Ilustrasi indikator ekonomi Indonesia yang baik di tengah krisis global. (Foto: Dok. PIFA/Freepik nicedream30)

Berita Internasional, PIFA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa sejumlah indikator ekonomi Indonesia saat ini berada dalam posisi yang baik. Untuk itu, ia pun mengajak semua pihak untuk tetap optimistis dalam menghadapi ketidakpastian dan krisis global yang mengancam dunia sekarang.

“Kita semuanya harus tetap optimis meskipun lembaga-lembaga internasional menyampaikan bahwa tahun ini sulit, tahun depan akan gelap. Silakan negara-negara lain, negara kita harus tetap optimistis. Tetapi memang harus waspada, harus hati-hati karena badainya itu sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi akan menyebar sampai ke mana, imbasnya ke kita seperti apa,” ungkap Presiden saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37 yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai City (BSD City), Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022).

Presiden menyebut, di tengah resesi yang mengancam sejumlah negara, perekonomian Indonesia pada kuartal II-2022 masih dapat tumbuh sebesar 5,44 persen. Presiden juga mengajak semua pihak untuk bersyukur dengan kondisi ini, menurutnya Indonesia merupakan satu diantara negara yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya di negara-negara G20.

“Kita patut bersyukur bahwa di tengah-tengah krisis, di tengah-tengah resesi, Indonesia di kuartal kedua masih tumbuh 5,44 persen. Ini wajib kita syukuri. Kita termasuk negara yang memiliki growth/pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara G20 maupun negara-negara lainnya,” imbuhnya.

Kepala Negara menjelaskan, segi inflasi, pada bulan Agustus inflasi di tanah air masih terkendali pada angka 4,6 persen sementara kuartal II 4,9 persen. Tingkat inflasi Indonesia juga relatif lebih baik dari sejumlah negara di dunia.

“Karena kenaikan BBM kemarin inflasi naik sedikit 5,9 persen, masih bisa kita kendalikan,” ujarnya.

Sementara dari sisi neraca perdagangan, Indonesia berhasil mencatatkan surplus selama kurun waktu 29 bulan.

“Tadi sudah disampaikan oleh Pak Zul, Menteri Perdagangan, dari Januari-September surplus kita mencapai 39,8 miliar Dolar AS. Ini jumlah yang tidak sedikit,” tuturnya.

Presiden mengatkan, rasa optimisme terhadap perekonomian Indonesia juga ditunjukkan oleh lembaga internasional. Ia lalu mengutip ucapan Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.

“Ini yang ngomong bukan kita lho ya, Kristalina, Managing Director-nya IMF, titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia. Kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu, sehingga trust/kepercayaan global terhadap kita akan semakin baik,” ucapnya.

Dalam acara TEI, Presiden juga menyampaikan keyakinannya bahwa perekonomian Indonesia mampu tumbuh di atas lima persen.

“Saya masih meyakini di kuartal ketiga ini kita juga masih tumbuh di atas 5 [persen] atau di atas 5,4 [persen]. Karena angka-angka yang kita lihat, neraca dagang kita bulan yang lalu masih surplus 5,7 persen, kredit tumbuh 10,7 persen, indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7 persen. Semuanya masih pada kondisi yang baik-baik. Tetapi sekali lagi, dalam kondisi yang sangat-sangat sulit seperti ini kerja keras adalah kuncinya,” ujarnya.

Tampak hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadilia, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Sekretaris Kabinet. (yd)

 

Berita Internasional, PIFA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa sejumlah indikator ekonomi Indonesia saat ini berada dalam posisi yang baik. Untuk itu, ia pun mengajak semua pihak untuk tetap optimistis dalam menghadapi ketidakpastian dan krisis global yang mengancam dunia sekarang.

“Kita semuanya harus tetap optimis meskipun lembaga-lembaga internasional menyampaikan bahwa tahun ini sulit, tahun depan akan gelap. Silakan negara-negara lain, negara kita harus tetap optimistis. Tetapi memang harus waspada, harus hati-hati karena badainya itu sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi akan menyebar sampai ke mana, imbasnya ke kita seperti apa,” ungkap Presiden saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37 yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai City (BSD City), Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022).

Presiden menyebut, di tengah resesi yang mengancam sejumlah negara, perekonomian Indonesia pada kuartal II-2022 masih dapat tumbuh sebesar 5,44 persen. Presiden juga mengajak semua pihak untuk bersyukur dengan kondisi ini, menurutnya Indonesia merupakan satu diantara negara yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya di negara-negara G20.

“Kita patut bersyukur bahwa di tengah-tengah krisis, di tengah-tengah resesi, Indonesia di kuartal kedua masih tumbuh 5,44 persen. Ini wajib kita syukuri. Kita termasuk negara yang memiliki growth/pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara G20 maupun negara-negara lainnya,” imbuhnya.

Kepala Negara menjelaskan, segi inflasi, pada bulan Agustus inflasi di tanah air masih terkendali pada angka 4,6 persen sementara kuartal II 4,9 persen. Tingkat inflasi Indonesia juga relatif lebih baik dari sejumlah negara di dunia.

“Karena kenaikan BBM kemarin inflasi naik sedikit 5,9 persen, masih bisa kita kendalikan,” ujarnya.

Sementara dari sisi neraca perdagangan, Indonesia berhasil mencatatkan surplus selama kurun waktu 29 bulan.

“Tadi sudah disampaikan oleh Pak Zul, Menteri Perdagangan, dari Januari-September surplus kita mencapai 39,8 miliar Dolar AS. Ini jumlah yang tidak sedikit,” tuturnya.

Presiden mengatkan, rasa optimisme terhadap perekonomian Indonesia juga ditunjukkan oleh lembaga internasional. Ia lalu mengutip ucapan Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.

“Ini yang ngomong bukan kita lho ya, Kristalina, Managing Director-nya IMF, titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia. Kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu, sehingga trust/kepercayaan global terhadap kita akan semakin baik,” ucapnya.

Dalam acara TEI, Presiden juga menyampaikan keyakinannya bahwa perekonomian Indonesia mampu tumbuh di atas lima persen.

“Saya masih meyakini di kuartal ketiga ini kita juga masih tumbuh di atas 5 [persen] atau di atas 5,4 [persen]. Karena angka-angka yang kita lihat, neraca dagang kita bulan yang lalu masih surplus 5,7 persen, kredit tumbuh 10,7 persen, indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7 persen. Semuanya masih pada kondisi yang baik-baik. Tetapi sekali lagi, dalam kondisi yang sangat-sangat sulit seperti ini kerja keras adalah kuncinya,” ujarnya.

Tampak hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadilia, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Sekretaris Kabinet. (yd)

 

0

0

You can share on :

0 Komentar