Coach Indra Sjafri Fokus Benahi Tim Jelang Piala Asia U-20
Indonesia | Jumat, 31 Januari 2025
Coach Indra Sjafri saat menukangi Timnas U-20 Indonesia di Mandiri Challenge Series 2025. (Dok. PSSI)
Indonesia | Jumat, 31 Januari 2025
Internasional
PIFA.CO.ID, INTERNASIONAL - Sebuah laporan terbaru dari The Washington Post mengungkapkan bahwa sejumlah badan penegak hukum di Amerika Serikat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai jalan pintas dalam mengidentifikasi dan menahan tersangka, meskipun tidak ada bukti independen yang menghubungkan mereka dengan tindak kejahatan. Sebanyak 15 departemen kepolisian di 12 negara bagian dilaporkan telah melakukan penahanan terhadap beberapa tersangka berdasarkan hasil algoritma AI.Laporan tersebut menyoroti pelanggaran kebijakan internal oleh aparat, yang seharusnya mengharuskan setiap bukti yang diperoleh dengan bantuan AI didukung oleh bukti lain. Investigasi mengungkapkan bahwa setidaknya delapan orang ditahan secara keliru akibat penggunaan teknologi pengenalan wajah.Dalam beberapa kasus, penyidik disebut mengabaikan alibi tersangka, pernyataan saksi palsu, serta bukti fisik seperti sidik jari dan DNA yang menunjukkan keterlibatan orang lain. Bahkan, ada kasus di mana seorang wanita hamil tujuh bulan ditahan karena dituduh terlibat dalam perampasan mobil, meskipun tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut.The Washington Post juga mencatat bahwa penyidik sering mengabaikan perbedaan fisik yang jelas antara tersangka dan pelaku sebenarnya yang terekam oleh kamera pengawas. Laporan ini menegaskan bahwa skala penyalahgunaan teknologi tersebut kemungkinan jauh lebih besar, mengingat tidak adanya kewajiban hukum bagi penyidik untuk melaporkan penggunaan AI dalam proses identifikasi tersangka.
Pifabiz
PIFAbiz - Film Thaghut yang dibintangi oleh Arbani Yasiz, Ria Ricis, dan Yasmin Napper dijadwalkan tayang di bioskop pada 29 Agustus 2024. Namun, sebelum penayangan, film besutan sutradara Bobby Prasetyo ini menghadapi ancaman masalah hukum. Sekelompok orang yang mengaku sebagai praktisi pengobatan alternatif, atau yang dikenal sebagai dukun, melayangkan somasi kepada rumah produksi Leo Pictures. Kelompok yang menamakan diri "Dukun Putih" tersebut menyatakan keberatan terhadap konten film Thaghut, yang dianggap menyinggung profesi mereka. Menurut mereka, sinopsis dan beberapa video promosi film ini memberikan pandangan negatif terhadap dukun di Indonesia. Mereka menekankan bahwa dukun terbagi ke dalam banyak kategori, dan tidak semuanya memiliki niat jahat. "Dukun putih" merasa dirugikan oleh pernyataan yang menyebutkan bahwa semua dukun adalah sesat, yang muncul dalam materi promosi film tersebut. Dwi Lestari, perwakilan kelompok ini, melayangkan surat somasi pada 21 Agustus 2024. Tari, sapaan akrabnya, meminta klarifikasi dari Leo Pictures mengenai klaim bahwa percaya dukun dianggap sebagai sesuatu yang Thaghut (melampaui batas), tanpa ada penjelasan lanjutan. Ia menekankan bahwa generalisasi semacam itu berpotensi menimbulkan miskonsepsi di masyarakat. "Tindakan menggeneralisasi tersebut menjadikan profesi ini seolah-olah semuanya adalah tindakan yang salah dan sifatnya keji. Hal ini tentu sangat merugikan secara materiil dan immateriil bagi pihak-pihak yang disebut sebagai 'dukun putih' yang melakukan pekerjaannya secara logis dan tidak melakukan kegiatan atau upacara mistis," ujar Tari dalam