lulusan Universitas Indonesia itu kepada ANTARA, Senin (18/8). Ia menekankan pentingnya penyesuaian aturan bermain gim dengan waktu belajar agar tetap seimbang.

Berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), anak usia di bawah 18 bulan tidak dianjurkan terpapar layar kecuali untuk media edukasi dengan pendampingan orang tua atau video chatting. Untuk usia 18 bulan hingga 2 tahun, penggunaan perangkat dibatasi pada konten edukatif dengan bimbingan. Sementara anak usia 2–5 tahun disarankan tidak bermain gim lebih dari satu jam per hari untuk materi non-edukasi.

Pada usia 5–12 tahun, waktu bermain gim sebaiknya tidak lebih dari dua jam di luar tugas sekolah. Memasuki usia remaja (13 tahun ke atas), orang tua perlu membuat kesepakatan mengenai pengelolaan screen time sekaligus mengajarkan tanggung jawab dan keterampilan mengatur penggunaan media secara efektif.

Gisella menambahkan, screen time harus diimbangi dengan aktivitas fisik, interaksi sosial langsung, dan keterlibatan keluarga. Orang tua diharapkan menjadi teladan dalam menerapkan aturan tersebut, sekaligus memberikan pemahaman berkelanjutan tentang dampak positif dan negatif bermain gim online.

“Jika anak menunjukkan tanda-tanda adiksi dan melanggar aturan yang disepakati, sebaiknya ia dijauhkan sementara dari permainan tersebut,” ujarnya. Ia juga mendorong keluarga untuk menawarkan alternatif kegiatan menarik agar anak tidak bergantung pada gim online.