Ifan Seventeen Respons Polemik Penunjukannya sebagai Dirut PFN: Siap Mundur Jika Ada yang Lebih Mampu
Indonesia | Sabtu, 22 Maret 2025
Ifan Seventeen mengaku siap mundur dari Dirut PFN jika ada yang lebih mampu darinya.
Indonesia | Sabtu, 22 Maret 2025
Sports
PIFA, Sports - Olimpiade Paris 2024 resmi dibuka pada Sabtu (27/7). Kemeriahan upacara pembukaan mendapat sorotan dunia. Mulai dari pawai atlet yang siap bertanding hingga pertunjukan dari sejumlah artis mengisi acara. Hanya saja upacara pembukaan itu turut diikuti banyak kritik lantaran penampilan yang ditunjukkan. Misalnya saja penampilan menyerupai lukisan The Last Supper oleh Leonardo Da Vinci yang ditampilkan oleh para drag queen. Tak terbatas pada upacara pembukaan saja, masih ada hal menarik lainnya dari Olimpiade Paris 2024 walaupun baru saja dimulai. Berikut rekapnya. 1. Penampilan “The Last Supper” Pada upacara pembukaan, sebuah penampilan oleh drag queens membawakan parodi yang disebut mirip lukisan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci. Parodi ini seketika tuai kritikan publik, terutama penganut agama Kristen dan Katolik yang merasa tersinggung. Pasalnya, lukisan The Last Supper terinspirasi dari Perjamuan Malam Terakhir yang terdapat dalam Alkitab. Kabar terbaru terkait hal ini, panitia upacara pembukaan Olimpiade Paris memberikan klarifikasi serta permintaan maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Melalui akun X, pihak panitia menyampaikan bahwa parodi tersebut dimaksudkan untuk menginterpretasi Dionisius dan meningkatkan kesadaran akan “tentang absurditas kekerasan antar manusia”. 2. Korea Selatan Disebut Korea Utara Hal menarik juga terdapat saat acara pawai. Saat kontingen Korea Selatan melintas di Sungai Seine menggunakan kapal ferry, ada kesalahan penyebutan nama negara. Korea Selatan diperkenalkan sebagai "Democratic People's Republic of Korea" yang merupakan nama resmi dari Korea Utara. Saat kontingen dari Korea Utara melintas, nama ini kembali disebutkan dengan benar. Walaupun begitu, pada siaran yang ditampilkan, subtitle menunjukan nama negara dengan benar. 3. Tempat Tidur Atlet Kasur atlet yang bertanding di Olimpiade Paris 2024 terbuat dari cardboard atau kardus. Tempat tidur ini pun langsung menuai perhatian. Panitia menggunakan kardus sebagai bahan pembuatan agar lebih ramah lingkungan karena dapat didaur ulang saat sudah tidak dipakai. Kabar yang beredar bahwa kasur ini bertujuan agar atlet tidak berhubungan intim karena tidak kuat menampung dua orang merupakan hal yang salah. Kasur ini cukup kokoh karena dapat menahan beban hingga 440 pound (199 kilogram). 4. Cabor Baru Bernama “Breaking” Olimpiade Paris menjadi debut bagi cabor baru, “breaking”. Breaking sendiri merupakan gaya menari urban yang berasal dari budaya hip-hop. Kompetisi ini akan dibagi menjadi dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Breaking akan diadakan pada tanggal 9-10 Agustus di Paris–setelah sebelumnya berhasil diadakan pada Summer Youth Olympic Games di Buenos Aires pada tahun 2018. 5. Surfing Lomba di Tahiti Meskipun menggunakan nama “Paris”, faktanya olimpiade ini diadakan di 16 kota berbeda di seluruh Prancis–karena Paris hanya berperan sebagai kota tuan rumah utama. Cabang olahraga (cabor) paling unik jatuh pada berselancar. Cabor ini akan dilaksanakan di Tahiti–salah satu pulau di polinesia Prancis–yang berjarak 15.000 km dari Paris. Karenanya, tempat ini akan memecahkan rekor “kompetisi medali terjauh yang diselenggarakan di luar kota tuan rumah Olimpiade”. Wilayah ini terkenal dengan ombak legendarisnya, Teahupo'o. (ly)
Sports
Berita Nasional, PIFA - PSSI akan "menyekolahkan" suporter sepak bola di Tanah Air. Hal ini disampaikan langsung oleh Sekjen PSSI Yunus Nusi. PSSI akan mengajari pecinta sepak bola Tanah Air untuk mendukung tim kesayangan dengan baik dan benar sejak dini. Hal ini dilakukan agar mereka bisa tertib, lantaran mayoritas fans klub sepak bola di Indonesia berasal dari kalangan pelajar yang masih butuh bimbingan dalam bersikap. “Dalam kesempatan ini, saya izin kepada bapak menteri, sesuai dengan hasil pembicaraan kami dengan FIFA, kepolisian, dan Kemenpora. Ternyata, penting bagi kita untuk mengedukasi suporter melalui dunia pendidikan,” kata Yunus Nusi, mengutip laman PSSI. Sebelumnya, PSSI menyebut Tragedi Kanjuruhan telah membuka mata pihaknya bahwa suporter sepak di Tanah Air butuh edukasi agar bisa membela dan menyaksikan klub kesayangannya dengan tertib. Menurut PSSI, ini sebagai upaya untuk memperbaiki sepak bola Indonesia. PSSI akan segera mengkoordinasikan hal itu. “Tahun ini, sesegera kami untuk koordinasi, bahwa sebagian besar suporter berasal dari anak-anak siswa, terpelajar, yang tentu membutuhkan edukasi, butuh penyampaian penjelasan tentang apa yang harus dilakukan ketika menonton pertandingan sepak bola,” tutup Yunus Nusi.