Kenalan di Aplikasi Kencan, Pemuda di Pontianak Cabuli Anak Dibawah Umur
Pontianak | Rabu, 11 Desember 2024
Pelaku kasus dugaan tindak asusila yang melibatkan seorang pria berinisial YP (19) terhadap seorang gadis berinisial KN (16). (Dok. Polresta Pontianak)
Pontianak | Rabu, 11 Desember 2024
Lokal
Berita Kalbar, PIFA - Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes. menghadiri Rapat Koordinasi bersama Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia, Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si, di Ruang Praja 1 Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Rabu (29/06/2022). Dalam sambutan Gubernur Kalimantan Barat yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes., menyampaikan bahwa, pada tahun 2021 yang lalu Provinsi Kalimantan Barat mengalami bencana banjir yang cukup parah dan membawa dampak besar pada kehidupan masyarakat Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu, Melawi, Sekadau dan Sanggau. "Rapat hari ini berkaitan dengan telah berakhirnya Status Transisi Darurat ke Pemulihan bencana alam banjir, angin puting beliung dan tanah longsor di Kabupaten Sintang, Melawi, Kapuas Hulu, Sekadau dan Sanggau," ujar Harisson. Seperti kita ketahui, Bencana tersebut disebabkan curah hujan yang tinggi selama beberapa minggu sehingga menyebabkan permukaan Sungai Kapuas meluap dan sampai menenggelamkan rumah warga yang berada di pinggiran sungai Kapuas dan di beberapa titik rendah lainnya, dan kondisi saat ini kehidupan dan aktivitas warga yang terdampak banjir telah kembali berjalan dengan normal namun tidak menutup kemungkinan kedepannya bencana banjir seperti tahun lalu bisa terulang kembali bahkan dengan kondisi yang semakin parah yang disebabkan oleh lajunya pemanasan global. Lebih lanjut Sekda Prov Kalbar mengatakan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dalam siaran Pers-nya di tahun 2021 menyatakan bahwa laju pemanasan global di dunia semakin cepat dan masif, selain itu dampak dari hal tersebut mengakibatkan perubahan iklim dan anomali cuaca ekstrem yang akan bermuara pada meningkatnya intensitas bencana hidrometeorologi yang akan terjadi seperti banjir, puting beliung dan tanah longsor. "Dengan berakhirnya Status Transisi Darurat ke Pemulihan mengisyaratkan bahwa Siklus Penanggulangan Bencana kembali ke fase Pra-Bencana yang terdiri dari Pencegahan, Mitigasi, Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini sekaligus menjadi pengingat bagi semua yang hadir disini untuk segera mengambil langkah-langkah dan strategi agar bencana banjir yang pernah terjadi tidak terulang," ungkapnya. " Sehingga rapat koordinasi ini juga dapat menjadi wadah komunikasi dan koordinasi pra bencana antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merumuskan kebijakan dan strategi terkait penanggulangan bencana Hidrometeorologi," timpalnya. (ja)
Sports
PIFA.CO.ID, SPORTS – Timnas Putri Indonesia kembali akan tampil di ajang internasional resmi FIFA. Pada laga FIFA Women’s Matchday bulan Mei mendatang, skuad Garuda Pertiwi dijadwalkan menghadapi dua tim asal Asia, yakni Yordania dan Bangladesh. Pelatih kepala Satoru Mochizuki telah memanggil 26 pemain yang akan memperkuat tim dalam pertandingan tersebut.Mayoritas nama yang dipilih merupakan pemain yang berkiprah di kompetisi domestik. Satu-satunya pemain diaspora dalam daftar kali ini adalah Sydney Sari Hopper, striker yang saat ini bermain untuk klub Tulsa FC di Amerika Serikat. Dengan demikian, Hopper menjadi wakil tunggal dari luar negeri yang bergabung bersama tim nasional.Kepercayaan diri menyertai langkah Timnas Putri ke laga ini, terutama setelah kemenangan pada FIFA Women’s Matchday edisi Februari lalu, saat Indonesia mengalahkan Arab Saudi