Kualitas No Debat GEAR ULTIMA Bikin Performa Selalu Optimal
Indonesia | Jumat, 14 Maret 2025
Performa Yamaha GEAR ULTIMA selalu optimasl. (Dok. Yamaha)
Indonesia | Jumat, 14 Maret 2025
Lifestyle
PIFA.CO.ID, LIFESTYLE - Konsumsi suplemen vitamin dan mineral tanpa indikasi medis ternyata dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Hal ini disampaikan oleh dokter umum asal Inggris, Asif Ahmed, dalam wawancaranya yang dikutip dari Medical Daily, Kamis (10/4).Menurut Dr. Ahmed, banyak orang mengonsumsi suplemen secara rutin tanpa memahami apakah tubuh mereka benar-benar membutuhkannya. Ia menyoroti tiga jenis suplemen yang sering dikonsumsi masyarakat namun kemungkinan besar tidak memberikan manfaat signifikan.Pertama adalah multivitamin. Dr. Ahmed menjelaskan bahwa multivitamin mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang, alih-alih memberikan manfaat, justru saling bersaing saat diserap oleh tubuh.“Dengan semua vitamin dan mineral ini di satu tempat, mereka bersaing untuk diserap sehingga Anda akhirnya tidak menyerap satupun dan membuangnya begitu saja,” kata Dr. Ahmed.Meski begitu, ia menambahkan bahwa suplemen multivitamin mungkin berguna bagi individu tertentu, misalnya pasien yang sedang menjalani pemulihan pasca-operasi bariatrik.Jenis suplemen kedua yang dianggap kurang bermanfaat adalah vitamin intravena (IV). Menurut Dr. Ahmed, banyak orang merasa lebih segar setelah menerima vitamin IV, namun hal tersebut lebih disebabkan oleh hidrasi yang diberikan daripada kandungan vitamin itu sendiri.“Membuang sejumlah besar vitamin dan mineral ke dalam aliran darah tidak akan pernah menjadi hal yang baik,” tegasnya.Ia juga mengingatkan bahwa penggunaan vitamin IV memiliki potensi risiko serius, seperti reaksi anafilaksis pada individu yang memiliki alergi terhadap komponen suplemen.Ketiga, Dr. Ahmed menyoroti maraknya produk bubuk penurun berat badan, yang menurutnya merupakan salah satu bentuk penipuan paling buruk dalam dunia pemasaran kesehatan.“Ini menggelikan. Beberapa perusahaan mengenakan biaya hingga 200 pound sterling atau sekitar Rp4,37 juta per bulan untuk bubuk yang hanya mengandung sedikit serat dan kemungkinan besar tidak memberikan manfaat apa pun,” ujarnya.Dr. Ahmed menekankan pentingnya pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sebagai kunci utama untuk menjaga kesehatan tubuh, dibandingkan bergantung pada suplemen yang belum tentu dibutuhkan.Dalam konteks ini, masyarakat diimbau agar tidak tergiur oleh promosi suplemen kesehatan tanpa saran medis yang jelas. Sebelum mengonsumsi suplemen, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi guna memastikan manfaat dan keamanannya bagi tubuh.
Sports
PIFA.CO.ID, SPORTS - Perbandingan kinerja Shin Tae-yong dan Indra Sjafri dalam menangani Timnas Indonesia U-20 menjadi perbincangan setelah kiprah Garuda Muda di Piala Asia U-20 2025. Kedua pelatih memiliki filosofi berbeda dalam meracik strategi, namun hasil yang didapatkan tak jauh berbeda.Shin Tae-yong menangani Timnas Indonesia U-20 dari 2020 hingga 2023, sedangkan Indra Sjafri mengambil alih mulai 2023 hingga kini. Di Piala Asia U-20 2023, Timnas asuhan Shin Tae-yong gagal lolos ke perempat final meskipun mengoleksi empat poin dari tiga laga di fase grup. Sedangkan tim yang dibesut Indra Sjafri di Piala Asia U-20 2025 mengalami dua kekalahan awal, masing-masing dari Iran (0-3) dan Uzbekistan (1-3), yang membuat mereka dipastikan tersingkir lebih cepat.Filosofi permainan juga menjadi sorotan. Shin Tae-yong dikenal dengan pendekatan yang lebih modern dan menitikberatkan pada permainan cepat serta transisi yang dinamis. Sementara Indra Sjafri lebih menekankan pada permainan berbasis penguasaan bola dengan kombinasi umpan pendek dan pressing tinggi. Namun, efektivitas strategi ini diuji saat menghadapi lawan-lawan kuat di level Asia.Meski sama-sama gagal di Piala Asia U-20, di level U-19 Indra Sjafri memiliki catatan lebih baik. Ia sukses membawa Timnas Indonesia U-19 meraih gelar juara Piala AFF U-19 pada 2014 dan 2024, serta lolos ke perempat final Piala Asia U-19 2018.Sementara itu, Shin Tae-yong gagal membawa Timnas Indonesia U-19 melewati fase grup di Piala AFF U-19 2022. Dengan demikian, perdebatan soal siapa yang lebih unggul antara Shin Tae-yong dan Indra Sjafri masih terbuka. Dari sisi pengalaman dan prestasi di kelompok usia muda, Indra Sjafri memiliki keunggulan. Namun, dari segi pendekatan permainan modern dan pembentukan karakter pemain, Shin Tae-yong juga memiliki nilai lebih. Kegagalan di Piala Asia U-20 2025 menjadi refleksi bagi Indra Sjafri dalam memperbaiki tim untuk ke depannya.