Reka adegan kasus pemalakan terhadap adik kelasnya oleh pelaku SA. (Tribunnews)

PIFA, Nasional - Seorang anak SD berusia 8 tahun, berinisial SAH, menjadi korban penganiayaan hingga mengakibatkan matanya buta usai dicolok tusuk bakso oleh kakak kelasnya di sekolahnya pada tanggal 7 Agustus 2023.

Penganiayaan ini bermula saat SAH sedang berpartisipasi dalam lomba Hari Kemerdekaan di sekolahnya. Tiba-tiba SAH ditarik ke sebuah lorong oleh sekelompok siswa yang diduga kakak kelasnya. Terduga pelaku memaksa SAH untuk memberikan uang, tetapi saat SAH menolak.

Ayah SAH, Samsul Arif (36), warga Randu Padangan, Menganti, Gresik, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa karena menolak diminta uang jajan secara paksa itulah anaknya mengalami penganiayaan.

Kakak kelas SAH melakukan penganiayaan terhadap SAH dengan cara mencolok-colok mata korban menggunakan tusuk bakso.

"Karena nggak mau (kasih uang jajan), wajah anak saya ditutupi tangan (oleh pelaku), kemudian tusuk bakso itu dicolok-colokkan dari atas ke bawah di bagian mata kanan anak saya," tutur Samsul, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (19/9/2023).

Setelah insiden mengerikan itu, SAH berlari dan segera mencuci matanya yang berdarah. SAH selanjutnya mengeringkan area matanya dengan seragam sekolah, yang kemudian meninggalkan noda darah.

"Waktu itu ada luka sedikit, karena di seragamnya itu ada bekas darah. Sekarang sudah bersih karena dicuci," kata Samsul.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan, SAH mulai mengeluh bahwa ia tidak bisa melihat dengan mata kanannya.

Dalam upaya untuk menyelamatkan mata anaknya, Samsul segera membawa SAH ke Rumah Sakit Cahaya Giri di Bringkang, Menganti. SAH kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) Jawa Timur di Surabaya.

SAH kembali dirujuk dari RSMM ke RSUD Dr Soetomo. Di RSUD Dr Soetomo, dokter mengkonfirmasi kerusakan permanen pada syaraf mata kanan SAH, yang akhirnya menyebabkan kebutaan.

Samsul pun mencari keadilan untuk anaknya dan mendatangi pihak sekolah untuk mengidentifikasi pelaku, namun ia mengalami hambatan. Samsul merasa bahwa pihak sekolah berusaha menutupi kasus ini dan tidak memberikan kerjasama yang baik.

"Masak saya dlihatkan rekaman CCTV tanggal 25 Mei. Lah selama bulan 6, 7, 8 (Juni, Juli, Agustus) itu nggak ada rekaman sama sekali. Padahal setelah kejadian itu saya langsung minta lihat secara langsung rekaman CCTV, tapi dipersulit," ujar Samsul.

Pihak sekolah pun sempat berjanji akan menunjukkan rekaman CCTV setelah 3 minggu. Namun janji tinggal janji. Saat ditagih, sekolah beralasan bahwa rekaman CCTV tidak boleh diberikan ke sembarang orang.

Saat dikonfrontasi oleh mediam, pihak kepala sekolah, Ummi Latifah, enggan memberikan penjelasan.

"Sorry, sorry. Saya punya hak untuk tidak menjawab," kata sang kepala sekolah, Ummi Latifah, Sabtu (16/9/2023).

Karena mengalami kesulitan mendapatkan keadilan dari pihak sekolah, Samsul akhirnya meminta bantuan kepada Bhabinkamtibmas. Namun, bantuan yang diberikan juga terbatas.

Samsul akhirnya melaporkan kasus ini kepada kepala desa dan Polres Gresik. Polres Gresik telah menerima laporan ini dan menyatakan akan mendalami kasus tersebut meskipun sudah hampir sebulan berlalu sejak insiden tersebut pertama kali dilaporkan pada 28 Agustus lalu.

Kasat Reskrim Polres Gresik, AKP Aldhino Prima Wirdhan, mengonfirmasi bahwa penyelidikan masih berlangsung, dengan bukti-bukti dan saksi-saksi yang sedang dikumpulkan.

