Feast Dukung Sukatani: Kami Kecam Pembungkaman Ekspresi Kesenian
Indonesia | Minggu, 23 Februari 2025
Feast memberi dukungan ke Sukatani: Kami Kecam Pembungkaman Ekspresi Kesenian. (ANTARA)
Indonesia | Minggu, 23 Februari 2025
Lokal
PIFA, Lokal - Bocah 13 tahun yang diduga diterkam buaya, Ariski warga Parit Kebayan, Kecamatan Jungkat, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, Minggu (17/7/2023). Ariski sebelumnya diduga diterkam buaya ketika ikut kakeknya mencari remis atau kerang di di perairan Muara Jungkat dekat Pulau Seberang, Sabtu (16/7/2023). Korban seketika hilang usai peristiwa nahas tersebut. "Bahwa benar korban telah ditemukan. Korban sebelumnya hilang diterkam buaya saat mencari remis bersama kakeknya," kata Kapolsek Jongkat, Iptu Mulyadi Jaya. Usai ditemukan oleh warga, jenazah Ariski langsung dibawa ke Puskesmas Jongkat untuk diperiksa. Dari hasil pemeriksaan, korban mengalami luka bekas gigitan diduga buaya di bagian dada, leher dan paha. Setelah diperiksa di Puskesmas, jasad Ariski kemudian digiring ke rumah duka yang berada tak jauh dari lokasi kejadian. Setelah sempat disemayamkan, Ariski selanjutnya dimakamkan. Di pemakaman, pelayat mengantarkan bocah yang putus sekolah tersebut ke peristirahatan terakhir. Kapolsek Iptu Mulyadi pun mengimbau warga atau nelayan yang beraktivitas di perairan itu, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap keberadaan hewan buas di daerah itu. Mengingat kejadian serupa sudah kerap terjadi. "Kepada warga Wajok Hulu, Wajok Hilir dan Sungai Nipah, karena dimungkinkan banyak buaya, kita menjalankan aktivitas mencari ikan dan lainnya agar berhati-hati," jelas Mulyadi. Dia juga meminta instansi terkait yang memiliki kewenangan dalam penanganan hewan-hewan liar dan buas ini, untuk memberikan imbauan dan edukasi terhadap warga setempat. "Misalnya memasang tanda atau banner bahwa di tempat ini banyak binatang buas. Sehingga masyarakat dapat mengerti bahwa daerah tersebut berbahaya," pungkasnya. Sebelumnya, warga melakukan berbagai upaya termasuk mendatangkan seorang pawang buaya ke lokasi kejadian untuk mencari korban. Warga meyakini dengan keterlibatan pawang, dapat membantu proses pencarian korban tersebut. (ap)
Lokal
Berita Kalbar, PIFA – Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M.Hum., beraudiensi bersama Plt. Kepala BKKBN Provinsi Kalbar, Muslimat beserta rombongan membahas penanganan stunting di Kalimantan Barat, di Ruang Kerja Gubernur Kalbar, Jl. Ahmad Yani Pontianak, Rabu (2/3/2022). Gubernur mengatakan angka stunting di Kalbar sebanyak 29%. Sedangkan untuk tahun 2024, angka stunting nasional bisa ditekan di 14%. "Menurut saya, untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% merupakan hal yang sulit. Tapi, tidak juga (Kalbar) menjadi penyumbang ketidakberhasilan negara atau nasional menekan angka di 14%. Kalau tidak bisa 14%, paling tidak menjadi 20% kebawah," ucap Gubernur saat diwawancara. Kelemahan dalam menekan angka stunting di Kalbar dilihat dari parameter data. Gubernur menegaskan kepada seluruh Kab/Kota di Kalbar agar dapat memberikan data yang telah divalidasi. "Jika data sudah berantakan, hasilnya juga akan berantakan. Ketika ada suatu parameter ukur yang jelas, maka tidak akan cocok dengan data yang lain. Padahal kegiatan pemerintah berhubungan antara satu data dengan data lain," tegas H. Sutarmidji. Beliau menambahkan sebanyak 75% indikator utama berkenaan dengan stunting berkaitan dengan angka kemiskinan. "Sehingga, tidak relevan jika suatu daerah angka kemiskinannya rendah, tetapi angka stuntingnya tinggi," tambah Gubernur. Sementara itu, Plt. Kepala BKKBN Kalbar menyampaikan audiensi bersama Gubernur untuk meminta arahan terkait pelaksanaan kegiatan dalam menekan angka stunting di Kalbar. "Tanggal 12 Maret 2022 nanti akan dilaksanakan secara nasional di 12 Provinsi, termasuk di Kalbar. Insya Allah, Gubernur Kalbar akan hadir langsung dan membuka kegiatan tersebut. Dengan turut mengundang seluruh Bupati/Walikota di Hotel Mercure Pontianak," ucap Muslimat. Selain itu, Muslimat juga menyampaikan tentang arahan Gubernur terkait langkah-langkah konkret BKKBN berkolaborasi bersama Untan Pontianak Fakultas Kedokteran. "Kita sudah menggerakkan sejumlah 12.609 TPK (Tenaga Pendamping Keluarga) yang tersebar di 2.031 desa di Kalbar, Gubernur juga meminta kami untuk melakukan kerjasama dengan Tenaga Pendamping Desa yang telah melakukan kegiatan di berbagai desa," jelas Plt. Kepala BKKBN Kalbar. Sebagai tambahan informasi, stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. (rs)