Foto Ilustrasi: CNN Indonesia

Berita Internasional, PIFA - Kepala WHO Eropa Hans Kluge memperingatkan bahwa kasus cacar monyet (monkeypox) di Eropa telah meningkat tiga kali lipat dalam dua pekan terakhir. Melansir Associated Press yang dimuat Kompascom, peringatan tersebut disampaikan Hans Kluge pada Jumat (1/7/2022) lalu.

Pada kesempatan tersebut, dia turut mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi cacar monyet di kawasan Benua Biru (Eropa). Sementara itu, otoritas kesehatan Afrika mengatakan bahwa mereka menyebut wabah cacar monyet yang meluas saat ini sebagai keadaan darurat.

Afrika pun meminta negara-negara kaya untuk berbagi persediaan vaksin yang terbatas untuk menghindari ketimpangan yang terlihat selama pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, dalam pernyataannya Kluge mengatakan bahwa peningkatan upaya untuk mengatasi cacar monyet sangat diperlukan.

Pada pekan lalu, WHO melaporkan bahwa wabah cacar monyet saat ini sedang meningkat. Namun pihaknya belum menyatakan penyakit yang berasal dari Afrika itu sebagai kasus darurat kesehatan global.

“Tindakan mendesak dan terkoordinasi sangat penting jika kita ingin mengubah arah dalam perlombaan untuk membalikkan penyebaran penyakit ini yang sedang berlangsung,” tambah Kluge.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melaporkan hingga saat ini, lebih dari 5.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 51 negara di seluruh dunia yang biasanya tidak melaporkan penyakit tersebut. Kluge mengatakan, jumlah kasus cacar monyet di Eropa mewakili sekitar 90 persen dari total global, dengan 31 negara di kawasan Eropa telah mengidentifikasi kasusnya.

"Kluge menambahkan, data yang dilaporkan ke WHO menunjukkan bahwa 99 persen kasus terjadi pada pria, di mana mayoritas adalah pria yang berhubungan seks dengan sesama pria. Namun, ada sejumlah kecil kasus di antara kontak rumah tangga, termasuk anak-anak," demikian dikutip dari Kompascom (3/6).

Berdasarkan laporan gejalanya, para pasien mengalami ruam, demam, kelelahan, nyeri otot, muntah, dan kedinginan. Untuk itu para ilmuwan memperingatkan siapa pun yang melakukan kontak fisik dengan seseorang yang menderita cacar monyet atau pakaian atau seprai mereka berisiko terinfeksi.

Adapun mereka yang rentan terinfeksi dengan gejala parah adalah anak-anak dan wanita hamil.

"Sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit untuk perawatan atau diisolasi, dan satu orang dirawat di unit perawatan intensif. Tidak ada kematian yang dilaporkan," lanjut redaksi Kompascom.

Kluge mengungkapkan masalah stigmatisasi juga terjadi di beberapa negara. Kini, WHO tengah bekerja sama dengan berbagai mitra termasuk penyelenggara acara-acara gay pride.

Berita Internasional, PIFA - Kepala WHO Eropa Hans Kluge memperingatkan bahwa kasus cacar monyet (monkeypox) di Eropa telah meningkat tiga kali lipat dalam dua pekan terakhir. Melansir Associated Press yang dimuat Kompascom, peringatan tersebut disampaikan Hans Kluge pada Jumat (1/7/2022) lalu.

Pada kesempatan tersebut, dia turut mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi cacar monyet di kawasan Benua Biru (Eropa). Sementara itu, otoritas kesehatan Afrika mengatakan bahwa mereka menyebut wabah cacar monyet yang meluas saat ini sebagai keadaan darurat.

Afrika pun meminta negara-negara kaya untuk berbagi persediaan vaksin yang terbatas untuk menghindari ketimpangan yang terlihat selama pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, dalam pernyataannya Kluge mengatakan bahwa peningkatan upaya untuk mengatasi cacar monyet sangat diperlukan.

Pada pekan lalu, WHO melaporkan bahwa wabah cacar monyet saat ini sedang meningkat. Namun pihaknya belum menyatakan penyakit yang berasal dari Afrika itu sebagai kasus darurat kesehatan global.

“Tindakan mendesak dan terkoordinasi sangat penting jika kita ingin mengubah arah dalam perlombaan untuk membalikkan penyebaran penyakit ini yang sedang berlangsung,” tambah Kluge.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melaporkan hingga saat ini, lebih dari 5.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 51 negara di seluruh dunia yang biasanya tidak melaporkan penyakit tersebut. Kluge mengatakan, jumlah kasus cacar monyet di Eropa mewakili sekitar 90 persen dari total global, dengan 31 negara di kawasan Eropa telah mengidentifikasi kasusnya.

"Kluge menambahkan, data yang dilaporkan ke WHO menunjukkan bahwa 99 persen kasus terjadi pada pria, di mana mayoritas adalah pria yang berhubungan seks dengan sesama pria. Namun, ada sejumlah kecil kasus di antara kontak rumah tangga, termasuk anak-anak," demikian dikutip dari Kompascom (3/6).

Berdasarkan laporan gejalanya, para pasien mengalami ruam, demam, kelelahan, nyeri otot, muntah, dan kedinginan. Untuk itu para ilmuwan memperingatkan siapa pun yang melakukan kontak fisik dengan seseorang yang menderita cacar monyet atau pakaian atau seprai mereka berisiko terinfeksi.

Adapun mereka yang rentan terinfeksi dengan gejala parah adalah anak-anak dan wanita hamil.

"Sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit untuk perawatan atau diisolasi, dan satu orang dirawat di unit perawatan intensif. Tidak ada kematian yang dilaporkan," lanjut redaksi Kompascom.

Kluge mengungkapkan masalah stigmatisasi juga terjadi di beberapa negara. Kini, WHO tengah bekerja sama dengan berbagai mitra termasuk penyelenggara acara-acara gay pride.

0

0

You can share on :

0 Komentar