Seiring adopsi AI yang semakin luas, teknologi ini tak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga bisa disalahgunakan. Salah satu contohnya adalah Dark AI, yaitu penerapan AI, khususnya Generative AI (GenAI), untuk memfasilitasi serangan siber.
Dark AI dirancang untuk mengeksploitasi kerentanan sistem, berbeda dengan AI konvensional yang fokus pada efisiensi dan otomasi. Dengan kemampuan belajar dan beradaptasi secara mandiri, dark AI bisa menyusup ke sistem, memanipulasi data, dan melakukan serangan yang sulit dideteksi.
Contoh Dark AI: FraudGPT
Salah satu contoh nyata adalah FraudGPT, sebuah GenAI yang muncul di dark web dan dirancang untuk aktivitas kriminal siber, seperti:
- Menulis kode berbahaya dan malware
- Membuat halaman phishing
- Mengembangkan alat peretasan
- Mengeksploitasi celah keamanan
- Membuat surat atau halaman penipuan
FraudGPT ditemukan oleh peneliti Netenrich pada Juli 2023, dengan antarmuka mirip ChatGPT, memudahkan pelaku kejahatan melancarkan serangan siber.
Dampak Dark AI
Bagi organisasi, dark AI berarti:
- Peningkatan risiko malware, ransomware, dan deepfake
- Kebutuhan alat deteksi ancaman lebih canggih
- Persiapan menghadapi volume serangan yang lebih tinggi
Bagi konsumen, ancamannya termasuk kebocoran data pribadi dan kerentanan pada layanan digital sehari-hari.
Cara Melindungi Diri dari Dark AI
1. Pelatihan dan edukasi karyawan
Tingkatkan kesadaran terhadap phishing dan aktivitas mencurigakan.
2. Adopsi alat keamanan berbasis AI
Gunakan sistem AI-native yang mampu mendeteksi pola aktivitas dark AI.
3. Manfaatkan kecepatan AI untuk pertahanan
Gunakan GenAI dan ML untuk menandingi kecepatan serangan.
4. Kolaborasi dengan komunitas keamanan siber
Berbagi intelijen ancaman untuk memperkuat pertahanan secara proaktif.
Dark AI seperti FraudGPT menandai era baru dalam ancaman siber, di mana AI dapat beradaptasi, berkembang, dan mengotomatisasi serangan kompleks dalam skala besar. Kesadaran, teknologi canggih, dan kolaborasi menjadi kunci untuk menghadapi ancaman ini secara efektif.