Foto Ilustrasi: CNN Indonesia

Berita Internasional, PIFA - Ilmuwan China menemukan virus baru, yakni Neoromicia Capensis yang dikenal sebagai NeoCov. Virus tersebut pertama kali ditemukan di antara kelelawar yang hidup di Afrika Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para Ilmuwan China, disebutkan bahwa Neocov bukan varian baru dari Coronavirus Siseases (Covid-19) yang menyebabkan pandemi. Melansir CNN Indonesia (30/1) Neocov merupakan kerabat dekat dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

MERS sendiri merupakan virus yang dapat menyebabkan demam, batuk, hingga gangguan pernapasan, menyebar di Arab Saudi pada 2012 lalu. Center for Disease Control and Prevention Amerika Serikat (CDC US) menyatakan bahwa 3 atau 4 dari 10 pasien MERS dilaporkan meninggal dunia.

Wuhan University dan Institute of Biophysics of the Chinese Academy of Sciences mengklaim, jika virus ini bermutasi, maka kekhawatirannya dapat menular kepada manusia.

The Gamaleya Research Institute of Epidemiology Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan penemuan Neocov merupakan bentuk mutasi alamiah yang terjadi pada sebuah virus. Mutasi virus bergantung pada seberapa besar jumlah orang yang terdeteksi virus tersebut.

"Mutasi akan terjadi secara konstan. Dalam sebuah wilayah dimana terjadi 100 ribu kasus setiap bulannya, maka akan selalu ada varian yang terdeteksi. Namun, apabila kasus penularannya hanya 2.000-4.000, maka kita tidak akan pernah menemukan varian baru," terang peneliti Kementerian Kesehatan Rusia, dikutip dari CNN Indonesia yang mengutip Kantor Berita Tass, Minggu (30/1).

Diketahui bahwa komunitas peneliti pernah menemukan NeoCov pada sebuah studi yang dilakukan di wilayah utara dan tenggara Afrika Selatan pada tahun 2017 . Namun, virus tersebut hanya menjangkit mamalia dengan genus Neorimicia.

Para peneliti juga menemukan NeoCov di beberapa negara di Afrika, salah satunya di Uganda. (yd)

Berita Internasional, PIFA - Ilmuwan China menemukan virus baru, yakni Neoromicia Capensis yang dikenal sebagai NeoCov. Virus tersebut pertama kali ditemukan di antara kelelawar yang hidup di Afrika Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para Ilmuwan China, disebutkan bahwa Neocov bukan varian baru dari Coronavirus Siseases (Covid-19) yang menyebabkan pandemi. Melansir CNN Indonesia (30/1) Neocov merupakan kerabat dekat dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

MERS sendiri merupakan virus yang dapat menyebabkan demam, batuk, hingga gangguan pernapasan, menyebar di Arab Saudi pada 2012 lalu. Center for Disease Control and Prevention Amerika Serikat (CDC US) menyatakan bahwa 3 atau 4 dari 10 pasien MERS dilaporkan meninggal dunia.

Wuhan University dan Institute of Biophysics of the Chinese Academy of Sciences mengklaim, jika virus ini bermutasi, maka kekhawatirannya dapat menular kepada manusia.

The Gamaleya Research Institute of Epidemiology Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan penemuan Neocov merupakan bentuk mutasi alamiah yang terjadi pada sebuah virus. Mutasi virus bergantung pada seberapa besar jumlah orang yang terdeteksi virus tersebut.

"Mutasi akan terjadi secara konstan. Dalam sebuah wilayah dimana terjadi 100 ribu kasus setiap bulannya, maka akan selalu ada varian yang terdeteksi. Namun, apabila kasus penularannya hanya 2.000-4.000, maka kita tidak akan pernah menemukan varian baru," terang peneliti Kementerian Kesehatan Rusia, dikutip dari CNN Indonesia yang mengutip Kantor Berita Tass, Minggu (30/1).

Diketahui bahwa komunitas peneliti pernah menemukan NeoCov pada sebuah studi yang dilakukan di wilayah utara dan tenggara Afrika Selatan pada tahun 2017 . Namun, virus tersebut hanya menjangkit mamalia dengan genus Neorimicia.

Para peneliti juga menemukan NeoCov di beberapa negara di Afrika, salah satunya di Uganda. (yd)

0

0

You can share on :

0 Komentar