5 Tradisi Unik Iduladha di Indonesia
Indonesia | Minggu, 16 Juni 2024
PIFA, Lifestyle - Hari Raya Iduladha jatuh pada tanggal 17 Juni 2024. Di Indonesia, Iduladha tidak hanya diwarnai dengan penyembelihan hewan kurban saja. Lebih dari itu, di berbagai daerah di Indonesia perayaan Idul Adha juga diwarnai dengan berbagai tradisi.
Tradisi ini sangat beragam, bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah Iduladha. Berikut tradisi Iduladha di berbagai daerah di Indonesia, seperti dirangkum dari berbagai sumber.
1. Manten Sapi, Pasuruan
Manten Sapi merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Pasuruan. Tradisi ini menjadi bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.
Sebelum dikurbankan, sapi-sapi tersebut akan didandani secantik mungkin bak pengantin. Hewan tersebut juga dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah. Pada tradisi ini, kain kafan menjadi tanda kesucian orang yang berkurban.
Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Setelah diarak dan dan disembelih, daging kurban tersebut akan diolah dan disantap bersama-sama oleh warga.
2. Mepe Kasur, Banyuwangi
Mepe kasur merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemiren, sebagai daerah asli tempat tinggal masyarakat Suku Osing.
Ritual ini digelar setiap tanggal 1 Dzulhijjah atau menjelang Hari Raya Idul Adha dan bagian dari ritual bersih desa. Warga di sana akan mengeluarkan kasur dari dalam rumah lalu dijemur di luar agar terhindar dari segala macam penyakit. Kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang.
3. Apitan, Semarang
Di Semarang perayaan Idul Adha diwarnai dengan Apitan, tradisi sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi ini biasa diawali dengan pembacaan doa dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani, ternak, dan nantinya hasil tani yang diarak ini akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.
4. Gamelan Sekaten, Cirebon
Ada sebuah tradisi perayaan Idul Adha yang dipercaya merupakan dakwah dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama islam di taah Cirebon. Ialah Gamelan Sekaten, tradisi ini selalu dilakukan setiap perayaan hari besar agama Islam yaitu, Idul Fitri dan Idul Adha.
Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan. Rangkaian Gamelan dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
5. Meugang, Aceh
Berasal dari kata Makmeugang, tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini sudah sangat familiar untuk masyarakat Aceh terutama di saat hari-hari besar keagamaan.
Tradisi ini identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diolah dengan beraneka ragam masakan. Sejarah Meugang awal diselenggarakan pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan sampai saat ini tetap dilestarikan oleh seluruh masyarakat Aceh saat menyambut hari-hari besar suci umat Islam. (ly)