Foto: Istimewa

Berita Mempawah, PIFA - Bersama kelompok perempuan di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Mempawah, Gemawan melaksanakan Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Kerja Kegiatan yang berlangsung di Kantor Desa Sekabuk, Kabupaten Mempawah pada Sabtu (9/4/2022). 
 
Focus Group Discussion ini diinisiasi oleh Kelompok Perempuan Matahari dan PKK Desa Sekabuk yang difasilitasi Gemawan dilaksanakan guna merumuskan strategi pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam berbasis masyarakat di tingkat desa yang di tuangkan melalui rencana kerja bersama.
 
"Penyusunan rencana kerja ini memuat aktivitas, strategi, dan capaian yang diinginkan selama satu tahun. Sehingga rencana kerja inilah menjadi landasan kelompok bergerak," ungkap Lani Ardiansyah, pegiat Gemawan, saat hadir sebagai fasilitator kegiatan.
 
Andas Saputra, Kades Sekabuk saat membuka kegiatan FGD menjelaskan bahwa kelompok ini baru terbentuk, harapannya dengan hadirnya Gemawan sebagai mitra, kelompok dapat berhasil dan besar.
 
 “Jika berhasil bukan hanya keberhasilan saya, tetapi keberhasilan kelompok, begitu juga sebaliknya.” imbuhnya
 
Lebih lanjut ia memaparkan untuk mendukung kerja-kerja kelompok perempuan ini, sudah mengusulkan anggaran di RPJMDes. Ia juga berharap Gemawan terus mendampingi masyarakat  Desa Sekabuk, khususnya kelompok perempuan dan rentan lainnya.
 
“Agar kedepannya hasil dari pelatihan maupun ilmu yang kelompok dapat dari kegiatan yang diikuti, bisa diterapkan dikehidupan sehari para anggota kelompok sehingga bisa berkelanjutan,” terangnya.
 
Selama beberapa tahun terakhir, Gemawan beraktivitas di Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, dalam program perhutanan sosial. Perhutanan sosial merupakan sistem pengelolaan Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama.
 
Mainstreaming GESI
 
Ucup, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa harus berperspektif GESI (gender equality and social inclusion) dengan melibatkan kelompok rentan, termasuk perempuan. 
 
"Gemawan menjadikan perspektif GESI sebagai mainstreaming dalam pengorganisasian dengan meningkatkan peran kelompok perempuan, marjinal, serta kelompok rentan lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam," terang Ucup.
 
"Perempuan berinteraksi sangat dekat dengan alam. Baik dan buruknya pengelolaan sumberdaya alam akan dirasakan langsung oleh perempuan," tambahnya. 
 
Hal ini senada dengan beberapa riset aktual yang menyoroti dampak perubahan iklim yang rentan dialami perempuan.
 
"Perempuan yang ikut FGD hari ini merupakan perempuan yang aktif mengelola lahannya. Para perempuan ini menyadari kerusakan lingkungan akan berdampak langsung terhadap mereka, sehingga penting melibatkan mereka dalam menentukan strategi perlindungan dan pengelolaan," imbuhnya.
 
FGD penyusunan rencana kerja inipun berjalan interaktif yang diwarnai saling memberi masukan dan pertanyan di antara peserta. Wajar saja, sebelumnya mereka jarang terlibat dalam proses penyusunan rencana maupun strategi dalam bentuk lainnya. Meskipun penyusunan rencana ini yang pertama bagi mereka, tidak menyurutkan ide dan gagasan yang mereka lontarkan.
 
 "Mereka juga stakeholder, aktor, punya peran dan hak yang setara atas ruang hidup dan sumber penghidupan," terangnya lagi.
 
"Saya senang sekali bisa terlibat hari ini, jadi kami bisa bikin kegiatan yang kami mau dan tahu apa yang harus kami lakukan. Jadi enak juga mau lihat apakah kelompok kami berkembang atau tidak," imbuh Susida, Ketua PKK Desa Sekabuk.
 
Agenda pertama rencana kerja kelompok perempuan Matahari dan PKK ini menanam pohon sorgum di lahan kritis Desa Sekabuk yang rencana akan dilaksanakan pada tanggal 10 April.

