ondisi banjir di salah satu kecamatan di Kabupaten Sintang. (Foto: Dok. BNPB)

Berita Lokal, PIFA - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, mengaktifkan pelayanan kesehatan secara tanggap darurat di fasilitas kesehatan di daerah terdampak bencana. Ini dilakukan untuk menanggulangi krisis kesehatan pasca bencana.

Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Hary Agung Tjahyadi menjelaskan, korban bencana Kalbar menjadi kelompok rentan terdampak penyakit. Misalnya cedera hingga penyakit menular.

"Tentu akan berdampak pada krisis kesehatan berupa korban jiwa, cedera, pengungsian, penyakit menular. Dan bisa munculnya dampak kesehatan dari bencana tersebut berupa DBD, Ispa, penyakit kulit, diare dan leptoapirosia," katanya dalam sebuah workshop pembentukan Disaster Medical Team (DMT), belum lama ini.

Maka iti kata Harry diperlukan adanya sinergitas antar pihak yang terlibat langsung dalam penanganan bencana. Sehingga bisa terbangun koordinasi dalam rangka memberikan keamanan kesehatan terhadap para korban bencana tersebut.

"Diperlukan pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna, serta dibutuhkan peran stakeholder yang ada," jelasnya.

Berdasarkan data, 93 persen bencana di Kalbar pada 2021 lalu, merupakan bencana hidrometeorologi didominasi banjir, longsor dan puting beliung. Bencana ini terjadi karena kondisi Geografis, geologis, hidrologis dan demografis.

Setidaknya ada enam kejadian bencana sepanjang tahun 2021 berupa banjir, tanah longsor, puting beliung, banjir bandang, banjir pasang serta gelombang ekstrem yang terjadi di Kalbar. (ap)

Berita Lokal, PIFA - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, mengaktifkan pelayanan kesehatan secara tanggap darurat di fasilitas kesehatan di daerah terdampak bencana. Ini dilakukan untuk menanggulangi krisis kesehatan pasca bencana.

Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Hary Agung Tjahyadi menjelaskan, korban bencana Kalbar menjadi kelompok rentan terdampak penyakit. Misalnya cedera hingga penyakit menular.

"Tentu akan berdampak pada krisis kesehatan berupa korban jiwa, cedera, pengungsian, penyakit menular. Dan bisa munculnya dampak kesehatan dari bencana tersebut berupa DBD, Ispa, penyakit kulit, diare dan leptoapirosia," katanya dalam sebuah workshop pembentukan Disaster Medical Team (DMT), belum lama ini.

Maka iti kata Harry diperlukan adanya sinergitas antar pihak yang terlibat langsung dalam penanganan bencana. Sehingga bisa terbangun koordinasi dalam rangka memberikan keamanan kesehatan terhadap para korban bencana tersebut.

"Diperlukan pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna, serta dibutuhkan peran stakeholder yang ada," jelasnya.

Berdasarkan data, 93 persen bencana di Kalbar pada 2021 lalu, merupakan bencana hidrometeorologi didominasi banjir, longsor dan puting beliung. Bencana ini terjadi karena kondisi Geografis, geologis, hidrologis dan demografis.

Setidaknya ada enam kejadian bencana sepanjang tahun 2021 berupa banjir, tanah longsor, puting beliung, banjir bandang, banjir pasang serta gelombang ekstrem yang terjadi di Kalbar. (ap)

0

0

You can share on :

0 Komentar

Berita Lainnya