Donald Trump Perintahkan Amerika Serikat Kembali Tarik Diri dari WHO
Amerika Serikat | Selasa, 21 Januari 2025
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat pidato. (The Times & The Sunday Times)
Amerika Serikat | Selasa, 21 Januari 2025
Lokal
Berita Landak, PIFA – Bupati Landak Karolin Margret Natasa meresmikan secara langsung pabrik penggilingan padi terbesar di Kalimantan Barat yakni Rice Milling Unit (RMU) yang berada di Kecamtan Mandor, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan barat, rabu (18/05/22) kemarin. Rice Milling Unit (RMU) atau yang biasa kita kenal sebagai mesin penggiling padi merupakan jenis penggilingan generasi baru yang mudah dioperasikan dan dinilai praktis lantaran proses pengolahan gabah menjadi beras dengan menggunakan alat ini dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). Bupati Landak Karolin Margret Natasa mengatakan bahawa RMU ini merupakan gilingan padi dengan teknologi yang canggih, dalam satu jam saja bisa memproses 2, 5 ton gabah menjadi beras. RMU ini juga dilengkapi dengan Dryer atau alat pengering gabah. Dryer nya type Super-120 dan tungkunya type BB-18. "Karena ini janji dan harapan bagi masyarakat disekitar dan masyarakat Kabupaten Landak untuk bisa memudahkan kita semua dalam meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat. Bersyukur kita bisa meresmikan pabrik penggilingan padi yang terbesar di Kalimantan Barat, shingga harapan kita bisa menyerap gabah petani, jadi para petani tidak usah ragu untuk menanam, karena ada pabrik yang bisa membeli gabah petani dengan harga yang stabil," ucap Karolin. Bupati Karolin menjelaskan bahwa dari data dinas pertanian provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Landak terjadi peningkatan Produksi Padi selama 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2017 hingga 2021 yaitu dari 244.520 ton menjadi 346.114 ton, sehingga dengan adanya teknologi penggilingan padi dengan RMU ini dapat peningkatan produksi padi serta berdampak pada peningkatan produksi beras yang berkualitas. "Kalau kita punya kualitas padi itu bagus, harga juga mahal. Jadi dengan adanya pabrik ini yang dulunya tanamnya asal-asalan kita bisa lakukan pembinaan seperti benihnya ditentukan yang baik, penanamannya dikoordinasikan biar bisa jadi baik, sehingga hasilnya juga baik. Saya melakukan survey dan membeli beras import jepang di Pontianak dengan harga 400ribu satu kapel isinya hanya 5kg saja, Kita juga harus bisa menanam yang seperti ini, sehingga dengan adanya pabrik ini kita juga harus dapat menghasilkan beras premium," ungkap Karolin saat menunjukkan beras import jepang kepada masyarakat. (rs)
Internasional
PIFA, Internasional - Jepang tengah menghadapi lonjakan kasus infeksi bakteri pemakan daging atau streptococcal toxic shock syndrome (STSS), dengan angka kematian mencapai 30%. Hingga 2 Juni 2024, Kementerian Kesehatan Jepang mencatat 977 kasus infeksi, lebih tinggi dibandingkan rekor sebelumnya, 941 kasus sepanjang tahun lalu. Dari Januari hingga Maret tahun ini, sekitar 77 orang dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi tersebut. Menurut National Institute of Infectious Diseases Japan, yang telah memantau penyakit ini sejak 1999, STSS adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar ke jaringan dalam dan aliran darah. Pasien yang terinfeksi awalnya mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, dan muntah. Bakteri ini dapat dengan cepat mengancam nyawa melalui tekanan darah rendah, pembengkakan, dan kegagalan banyak organ saat tubuh mengalami syok. "Bahkan dengan pengobatan pun, STSS bisa mematikan. Dari 10 orang yang mengidap STSS, sebanyak tiga orang akan meninggal akibat infeksi tersebut," menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), dikutip dari CNN. CDC mencatat