 "Semoga semua bisa lancar," harapnya. (ja)

Berita Mempawah, PIFA - Bersama kelompok perempuan di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Mempawah, Gemawan melaksanakan Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Kerja Kegiatan yang berlangsung di Kantor Desa Sekabuk, Kabupaten Mempawah pada Sabtu (9/4/2022). 
 
Focus Group Discussion ini diinisiasi oleh Kelompok Perempuan Matahari dan PKK Desa Sekabuk yang difasilitasi Gemawan dilaksanakan guna merumuskan strategi pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam berbasis masyarakat di tingkat desa yang di tuangkan melalui rencana kerja bersama.
 
"Penyusunan rencana kerja ini memuat aktivitas, strategi, dan capaian yang diinginkan selama satu tahun. Sehingga rencana kerja inilah menjadi landasan kelompok bergerak," ungkap Lani Ardiansyah, pegiat Gemawan, saat hadir sebagai fasilitator kegiatan.
 
Andas Saputra, Kades Sekabuk saat membuka kegiatan FGD menjelaskan bahwa kelompok ini baru terbentuk, harapannya dengan hadirnya Gemawan sebagai mitra, kelompok dapat berhasil dan besar.
 
 “Jika berhasil bukan hanya keberhasilan saya, tetapi keberhasilan kelompok, begitu juga sebaliknya.” imbuhnya
 
Lebih lanjut ia memaparkan untuk mendukung kerja-kerja kelompok perempuan ini, sudah mengusulkan anggaran di RPJMDes. Ia juga berharap Gemawan terus mendampingi masyarakat  Desa Sekabuk, khususnya kelompok perempuan dan rentan lainnya.
 
“Agar kedepannya hasil dari pelatihan maupun ilmu yang kelompok dapat dari kegiatan yang diikuti, bisa diterapkan dikehidupan sehari para anggota kelompok sehingga bisa berkelanjutan,” terangnya.
 
Selama beberapa tahun terakhir, Gemawan beraktivitas di Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, dalam program perhutanan sosial. Perhutanan sosial merupakan sistem pengelolaan Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama.
 
Mainstreaming GESI
 
Ucup, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa harus berperspektif GESI (gender equality and social inclusion) dengan melibatkan kelompok rentan, termasuk perempuan. 
 
"Gemawan menjadikan perspektif GESI sebagai mainstreaming dalam pengorganisasian dengan meningkatkan peran kelompok perempuan, marjinal, serta kelompok rentan lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam," terang Ucup.
 
"Perempuan berinteraksi sangat dekat dengan alam. Baik dan buruknya pengelolaan sumberdaya alam akan dirasakan langsung oleh perempuan," tambahnya. 
 
Hal ini senada dengan beberapa riset aktual yang menyoroti dampak perubahan iklim yang rentan dialami perempuan.
 
"Perempuan yang ikut FGD hari ini merupakan perempuan yang aktif mengelola lahannya. Para perempuan ini menyadari kerusakan lingkungan akan berdampak langsung terhadap mereka, sehingga penting melibatkan mereka dalam menentukan strategi perlindungan dan pengelolaan," imbuhnya.
 
FGD penyusunan rencana kerja inipun berjalan interaktif yang diwarnai saling memberi masukan dan pertanyan di antara peserta. Wajar saja, sebelumnya mereka jarang terlibat dalam proses penyusunan rencana maupun strategi dalam bentuk lainnya. Meskipun penyusunan rencana ini yang pertama bagi mereka, tidak menyurutkan ide dan gagasan yang mereka lontarkan.
 
 "Mereka juga stakeholder, aktor, punya peran dan hak yang setara atas ruang hidup dan sumber penghidupan," terangnya lagi.
 
"Saya senang sekali bisa terlibat hari ini, jadi kami bisa bikin kegiatan yang kami mau dan tahu apa yang harus kami lakukan. Jadi enak juga mau lihat apakah kelompok kami berkembang atau tidak," imbuh Susida, Ketua PKK Desa Sekabuk.
 
Agenda pertama rencana kerja kelompok perempuan Matahari dan PKK ini menanam pohon sorgum di lahan kritis Desa Sekabuk yang rencana akan dilaksanakan pada tanggal 10 April.

 "Semoga semua bisa lancar," harapnya. (ja)

0

0

You can share on :

0 Komentar