Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyalahkan pihak Barat soal konflik di Timur Tengah. (AP/Alexei Nikolsky)

PIFA, Politik- Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Senin kemarin menyalahkan negara-negara Barat atas eskalasi krisis di Timur Tengah. Dalam pertemuannya dengan anggota Dewan Keamanan dan pejabat pemerintah, Putin menuduh "elit penguasa AS" dan sekutu-sekutu mereka bertanggung jawab atas pembunuhan warga Palestina di Gaza dan konflik di Ukraina, Afghanistan, Irak, dan Suriah. Putin menyatakan bahwa AS menghendaki kekacauan terus-menerus di Timur Tengah, dan menekankan perlunya gencatan senjata segera di Jalur Gaza. 

Namun, dia menuding Barat sebagai penghambat perdamaian dengan menjadi "parasit" dalam krisis tersebut. Putin juga menyampaikan keberpihakannya terhadap Palestina dengan mendukung solusi dua negara dan gencatan senjata di Gaza. 

Namun, pendekatan ini menciptakan ketegangan dengan Israel setelah Rusia menerima delegasi Hamas di Moskow. Selain itu, Putin mengklaim bahwa Rusia sedang berperang melawan pasukan bayangan Amerika yang diyakini olehnya bertanggung jawab atas krisis di Timur Tengah dan di medan perang Ukraina.

“Palestina hanya bisa tertolong dengan memerangi mereka yang berada di balik tragedi ini. Kami adalah Rusia dan kami memerangi mereka dalam konteks ‘operasi militer khusus’. Baik untuk diri kami sendiri maupun bagi mereka yang memperjuangkan kebebasan sejati yang sesungguhnya,” ujarnya. 

Presiden Rusia menyoroti pentingnya terbentuknya negara Palestina yang berdaulat dan merdeka sebagai kunci penyelesaian konflik ini. Meskipun Putin mengklaim tindakan Rusia sebagai bagian dari "operasi militer khusus," ia menegaskan bahwa langkah-langkah ini diambil untuk melindungi Rusia dan mendukung mereka yang memperjuangkan kebebasan sejati.

 “Kunci untuk menyelesaikan konflik ini adalah terciptanya negara Palestina yang berdaulat dan merdeka,” kata Putin

Pernyataan kontroversial Putin ini menambah ketegangan antara Rusia dan Barat, memperdalam kesenjangan pandangan antara kedua belah pihak dalam menanggapi konflik-konflik di Timur Tengah dan Ukraina. (hs)

PIFA, Politik- Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Senin kemarin menyalahkan negara-negara Barat atas eskalasi krisis di Timur Tengah. Dalam pertemuannya dengan anggota Dewan Keamanan dan pejabat pemerintah, Putin menuduh "elit penguasa AS" dan sekutu-sekutu mereka bertanggung jawab atas pembunuhan warga Palestina di Gaza dan konflik di Ukraina, Afghanistan, Irak, dan Suriah. Putin menyatakan bahwa AS menghendaki kekacauan terus-menerus di Timur Tengah, dan menekankan perlunya gencatan senjata segera di Jalur Gaza. 

Namun, dia menuding Barat sebagai penghambat perdamaian dengan menjadi "parasit" dalam krisis tersebut. Putin juga menyampaikan keberpihakannya terhadap Palestina dengan mendukung solusi dua negara dan gencatan senjata di Gaza. 

Namun, pendekatan ini menciptakan ketegangan dengan Israel setelah Rusia menerima delegasi Hamas di Moskow. Selain itu, Putin mengklaim bahwa Rusia sedang berperang melawan pasukan bayangan Amerika yang diyakini olehnya bertanggung jawab atas krisis di Timur Tengah dan di medan perang Ukraina.

“Palestina hanya bisa tertolong dengan memerangi mereka yang berada di balik tragedi ini. Kami adalah Rusia dan kami memerangi mereka dalam konteks ‘operasi militer khusus’. Baik untuk diri kami sendiri maupun bagi mereka yang memperjuangkan kebebasan sejati yang sesungguhnya,” ujarnya. 

Presiden Rusia menyoroti pentingnya terbentuknya negara Palestina yang berdaulat dan merdeka sebagai kunci penyelesaian konflik ini. Meskipun Putin mengklaim tindakan Rusia sebagai bagian dari "operasi militer khusus," ia menegaskan bahwa langkah-langkah ini diambil untuk melindungi Rusia dan mendukung mereka yang memperjuangkan kebebasan sejati.

 “Kunci untuk menyelesaikan konflik ini adalah terciptanya negara Palestina yang berdaulat dan merdeka,” kata Putin

Pernyataan kontroversial Putin ini menambah ketegangan antara Rusia dan Barat, memperdalam kesenjangan pandangan antara kedua belah pihak dalam menanggapi konflik-konflik di Timur Tengah dan Ukraina. (hs)

0

0

You can share on :

0 Komentar