Jerman Perkenalkan Model Wajib Militer Baru di Tengah Kekhawatiran Konflik dengan Rusia
Jerman | Kamis, 13 Juni 2024
PIFA, Internasional - Jerman mengumumkan rencana untuk memperkenalkan model wajib militer (wamil) baru sebagai langkah antisipatif di tengah ketegangan yang meningkat dengan Rusia. Pengumuman ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, pada Rabu (12/6).
Dalam pernyataannya, Pistorius menegaskan bahwa pemerintah Jerman tidak akan kembali ke model wajib militer era Perang Dingin. Sebaliknya, fokus baru akan diarahkan untuk meningkatkan jumlah rekrutan yang bersedia secara sukarela menjalani wajib militer. "Pria-pria muda yang berusia 18 tahun akan menerima kuesioner dari kami yang berisi pertanyaan tentang kualifikasi minat, kecintaan pada olahraga, dan apakah mereka tertarik untuk menjadi sukarelawan bagi angkatan bersenjata," ujar Pistorius, dikutip dari Anadolu Agency.
Model ini juga menyasar perempuan berusia 18 tahun, yang akan menerima kuesioner serupa. Namun, tidak seperti pria, perempuan tidak dikenai kewajiban untuk mengikuti wamil sesuai dengan konstitusi. Meski demikian, pemerintah akan terus mendorong peningkatan jumlah perempuan yang bersedia sukarela bertugas di militer.
"Saat ini kami memiliki 10.000 sukarelawan yang melakukan wajib militer. Dengan diperkenalkannya model baru ini, kami berasumsi bahwa kami bisa melatih 5.000 anggota wamil tambahan di tahun pertama. Tujuan kami adalah membiarkan jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun," tambah Pistorius.
Di bawah model baru ini, para volunter akan diminta untuk menyelesaikan enam bulan wajib militer dasar. Secara total, mereka bisa mengikuti wamil selama 23 bulan. Sebagai imbalannya, para volunter akan menerima gaji militer bulanan sebesar 1.800 euro atau sekitar Rp31,6 juta.
Langkah ini adalah bagian dari rencana yang lebih luas oleh Kementerian Pertahanan Jerman untuk meningkatkan jumlah personel militer menjadi 203.000 pada tahun 2031, naik dari sekitar 181.000 saat ini. Jerman telah menangguhkan wajib militer pada tahun 2011 dan beralih ke sistem tentara profesional.
Pengumuman ini datang di tengah kekhawatiran yang meningkat tentang potensi konflik dengan Rusia, yang telah membuat negara-negara Eropa waspada dan memperkuat kemampuan pertahanan mereka.