dengan skor tipis 1-0. “Gol tunggal yang dicetak Reva Octaviani dari titik penalti menjadi penentu kemenangan setelah Ajeng Sri Handayani dijatuhkan di kotak terlarang.” Kedua pemain tersebut kembali masuk dalam daftar skuad yang disiapkan Mochizuki.Skuad kali ini juga akan kembali diperkuat oleh duet kembar Jezlyn Kayla dan Jazlyn Kayla. Kehadiran keduanya diyakini mampu menambah dinamika permainan di lini tengah maupun belakang.Berikut adalah daftar lengkap pemain yang dipanggil untuk menghadapi Yordania dan Bangladesh:KiperLaita Roati Masykuroh (Arema Women FC)Indri Yuliyanti (Adhyaksa FC)Ghadiza Asnanza (Persib)Alleana Ayu Arumy (Asprov DKI Jakarta)BekFeni Binsbarek (Toli FC)Vivi Oktavia Riski (Roket FC)Shafira Ika Putri (Asprov Jakarta)Remini Rumbewas (Toli FC)Gea Yumanda (Raga Negeri FC)Jazlyn Kayla Firyal (Roket FC)GelandangSheva Imut Furyzcha (Makati FC)Viny Silfianus Sunaryo (Raga Negeri FC)Helsya Maesyaroh (Asprov Jawa Barat)Shifana Nadhifa (Bina Sentra Semarang)Claudia Scheunemann (Asprov Banten)Safa Kurnia Salsabila (Asprov Jawa Timur)Jezlyn Kayla Azkha (Roket FC)Rosdilah Nurrohmah (Raga Negeri FC)Nasywa Zetira Rambe (Makati FC)Aulia Arifah (Asprov Banten)PenyerangSydney Sari Hopper (Tulsa FC)Nasywa Salsabila (Persib)Marsela Yuliana Awi (Toli FC)Ajeng Sri Handayani (Persib)Reva Octaviani (Raga Negeri FC)Nabila Saputri (Asprov Banten)
Internasional
PIFA, Internasional - Krisis populasi penduduk semakin menjadi sorotan di berbagai negara, dengan tingkat pernikahan dan kelahiran yang terus menurun. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Jepang dan China, tetapi juga merambah negara-negara lain di seluruh dunia. Berikut adalah beberapa negara yang menghadapi tantangan serupa: 1. Korea Selatan Tingkat pernikahan di Korea Selatan mengalami penurunan signifikan, mencapai angka hanya 40 persen pada tahun 2023, turun dari 322.807 pasangan pada tahun 2013. Salah satu penyebab utamanya adalah pergeseran norma-norma sosial, dengan hanya sepertiga dari penduduk yang masih memiliki pandangan positif terhadap institusi pernikahan. 2. China China juga menghadapi penurunan dalam angka pernikahan selama dua tahun berturut-turut. Pandemi COVID-19 telah memperparah situasi ini, sementara banyak warga merasa lebih nyaman fokus pada karier daripada membentuk keluarga. Ahli demografi dari Universitas Michigan, Zhou Yun, menekankan bahwa penurunan kesuburan seringkali sulit untuk diperbaiki, yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 3. Georgia Meskipun terletak di Asia bagian barat, Georgia juga mengalami penurunan drastis dalam tingkat pernikahan, mencapai hanya 5,5 persen. Pemerintah Georgia telah menyadari urgensi pembenahan untuk menggenjot pertumbuhan penduduk di negara ini. 4. Jepang Sebagai negara maju di Asia, Jepang menghadapi tantangan serupa dengan tingkat kelahiran yang rendah. Warga Jepang di rentang usia 25 hingga 34 tahun terutama menunjukkan keengganan untuk menikah. Pemerintah Jepang merespons dengan berbagai langkah, termasuk janji bantuan finansial, kemudahan akses perawatan anak, dan cuti orang tua. 5. Qatar Qatar juga tidak luput dari tren global ini. Penurunan drastis dalam angka pernikahan telah terjadi sejak Februari 2023, sekitar 8,6 persen. Pemerintah Qatar telah mengambil langkah-langkah pencegahan dengan menyelenggarakan seminar pelatihan untuk pasangan muda, mencakup penanganan konflik perkawinan dan perencanaan hidup. Krisis populasi ini menyoroti perubahan dalam nilai-nilai sosial dan ekonomi yang memengaruhi pilihan hidup individu. Pemerintah di seluruh dunia harus bertindak cepat dan efektif untuk menanggapi tantangan ini guna memastikan kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat di masa depan.