Warga Pontianak, Zainal Abidin (50), membagikan cerita tentang proses penyembelihan hewan kurban. (Dok. PIFA/Andrie P Putra)

PIFA, Lokal - Idul Adha jadi berkah tersendiri bagi para penjagal hewan kurban. Satu di antaranya Zainal Abidin (50). Warga Kota Pontianak ini kebanjiran orderan menyembelih hewan kurban.

Dia mengatakan, untuk wilayah Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, telah mendapat pesanan memotong hewan sapi 70 ekor dan kambing 200 ekor. 

“Menjagal hewan kurban ini bukan sebuah bisnis, tapi kewajiban kita membantu masyarakat yang berkurban,” kata Zainal,  Selasa (27/6/2023). 

Zainal menjelaskan, memotong hewan kurban berbeda dengan menyembelih hewan-hewan ternak pada umumnya, di antara syaratnya adalah harus salat 5 waktu dan harus tahu hukum-hukum menyembelih hewan.

Kemudian, pisau yang disiapkan juga harus sangat tajam. Agar hewan kurban tidak merasakan sakit saat disembelih.

“Selain itu kita juga harus ikut berkurban, baru menjagal hewan korban orang lain,” terang Zainal.

Zainal memiliki rumah potong hewan sendiri. Namun ada juga masyarakat yang meminta dia menyembelih hewan kurban di masjid atau rumah-rumah. 

“Menyembelih di rumah potong sendiri, tapi ada juga masyarakat meminta ke masjid atau ke rumah. Biasanya kita kirim tim ke sana,” ucapnya.

Para penjagal hewan kurban tidak boleh dibayar dengan daging kurban, melainkan dengan uang. Maka dari itu, untuk upah per ekor sapi Rp 300.000 sedangkan kambing Rp150.000.

“Alhamdulillah sampai hari ini sapi 70 ekor, kambing 150-200 ekor,” ujar Zainal. 

Zainal sendiri sudah menyiapkan 'senjata' khusus untuk menyembelih hewan-hewan kurban. Dia memilih pisau yang dibuat oleh para pandai besi di negara Jerman. Mata pisau yang tajam menjadi keutamaan agar hewan kurban tak merasakan sakit saat disembelih.

"Kita gunakan yang buatan Jerman, tak begitu mahal. Mesti pisau setajam mungkin sehingga hewan disembelih itu tak merasa disakiti. Sehingga kami sebut itu seperti tertidur saja hewan saat disembelih efek dari ketajaman pisau yang maksimal," ceritanya.

Meski sudah makan asam garam saat menggorok hewan, tapi tetap saja ada hal yang menjadi kendala bagi Zainal saat menyembelih hewan kurban. Biasanya yang terjadi, dia kerepotan saat berhadapan dengan sapi yang cukup liar saat akan disembelih.

"Biasanya ada sapi liar mengamuk. Kita dipanggil satu orang saja sehingga mesti melatih orang menumbangkan hewan dan lainnya. Karena sapi harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga saat disembelih itu enak dan kami selamat. Karena kalau ditendang itu bisa fatal," pungkasnya. (ap)

PIFA, Lokal - Idul Adha jadi berkah tersendiri bagi para penjagal hewan kurban. Satu di antaranya Zainal Abidin (50). Warga Kota Pontianak ini kebanjiran orderan menyembelih hewan kurban.

Dia mengatakan, untuk wilayah Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, telah mendapat pesanan memotong hewan sapi 70 ekor dan kambing 200 ekor. 

“Menjagal hewan kurban ini bukan sebuah bisnis, tapi kewajiban kita membantu masyarakat yang berkurban,” kata Zainal,  Selasa (27/6/2023). 

Zainal menjelaskan, memotong hewan kurban berbeda dengan menyembelih hewan-hewan ternak pada umumnya, di antara syaratnya adalah harus salat 5 waktu dan harus tahu hukum-hukum menyembelih hewan.

Kemudian, pisau yang disiapkan juga harus sangat tajam. Agar hewan kurban tidak merasakan sakit saat disembelih.

“Selain itu kita juga harus ikut berkurban, baru menjagal hewan korban orang lain,” terang Zainal.

Zainal memiliki rumah potong hewan sendiri. Namun ada juga masyarakat yang meminta dia menyembelih hewan kurban di masjid atau rumah-rumah. 

“Menyembelih di rumah potong sendiri, tapi ada juga masyarakat meminta ke masjid atau ke rumah. Biasanya kita kirim tim ke sana,” ucapnya.

Para penjagal hewan kurban tidak boleh dibayar dengan daging kurban, melainkan dengan uang. Maka dari itu, untuk upah per ekor sapi Rp 300.000 sedangkan kambing Rp150.000.

“Alhamdulillah sampai hari ini sapi 70 ekor, kambing 150-200 ekor,” ujar Zainal. 

Zainal sendiri sudah menyiapkan 'senjata' khusus untuk menyembelih hewan-hewan kurban. Dia memilih pisau yang dibuat oleh para pandai besi di negara Jerman. Mata pisau yang tajam menjadi keutamaan agar hewan kurban tak merasakan sakit saat disembelih.

"Kita gunakan yang buatan Jerman, tak begitu mahal. Mesti pisau setajam mungkin sehingga hewan disembelih itu tak merasa disakiti. Sehingga kami sebut itu seperti tertidur saja hewan saat disembelih efek dari ketajaman pisau yang maksimal," ceritanya.

Meski sudah makan asam garam saat menggorok hewan, tapi tetap saja ada hal yang menjadi kendala bagi Zainal saat menyembelih hewan kurban. Biasanya yang terjadi, dia kerepotan saat berhadapan dengan sapi yang cukup liar saat akan disembelih.

"Biasanya ada sapi liar mengamuk. Kita dipanggil satu orang saja sehingga mesti melatih orang menumbangkan hewan dan lainnya. Karena sapi harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga saat disembelih itu enak dan kami selamat. Karena kalau ditendang itu bisa fatal," pungkasnya. (ap)

0

0

You can share on :

0 Komentar