Film Animasi Panji Tengkorak Usung Gaya 2D untuk Tangkap Kekuatan Pencak Silat
Film | Jumat, 22 Agustus 2025
Sutradara film animasi layar lebar Panji Tengkorak Daryl Wilson (pertama kiri) saat gala perdana film "Panji Tengkorak" di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025). ANTARA/Abdu Faisal
Film | Jumat, 22 Agustus 2025
Lokal
PIFA.CO.ID, PONTIANAK - Ratusan karyawan dari Rumah Sakit ProMedika Pontianak menanti surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta pesangon yang dijanjikan oleh pihak rumah sakit, sejak terhitungnya rumah sakit tersebut berhenti operasional pada 1 April 2025. Hermina Lince (55), salah satu tenaga non-medis yang telah bekerja di Rumah Sakit ProMedika selama 17 tahun, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak manajemen yang belum memberikan surat PHK sesuai janji.“Kami sudah diberi informasi sebelumnya bahwa tanggal 7 ini akan ada surat PHK. Namun, setelah kami datang ke sini, mungkin karena setelah Lebaran, manajemen masih mengurus hal-hal lain, jadi surat itu belum kami terima," jelas Hermina dengan raut wajah kecewa.Sebelum rumah sakit ditutup secara permanen pada 1 April 2025, Hermina mengungkapkan pihak manajemen sempat mengadakan rapat dengan karyawan untuk membahas penghentian operasional. Dalam rapat tersebut, manajemen menyatakan bahwa surat PHK akan diberikan pada 7 April. Namun, begitu mereka tiba di rumah sakit, para karyawan justru mendapati informasi yang tidak jelas dan tidak sesuai dengan harapan.“Ternyata setelah sampai di sini, informasi itu masih semraut. Tak jelas. Dan apa yang kami perkirakan hari ini menerima surat pengunduran diri ternyata tidak ada,” jelasnya.Selain menuntut surat PHK, Hermina dan rekan-rekannya juga masih menunggu kejelasan mengenai pesangon mereka yang hingga kini belum dibayar. “Belum sama sekali menerima pesangon. Masih menunggu kapan pastinya pesangan kami akan keluar,”Menurut Hermina, jumlah total karyawan yang terdampak penutupan rumah sakit mencapai ratusan pekerja“Kalau nggak salah masih ada 111 (karyawan-red), kalau nggak salah sampai dengan kami tutup ini,” katanya.Hermina sendiri telah bekerja di rumah sakit promedika kurang lebih 17 tahun sebagai Pembantu Orang Sakit (POS), semenjak rumah sakit ini pertama kali dibangun sebagai klinik pada tahun 2007 dan berkembang menjadi menjadi rumah sakit.“Kurang lebih 10 tahun lah kejayaan rumah sakit ini. Makanya sebagai karyawan kami juga bangga. Senang bekerja di sini.Senang kami mengabdi di sini,” ujarnya.Ia mengatakan waktu pertama kali buka, rumah sakit yang berada di kawasan Komplek Pontianak Mall ini cukup ramai dan terkenal. Namun, setelah pandemi COVID-19, rumah sakit ini mulai goyah, terutama dengan semakin banyaknya rumah sakit baru yang bermunculan. “Cuma terakhir setelah COVID, rumah sakit ini agak goyang. Di samping itu juga mulai banyak rumah sakit yang lain berdiri. Jadi jelas persaingan pasti banyak. Banyak pilihan untuk masyarakat berobat di mana,” ungkapnya.Hermina dan rekan-rekannya sempat berharap rumah sakit ini bisa tetap beroperasi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun, keputusan akhir dari pihak pemilik dan manajemen adalah untuk menutup operasional rumah sakit ini.“Sebenarnya sebelum rumah sakit ini tutup, kami berharap rumah sakit ini masih bisa terus buka. Masih bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Cuman akhirnya pihak owner dan semua yang terkait memutuskan rumah sakit ini harus ditutup,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.“kami berharap, kalaupun memang sudah diputuskan, kami minta kewajiban owner ataupun pihak manajemen untuk menyelesaikan tugasnya, hutangnya untuk membayarkan pesangan kepada kami. Itu harapan kami,” pungkasnya.
