Lawan Dampak Duduk Seharian: Ini 6 Tips Nutrisi Sehat untuk Pekerja Kantoran
Lifestyle | Selasa, 3 Juni 2025
Ilustrasi - Seorang pekerja yang aktif di depan komputer dalam waktu yang lama. ANTARA/Pexels/am.
Lifestyle | Selasa, 3 Juni 2025
Lokal
Briptu Dikta, seorang Polisi Wanita (Polwan) asal kota Pontianak, Kalimantan Barat akan berangkat ke Bangui, Afrika Tengah menjadi bagian dari Pasukan PBB dalam misi kemanusiaan. Sulung dari tiga bersaudara itu, menjadi satu-satunya Polwan Polda Kalbar yang terpilih sebagai anggota Pasukan Perdamaian pada Satuan Tugas Garbha Bhayangkara Fpu 3 Minusca. Putri dari pasangan Suhardi dan Rosalia itu, sejak umur 8 tahun sudah ditinggal ayahnya mengais rejeki sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Penang, Malaysia. Ia bercerita, sejak 17 tahun belakangan, kadang setiap setahun ayahnya mendapat cuti untuk berkumpul bersama keluarga di Pontianak. Namun pernah juga hampir 3 tahun ayahnya tidak mendapatkan cuti. Dari kecil hingga sekarang Briptu Dikta sudah terbiasa hidup mandiri. Belajar menerima situasi dan berlapang dada manjalani hari-hari sulit membentuk mental tangguh yang menjadikannya seperti saat ini. “Motivasi terbesar saya untuk mengikuti misi ini adalah orangtua saya. Ayah saya hanyalah tamatan Sekolah Teknik Mesin yang rela meninggalkan keluarganya untuk bekerja di negeri orang, dan Ibu saya hanya tamatan Sekolah Dasar yang sehari-hari bekerja sebagai penjahit rumahan. Saya adalah anak sulung dari 3 bersaudari, selain sebagai tulang punggung keluarga saya juga adalah contoh dari adik-adik saya. Saya akan selalu memberikan yang terbaik untuk keluarga saya,” ujar Briptu Dikta. Oleh rekan-rekannya, ia dikenal multitalent karena memiliki 3 kemampuan berbahasa diantaranya Bahasa Inggris, Mandarin dan Perancis. Selain itu, ia juga piawai dalam bernyanyi dan bermain alat musik. Saat ini, Briptu Dikta masih menjalani latihan pra penugasannya di Pusdik Lalu Lintas Serpong hingga menjelang penugasan ke Afrika pada bulan September mendatang.
Internasional
Berita Internasional, PIFA - Thailand resmi menjadi negara pertama di Asia yang menyetujui dekriminalisasi de facto ganja dan mengizinkan warganya untuk menanam ganja di rumah sebagai bagian dari pengobatan tradisional. Melansir ABCNews Kabar tersebut diumumkan langsung oleh Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul. Dikatakannya, Badan Pengendalian Narkotika telah menyetujui penghapusan ganja dari daftar obat-obatan terlarang kementerian. Penghapusan daftar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan akan ditandatangani secara resmi oleh pihak Kementerian Kesehatan. Aturan yang membuka kesempatan untuk warga Thailand menanam ganja di rumah akan mulai berlaku 120 hari setelah aturan diterbitkan pemerintah. "Ini mengikuti penghapusan ganja - spesies tanaman yang memiliki ganja dan rami - bulan lalu dari daftar obat-obatan terlarang di bawah Undang-Undang Narkotika Thailand," demikian dikutip dari pemberitaan ABCNews, Rabu (26/1/2022) lalu. Sementara pihak kepolisian dan pengacara saat dihubungi oleh kantor berita The Associated Press mengatakan, tidak jelas apakah kepemilikan ganja menjadi pelanggaran yang dapat ditangkap atau tidak. Merujuk undang-undang terkait, diartikan bahwa produksi dan kepemilikan ganja tetap diatur untuk saat ini meski warga diizinkan menanam ganja di rumah. Kepala Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan Thailand, Paisal Dankhum mengatakan ganja yang ditanam di rumah bisa digunakan untuk pengobatan tradisional. Namun, pemerintah akan melakukan pengecekan secara acak untuk memastikan tujuan penanamannya. "Langkah Kementerian Kesehatan mempertahankan daftar bagian obat-obatan yang dikendalikan dari tanaman ganja yang mengandung lebih dari 0,2% berat tetrahydrocannabinol, atau THC, bahan psikoaktif yang memberi pengguna tinggi." Dikutip dari ABCNews, Rabu lalu. (yd)
Pifabiz
PIFAbiz - Selebgram Lisa Mariana (LM) tidak memenuhi panggilan penyidik Direktorat Siber Polda Jawa Barat yang dijadwalkan pada Jumat (11/7), terkait penyelidikan kasus dugaan penyebaran tiga video asusila yang diduga diperankannya bersama seorang pria. Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menyatakan bahwa Lisa telah mengonfirmasi ketidakhadirannya, namun tidak memberikan alasan rinci. "Yang bersangkutan telah mengonfirmasi kepada penyidik bahwa ia berhalangan hadir," ujar Hendra dalam keterangan di Bandung, Jumat. Penyidik telah mengirimkan surat panggilan pertama, dan akan melayangkan panggilan kedua pada Senin (14/7). Pemanggilan ulang ini akan dijadwalkan ulang dengan mempertimbangkan kesiapan LM serta hasil koordinasi lanjutan. Jika Lisa Mariana kembali mangkir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Polda Jabar tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pemanggilan secara paksa sesuai dengan prosedur hukum. "Polda Jabar akan mempertimbangkan untuk melakukan upaya pemanggilan secara paksa guna kepentingan penyelidikan lebih lanjut," tegas Hendra. Sebelumnya, Direktorat Siber Polda Jabar telah menerima laporan dari sekelompok advokat terkait peredaran tiga video asusila yang memperlihatkan perempuan dan pria dengan wajah yang sama di lokasi berbeda. Video tersebut masih beredar secara berbayar di situs tertentu dan tengah didalami lebih lanjut oleh penyidik. Direktur Reserse Siber Polda Jabar, Kombes Pol Resza Ramadianshah, mengatakan keterangan dari LM sangat krusial dalam pengembangan penyidikan. "Menunggu yang bersangkutan kita periksa. Keterangan LM akan menjadi salah satu petunjuk penting," ucap Resza. Pihak kepolisian menegaskan bahwa kasus ini tidak ada kaitannya dengan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan saat ini penyidik masih mengumpulkan barang bukti serta melacak asal-usul pembuatan video.