keterangan tertulis seperti dikutip dari Suara.com, Rabu. Film Thaghut bukan kali ini saja menghadapi kontroversi. Sebelumnya, film ini mendapat teguran dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) karena sempat menggunakan judul Kiblat. Menurut Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Muhammad Cholil Nafis, film ini dinilai tidak layak beredar karena dianggap sebagai kampanye hitam terhadap ajaran agama. Film Thaghut mengisahkan tentang Ainun (Yasmin Napper) yang baru mengetahui bahwa seorang dukun terkenal, Abah Mulya (Whani Darmawan), adalah ayahnya yang baru saja meninggal. Ainun pun harus menghadapi dilema ketika diminta melanjutkan ajaran sesat ayahnya, yang bertentangan dengan keyakinan yang telah ia bangun selama di pesantren. Bersama teman-temannya, Bagas (Arbani Yasiz) dan Rini (Ria Ricis), Ainun berjuang melawan teror ajaran sesat tersebut. (b)
Lokal
Berita Mempawah, Kalbar - Pifa, Karyawan PT Kalimantan Kelapa Jaya (KKJ) Sungai Pinyuh melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati. Mempawah, Senin (20/9/ 2021) Terlihat sekitar ratusan masyarakat yang melakukan unjuk rasa menyuarakan suaranya menuntut keadilan. Beberapa tuntunan yang disampaikan para pengunjuk rasa, karena mereka merasa tidak adanya keadilan di PT KKJ Sungai Pinyuh terhadap karyawan. Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Unjuk Rasa, Jailani, menyebutkan bahwa sebelum dilakukannya aksi, pihaknya telah memberikan surat tembusan ke berbagai pihak. "Sebelum kita aksi hari ini tentunya kita telah mengikuti prosedur dan telah kita surati berbagai pihak terkait," tegasnya. Dia juga mengatakan, tujuan dilakukannya aksi tersebut meminta keadilan dan hak dari pihak perusahaan. "Kita lakukan aksi di depan kantor Bupati tentunya agar keluhan kita didengar, dan bisa diberi bantuan, agar pihak perusahaan dapat memberikan hak-hak kami sebagai pekerja," jelasnya. "Alhamdulillah pada saat ini tadi kita langsung diterima oleh Wakil Bupati, dan harapan kita sebenarnya Bupati yang hadir, tetapi karena Bupati ada kegiatan dinas maka diwakilkan oleh Wakil Bupati, dan juga ada pak Sekda," terangnya. Dilakukannya aksi unjuk rasa kali ini disinyalir oleh tidak menentunya jam kerja yang diterapkan oleh pihak perusahaan. "Karena kurang lebih dua tahun ini pemberlakuan jam kerja itu tidak normal atau tidak menentu, gara-gara inilah awalnya," tegasnya. Selanjutnya kata Jailani, kebijakan yang diambil oleh perusahaan juga dinilai merugikan para pekerja. "Sekarang ini sudah ada namanya kelapa putih, kelapa yang sudah dikupas kulit dan cangkangnya, sehingga pekerja yang ada di perusahaan kehilangan tempat untuk bekerja dan jam kerja kami tidak normal," terangnya. "Sebelum adanya kelapa putih ini pekerja masih tetap normal bekerja, tidak ada keluhan dan jam kerja kita masih normal dan sesuai shift," jelasnya lagi. Namun kata Jailani, semakin dilihat dalam kurun waktu 2-3 bulan terakhir ini pihak perusahaan malah gencar membangun gudang-gudang baru. "Itu juga yang kami kesalkan, adanya gudang-gudang baru, dan malah kami tidak dipekerjakan sesuai ketetapan yang ada. Jadi pekerja di Pabrik utama ini sudah banyak yang kehilangan jam kerjanya, karena kelapa yang datang sudah kelapa putih," tegasnya. "Pekerja yang biasa bekerja sebanyak pengupas kulit ari, sortir, tempurung dan sebagainya kehilangan pekerjaannya, karena kelapa yang datang sudah kelapa putih," tutupnya.