bahwa sebagian besar kasus STSS disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A (GAS), yang juga menyebabkan demam dan infeksi tenggorokan pada anak-anak. Dalam kasus yang jarang terjadi, bakteri ini dapat menjadi invasif dan menghasilkan racun yang memungkinkannya mengakses aliran darah, menyebabkan penyakit serius seperti syok toksik. Di Eropa, pada bulan Desember 2022, lima negara melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait peningkatan infeksi invasif group A streptococcus (iGAS), dengan anak-anak di bawah 10 tahun paling terkena dampaknya. CDC juga menyelidiki peningkatan nyata penyakit ini pada saat itu. Pada Maret tahun ini, otoritas Jepang memperingatkan lonjakan kasus STSS. Institut Penyakit Menular Nasional Jepang menyatakan bahwa jumlah kasus STSS yang disebabkan oleh iGAS telah meningkat sejak Juli 2023, terutama di kalangan mereka yang berusia di bawah 50 tahun. CDC juga menyebutkan bahwa orang lanjut usia dengan luka terbuka berisiko lebih tinggi tertular STSS, termasuk mereka yang baru saja menjalani operasi. Namun, penyebab pasti dari peningkatan kasus STSS di Jepang masih belum jelas. Professor Ken Kikuchi dari Universitas Kedokteran Wanita Tokyo mengungkapkan kepada NHK bahwa peningkatan tersebut mungkin disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh setelah pandemi COVID-19. "Kekebalan tubuh bisa kita tingkatkan jika kita terus menerus terpapar bakteri. Namun, mekanisme itu tidak ada selama pandemi virus corona. Jadi, kini semakin banyak orang yang rentan terhadap infeksi, dan itu mungkin menjadi salah satu alasan meningkatnya kasus secara tajam," tutupnya. (ad)
Lifestyle
PIFA, Lifestyle - Sekelompok peneliti luar angkasa menemukan planet baru mirip Bumi yang berpotensi layak huni. Planet di luar tata surya, atau exoplanet, itu diberi nama Gliese 12 b. Gliese 12 b disebut lebih kecil dari Bumi tapi lebih besar dibandingkan Venus. Manusia, secara teori, dapat bertahan hidup di exoplanet ini. Planet Gliese 12 b mengorbit bintang katai merah kecil dan dingin, yang terletak hanya sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Pisces. Mataharinya Gliese 12 b ini dikelilingi setiap 12,8 hari. Gliese 12 b diperkirakan memiliki suhu permukaan sekitar 42 derajat Celsius. Meski begitu, ilmuwan masih belum yakin seperti apa atmosfer yang dimiliki Gliese 12 b. Penemuan planet ini diteliti oleh para ilmuwan dari berbagai organisasi internasional, termasuk University of Warwick dan University College of London dari Inggris, University of Southern Queensland dari Australia, hingga Astrobiology Center dan University of Tokyo dari Jepang. Mereka bekerja sama dengan lembaga antariksa AS, NASA, dan Eropa, ESA. Para peneliti menggunakan data dari satelit NASA dan ESA untuk mengonfirmasi keberadaan dan karakteristik si planet, seperti ukuran, suhu, dan jaraknya dari Bumi. "Yang menarik, planet ini adalah planet terdekat dengan ukuran dan suhu Bumi yang kita ketahui," ujar Wilson, dikutip dari BBC. "Cahaya yang kita lihat sekarang berasal dari tahun 1984 (40 tahun yang lalu) –itulah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kita di Bumi." Larissa Palethorpe, salah satu pemimpin studi dan ilmuwan dari University College of London, menyebut Gliese 12 b adalah kandidat unik untuk penelitian atmosfer lebih lanjut guna membantu mengungkap beberapa aspek evolusi di tata surya. "Bumi tetap layak huni, tapi Venus tidak bisa dihuni karena kehilangan air sepenuhnya. Atmosfer Gliese 12 b dapat mengajari kita banyak hal tentang jalur layak huni yang diambil planet seiring perkembangannya," ungkap Palethorpe. Penemuan Gliese 12 b sudah tercatat dalam dua jurnal yang terbit per 23 Mei 2024, yakni Monthly Notices of the Royal Astronomical Society dan The Astrophysical Journal Letters.