Warga Surabaya keracunan daging kurban, ahli sebut disebabkan oleh mikroba. (Ilustrasi: Kompascom)

PIFA, Lifestyle - Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Annis Catur Adi turut menyoroti kasus 71 warga Kalilom, Kenjeran, Surabaya yang keracunan setelah diduga makan olahan daging kurban.

Annis mengungkapkan kemungkinan keracunan tersebut disebabkan adanya daging yang rusak.

Dirinya pun menampik terkait dugaan penyebab keracunan adalah karena daging sapi dan daging kambing dicampur.

Menurutnya, tidak ada masalah jika daging kambing dan sapi dicampur menjadi satu.

"Mungkin yang menyebabkan bukan karena komposisi tapi karena di antara salah satu itu dagingnya agak rusak," kata Annis seperti dikutip dari IDNTimes, Minggu (2/7/23).

Annis mengingatkan, daging mudah membusuk jika tidak disimpan di pendingin karena mengandung protein tinggi.

Dirinya menduga kuat terdapat rentan waktu yang lama antara penyembelihan hingga hewan kurban dibagikan ke masyarakat.

"Barangkali pas sembelih antara sapi dan kambing berbeda waktu yang jauh, jadi penanganan berbeda. Jadi kalau sudah lebih dari 6 jam sudah sangat berbeda jadi cenderung busuk," ujar dia.

Selain itu, Annis menjelaskan bahwa rusaknya daging atau pembusukan juga dapat disebabkan oleh pengolahan daging yang tidak higeinis.

"Apalagi kalau penanganan tidan higienis akan mempercepat pembusukan protein, cirinya baunya gak sedap," katanya.

Lebih lanjut Annis mengatakan jika ada indikasi pembusukan maka otomatis daging telah mengandung mikroba. Mikroba tersebut, kata Annis, yang bisa mengakibatkan keracunan.

"Jadi timbulnya keracunan karena mikroba yang biasa hidup di pangan hewani atau protein," jelas Annis. (ad) 

PIFA, Lifestyle - Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Annis Catur Adi turut menyoroti kasus 71 warga Kalilom, Kenjeran, Surabaya yang keracunan setelah diduga makan olahan daging kurban.

Annis mengungkapkan kemungkinan keracunan tersebut disebabkan adanya daging yang rusak.

Dirinya pun menampik terkait dugaan penyebab keracunan adalah karena daging sapi dan daging kambing dicampur.

Menurutnya, tidak ada masalah jika daging kambing dan sapi dicampur menjadi satu.

"Mungkin yang menyebabkan bukan karena komposisi tapi karena di antara salah satu itu dagingnya agak rusak," kata Annis seperti dikutip dari IDNTimes, Minggu (2/7/23).

Annis mengingatkan, daging mudah membusuk jika tidak disimpan di pendingin karena mengandung protein tinggi.

Dirinya menduga kuat terdapat rentan waktu yang lama antara penyembelihan hingga hewan kurban dibagikan ke masyarakat.

"Barangkali pas sembelih antara sapi dan kambing berbeda waktu yang jauh, jadi penanganan berbeda. Jadi kalau sudah lebih dari 6 jam sudah sangat berbeda jadi cenderung busuk," ujar dia.

Selain itu, Annis menjelaskan bahwa rusaknya daging atau pembusukan juga dapat disebabkan oleh pengolahan daging yang tidak higeinis.

"Apalagi kalau penanganan tidan higienis akan mempercepat pembusukan protein, cirinya baunya gak sedap," katanya.

Lebih lanjut Annis mengatakan jika ada indikasi pembusukan maka otomatis daging telah mengandung mikroba. Mikroba tersebut, kata Annis, yang bisa mengakibatkan keracunan.

"Jadi timbulnya keracunan karena mikroba yang biasa hidup di pangan hewani atau protein," jelas Annis. (ad) 

0

0

You can share on :

0 Komentar