Ilustrasi pencatatan kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia. (Foto: Dok. PIFA/Freepik user15327819)

Berita Nasional, PIFA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan bahwa hingga 6 November 2022, tak ada penambahan kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak (GGAPA) di Tanah Air. Kabar baik ini diutarakan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Muhammad Syahril.

Dokter Syahril mengatakan, dalam seminggu terakhir ini kasus GGAPA  juga menurun. 

''Dalam kurun satu minggu terakhir juga terjadi penurunan tren GGAPA di Indonesia,'' katanya, mengutip keterangan yang dimuat dalam laman Kemenkes, Kamis (10/11).

Sehingga, katanya, dalam seminggu terakhir ini masih tercatat 324 kasus. Dirincikannya, 27 kasus dalam perawatan, 195 meninggal, dan sembuh 102 kasus. 

dr. Syahril mengklaim bahwa turunnya kasus GGAPA merupakan hasil sejak dikeluarkannya Surat Edaran yang melarang nakes dan apotek untuk memberikan obat cair/sirup pada anak.

Menurutnya, hal itu merupakan langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah, mengingat hasil pemeriksaan terhadap kasus GGAPA yang dilaporkan di 28 provinsi menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten. Sebab, lanjutnya, faktor resiko terbesar penyebab GGA adalah toksikasi dari EG dan DEG pada sirop/obat cair.

Dokter Syahril menambahkan, sejak tanggal 18 Oktober itu jumlah pasien sudah mulai turun terus. Pada bulan November awal tanggal 2 sampai tanggal 6 bahkan tidak ada pasien yang bertambah maupun meninggal.

''Dengan kita melarang pemakaian obat di Puskesmas, di dokter-dokter atau tenaga kesehatan, dan penjualan di apotek, serta dengan mendatangkan antidotum maka pasien-pasien yang sedang dirawat itu mengalami perbaikan yang signifikan dan banyak yang sembuh,'' ujarnya dalam konferensi pers update perkembangan kasus gangguan ginjal akut, Senin (7/11).

Kematian gagal ginja paling banyak terjadi di usia 1 sampai 5 tahun. Mayoritas kasus berada pada stadium 3 (58%).

dr. Syahril mengungkapkan stadium 3 itu bisa diobati apabila belum betul-betul menjadi stadium yang sangat berat. Kalau stadium 1 dan 2 kemungkinan besar semuanya bisa diselamatkan.

Hingga saat ini, Kemenkes juga terus menekan angka kematian akibat GGAPA dengan memberikan antidotum fomepizole sebagai bagian dari terapi pengobatan pasien.

Kemenkes menyampaikan bahwa obat antidotum (penawar) fomepizole injeksi sudah ratusan vial didatangkan dari Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang (246 vial). Sebanyak 200 vial antidotum fomepizole juga sudah didistribusikan ke 41 rumah sakit di 34 Provinsi di Indonesia.

Berita Nasional, PIFA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan bahwa hingga 6 November 2022, tak ada penambahan kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak (GGAPA) di Tanah Air. Kabar baik ini diutarakan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Muhammad Syahril.

Dokter Syahril mengatakan, dalam seminggu terakhir ini kasus GGAPA  juga menurun. 

''Dalam kurun satu minggu terakhir juga terjadi penurunan tren GGAPA di Indonesia,'' katanya, mengutip keterangan yang dimuat dalam laman Kemenkes, Kamis (10/11).

Sehingga, katanya, dalam seminggu terakhir ini masih tercatat 324 kasus. Dirincikannya, 27 kasus dalam perawatan, 195 meninggal, dan sembuh 102 kasus. 

dr. Syahril mengklaim bahwa turunnya kasus GGAPA merupakan hasil sejak dikeluarkannya Surat Edaran yang melarang nakes dan apotek untuk memberikan obat cair/sirup pada anak.

Menurutnya, hal itu merupakan langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah, mengingat hasil pemeriksaan terhadap kasus GGAPA yang dilaporkan di 28 provinsi menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten. Sebab, lanjutnya, faktor resiko terbesar penyebab GGA adalah toksikasi dari EG dan DEG pada sirop/obat cair.

Dokter Syahril menambahkan, sejak tanggal 18 Oktober itu jumlah pasien sudah mulai turun terus. Pada bulan November awal tanggal 2 sampai tanggal 6 bahkan tidak ada pasien yang bertambah maupun meninggal.

''Dengan kita melarang pemakaian obat di Puskesmas, di dokter-dokter atau tenaga kesehatan, dan penjualan di apotek, serta dengan mendatangkan antidotum maka pasien-pasien yang sedang dirawat itu mengalami perbaikan yang signifikan dan banyak yang sembuh,'' ujarnya dalam konferensi pers update perkembangan kasus gangguan ginjal akut, Senin (7/11).

Kematian gagal ginja paling banyak terjadi di usia 1 sampai 5 tahun. Mayoritas kasus berada pada stadium 3 (58%).

dr. Syahril mengungkapkan stadium 3 itu bisa diobati apabila belum betul-betul menjadi stadium yang sangat berat. Kalau stadium 1 dan 2 kemungkinan besar semuanya bisa diselamatkan.

Hingga saat ini, Kemenkes juga terus menekan angka kematian akibat GGAPA dengan memberikan antidotum fomepizole sebagai bagian dari terapi pengobatan pasien.

Kemenkes menyampaikan bahwa obat antidotum (penawar) fomepizole injeksi sudah ratusan vial didatangkan dari Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang (246 vial). Sebanyak 200 vial antidotum fomepizole juga sudah didistribusikan ke 41 rumah sakit di 34 Provinsi di Indonesia.

0

0

You can share on :

0 Komentar