PIFA.CO.ID, INTERNASIONAL - Sedikitnya 490 anak Palestina dilaporkan tewas dalam kurun waktu 20 hari terakhir akibat gempuran militer Israel di Jalur Gaza. Data ini disampaikan secara resmi oleh Kantor Media Pemerintah Gaza pada Minggu (6/4), yang menyebut serangkaian serangan tersebut sebagai bagian dari genosida sistematis terhadap warga sipil Palestina.

Dalam pernyataannya, otoritas Gaza mengecam keras apa yang mereka sebut sebagai "salah satu kejahatan terhadap kemanusiaan paling mengerikan di era modern". Mereka menuduh militer Israel sengaja menargetkan warga sipil tak bersenjata, dengan anak-anak sebagai sasaran utama serangan udara.

“Selama dua puluh hari terakhir, Israel telah melakukan tindakan genosida yang mengejutkan terhadap anak-anak, dengan 490 anak meninggal dunia dalam serangkaian serangan barbar,” tulis kantor media tersebut. Jumlah total korban jiwa selama periode itu disebut telah mencapai 1.350 orang.

Kantor media Gaza juga membantah klaim Israel yang menyebut bahwa korban sipil hanyalah efek sampingan dari operasi militer terhadap kelompok bersenjata. Menurut mereka, statistik korban yang didominasi anak-anak menunjukkan adanya kebijakan yang disengaja dan sistematis, yang merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

Di tengah meningkatnya kecaman dunia internasional, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhir pekan lalu justru menyatakan bahwa operasi militer di Gaza akan terus ditingkatkan. Pernyataan itu disebut sejalan dengan upaya penerapan rencana Presiden AS Donald Trump yang kontroversial, yang bertujuan memindahkan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza.

Sejak pecahnya serangan besar-besaran pada Oktober 2023, lebih dari 50.700 warga Palestina dilaporkan tewas. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Sementara itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas agresinya yang berkepanjangan di wilayah tersebut.