"Iya benar, saat ini masih kami selidiki. Kami masih mengumpulkan bukti-bukti dan memeriksa beberapa saksi," ujar Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan. (ad) 

PIFA, Nasional - Seorang anak SD berusia 8 tahun, berinisial SAH, menjadi korban penganiayaan hingga mengakibatkan matanya buta usai dicolok tusuk bakso oleh kakak kelasnya di sekolahnya pada tanggal 7 Agustus 2023.

Penganiayaan ini bermula saat SAH sedang berpartisipasi dalam lomba Hari Kemerdekaan di sekolahnya. Tiba-tiba SAH ditarik ke sebuah lorong oleh sekelompok siswa yang diduga kakak kelasnya. Terduga pelaku memaksa SAH untuk memberikan uang, tetapi saat SAH menolak.

Ayah SAH, Samsul Arif (36), warga Randu Padangan, Menganti, Gresik, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa karena menolak diminta uang jajan secara paksa itulah anaknya mengalami penganiayaan.

Kakak kelas SAH melakukan penganiayaan terhadap SAH dengan cara mencolok-colok mata korban menggunakan tusuk bakso.

"Karena nggak mau (kasih uang jajan), wajah anak saya ditutupi tangan (oleh pelaku), kemudian tusuk bakso itu dicolok-colokkan dari atas ke bawah di bagian mata kanan anak saya," tutur Samsul, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (19/9/2023).

Setelah insiden mengerikan itu, SAH berlari dan segera mencuci matanya yang berdarah. SAH selanjutnya mengeringkan area matanya dengan seragam sekolah, yang kemudian meninggalkan noda darah.

"Waktu itu ada luka sedikit, karena di seragamnya itu ada bekas darah. Sekarang sudah bersih karena dicuci," kata Samsul.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan, SAH mulai mengeluh bahwa ia tidak bisa melihat dengan mata kanannya.

Dalam upaya untuk menyelamatkan mata anaknya, Samsul segera membawa SAH ke Rumah Sakit Cahaya Giri di Bringkang, Menganti. SAH kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) Jawa Timur di Surabaya.

SAH kembali dirujuk dari RSMM ke RSUD Dr Soetomo. Di RSUD Dr Soetomo, dokter mengkonfirmasi kerusakan permanen pada syaraf mata kanan SAH, yang akhirnya menyebabkan kebutaan.

Samsul pun mencari keadilan untuk anaknya dan mendatangi pihak sekolah untuk mengidentifikasi pelaku, namun ia mengalami hambatan. Samsul merasa bahwa pihak sekolah berusaha menutupi kasus ini dan tidak memberikan kerjasama yang baik.

"Masak saya dlihatkan rekaman CCTV tanggal 25 Mei. Lah selama bulan 6, 7, 8 (Juni, Juli, Agustus) itu nggak ada rekaman sama sekali. Padahal setelah kejadian itu saya langsung minta lihat secara langsung rekaman CCTV, tapi dipersulit," ujar Samsul.

Pihak sekolah pun sempat berjanji akan menunjukkan rekaman CCTV setelah 3 minggu. Namun janji tinggal janji. Saat ditagih, sekolah beralasan bahwa rekaman CCTV tidak boleh diberikan ke sembarang orang.

Saat dikonfrontasi oleh mediam, pihak kepala sekolah, Ummi Latifah, enggan memberikan penjelasan.

"Sorry, sorry. Saya punya hak untuk tidak menjawab," kata sang kepala sekolah, Ummi Latifah, Sabtu (16/9/2023).

Karena mengalami kesulitan mendapatkan keadilan dari pihak sekolah, Samsul akhirnya meminta bantuan kepada Bhabinkamtibmas. Namun, bantuan yang diberikan juga terbatas.

Samsul akhirnya melaporkan kasus ini kepada kepala desa dan Polres Gresik. Polres Gresik telah menerima laporan ini dan menyatakan akan mendalami kasus tersebut meskipun sudah hampir sebulan berlalu sejak insiden tersebut pertama kali dilaporkan pada 28 Agustus lalu.

Kasat Reskrim Polres Gresik, AKP Aldhino Prima Wirdhan, mengonfirmasi bahwa penyelidikan masih berlangsung, dengan bukti-bukti dan saksi-saksi yang sedang dikumpulkan.

"Iya benar, saat ini masih kami selidiki. Kami masih mengumpulkan bukti-bukti dan memeriksa beberapa saksi," ujar Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan. (ad) 

0

0

You can share on :

0 Komentar