Lokal
PIFA.CO.ID, LOKAL - Seorang wanita ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar hotel di Pontianak, pada Kamis (12/12/24) sekitar pukul 15.00 wib. Dari pemeriksaan polisi, korban bernama Yunari berusia 45 tahun berasal dari Yogyakarta, Jawa Timur.Saat ini jasad wanita tersebut telah dibawa petugas kepolisian ke RS Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak untuk dilakukan Visum.Kapolsek Pontianak Kota, AKP Denni. G mengatakan bahwa jasad Yunari pertama kali ditemukan oleh Lilis temannya dan petugas hotel, setelah beberapa kali kamarnya diketuk namun tak membukakan pintu. Sebelumnya, Lilis sempat menelepon dan mengirimkan pesan kepada Yunari. Namun Yunari tak mengangkat telepon maupun membalas pesannya.“Berdasarkan hasil olah TKP, kepolisian menemukan bercak darah pada kasur dan bantal kamar hotel tersebut. Tak hanya itu bekas darah juga terlihat antara hidung dan mulutnya,” ujarnya.Denni menerangkan, saat dilakukan olah TKP, diduga ada barang korban yang telah hilang. “Handphone milik korban hilang," terang Denni.Terkait peyebab pasti kematian korban serta apakah kematian korban disebabkan tindak pidana lainnya, petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan. (ly)
Lokal
Sintang – Koordinator Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) Kalbar, Dian Lestari menyatakan keprihatinan mendalam terhadap tindakan perusakan masjid Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Dusun Balai Harapan, Jumat (3/9/2021). Ia bahkan mengajak, untuk memposisikan diri kita sebagai pihak korban perusakan, yakni para jemaat Ahmadiyah. “Mari memposisikan tiap diri kita, seandainya kita sebagai orang yang menjadi korban perusakan ini. Kalau betul-betul memahami, mungkin hati dan pikiran kita akan bertanya ulang apakah perusakan ini bentuk dari kasih sayang serta tindakan berlandaskan kemanusiaan. Atau justru sebaliknya menjadi contoh buruk?” kata Dian, dikutip dari rilis yang diterima Tim Redaksi Pifa (4/9). Menurut anggota jaringan Pontianak Bhinneka itu, peristiwa perusakan masjid JAI di Balai Gana adalah bentuk nyata dari bahaya terhadap eskalasi dari prasangka dan stigma. Sebab hal itu, menurut Dian menggerakkan orang untuk melakukan tindak kekerasan terhadap kelompok yang dianggap berbeda. “Mari kita semua menjadi teladan. Kembangkan sikap saling menghormati dan menghargai keberagaman. Hormati perbedaan, hilangkan pemikiran dan perbuatan yang lebih senang membenci daripada menyayangi sesama manusia,” imbau Dian. Ia juga menyampaikan, Jaringan Pontianak Bhinneka meminta semua pihak menerapkan pemikiran, sikap, dan kebijakan yang mencerminkan keteladanan. Sebab, menurutnya seluruh umat beragama hendaknya menjalankan ajaran tentang agama tentang sikap menghargai perbedaan. Dian juga memaparkan, Respon cepat yang bisa mencerminkan sikap teladan, antara lain menghentikan ajakan melakukan tindak kekerasan. Oleh sebab itu, Jaringan Pontianak Bhinneka meminta tokoh agama dan tokoh masyarakat serta Forkopimda segera mengeluarkan seruan damai dan tindak nyata, untuk tidak membiarkan penyebaran ajakan melakukan tindak kekerasan. “Aparat hendaknya berupaya maksimal, dengan tegas mencegah penyebaran ajakan melakukan tindak kekerasan.” katanya. “Pemkab dan Pemprov memiliki wewenang dalam menjalankan upaya jangka pendek dan resolusi konflik dalam jangka panjang. “Gubernur Kalbar, bupati dan wakil bupati Sintang, hendaknya memperhatikan masalah ini dengan bijak. Masalah ini sulit untuk diselesaikan dengan cara mengeluarkan dokumen-dokumen kebijakan. Memerlukan kemauan sungguh-sungguh dan ketegasan dalam mengajak semua pihak menyelesaikan konflik. Lakukan juga upaya pendekatan kultural dan memperjelas peta resolusi konflik.” lanjut Dian. Dia Juga meminta, kepada aparat keamanan untuk menjamin keamanan dan keselamatan warga JAI di Sintang, dan memastikan semua warga JAI tidak mengalami kekerasan dalam bentuk apapun. “Perkuat pengamanan dan tegas untuk mencegah berulang dan meluasnya tindak kekerasan. Anggota JAI yang juga terdiri dari perempuan dan anak-anak dalam kondisi ketakutan dan terancam keamanan dan keselamatan jiwanya. Mereka harus dilindungi dan dipulihkan,” tutup Dian.