Komisioner Bawaslu Kalbar, Faisal Riza. Foto: Istimewa

Berita Lokal, PIFA – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kalbar, Faisal Riza menyebutkan, pemilih dari kalangan generasi muda di Kalbar saat Pemilu 2024 mendatang, mencapai angka 68 persen. 

“Maka itu para pemuda ini memiliki peran strategis. Dengan prinsipnya kita selalu membuka diri dengan seluruh stakeholder salah satunya dari kalangan muda ini,” katanya, kemarin.

Dia menerangkan, Bawaslu Kalbar sendiri, terus menggandeng para generasi milenial untuk aktif berperan dalam melakukan pengawasan pada Pemilu tersebut. 

Apalagi kata Faisal, para generasi muda saat ini sudah terbiasa dengan kultur berbasis digital. Sehingga mereka tak asing lagi berinteraksi dengan sosial media dan seluruh platform media.

“Karena alasan itu, makanya kita ajak mereka untuk menjadi bagian dari proses pengawasan, itu secara informal,” tuturnya.

Sementara secara formalnya, Faisal mengatakan pihaknya juga terbuka untuk memberi ruang para generasi muda berperan langsung dalam melakukan pengawasan. 

“Misalnya mendaftar sebagai petugas pengawas tempat pemungutan suara (TPS) baik di tingkat Pengawas Kecamatan (Panwascam), kabupaten dan kota, hingga provinsi. Asalkan syaratnya terpenuhi, seperti usia minimal 25 tahun,” jelasnya.

Faisal menerangkan, pihaknya memang berfokus agar pemuda ini bisa lebih peduli dan sensitif. Sebab potensi hoaks berdasarkan data di atas kertas cukup besar di Indonesia. 

“Karena itu kami minta mereka meminimalisir dengan ikut mengawas,” tandasnya. (ap)

Berita Lokal, PIFA – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kalbar, Faisal Riza menyebutkan, pemilih dari kalangan generasi muda di Kalbar saat Pemilu 2024 mendatang, mencapai angka 68 persen. 

“Maka itu para pemuda ini memiliki peran strategis. Dengan prinsipnya kita selalu membuka diri dengan seluruh stakeholder salah satunya dari kalangan muda ini,” katanya, kemarin.

Dia menerangkan, Bawaslu Kalbar sendiri, terus menggandeng para generasi milenial untuk aktif berperan dalam melakukan pengawasan pada Pemilu tersebut. 

Apalagi kata Faisal, para generasi muda saat ini sudah terbiasa dengan kultur berbasis digital. Sehingga mereka tak asing lagi berinteraksi dengan sosial media dan seluruh platform media.

“Karena alasan itu, makanya kita ajak mereka untuk menjadi bagian dari proses pengawasan, itu secara informal,” tuturnya.

Sementara secara formalnya, Faisal mengatakan pihaknya juga terbuka untuk memberi ruang para generasi muda berperan langsung dalam melakukan pengawasan. 

“Misalnya mendaftar sebagai petugas pengawas tempat pemungutan suara (TPS) baik di tingkat Pengawas Kecamatan (Panwascam), kabupaten dan kota, hingga provinsi. Asalkan syaratnya terpenuhi, seperti usia minimal 25 tahun,” jelasnya.

Faisal menerangkan, pihaknya memang berfokus agar pemuda ini bisa lebih peduli dan sensitif. Sebab potensi hoaks berdasarkan data di atas kertas cukup besar di Indonesia. 

“Karena itu kami minta mereka meminimalisir dengan ikut mengawas,” tandasnya. (ap)

0

0

You can share on :

0 Komentar