Foto: Istimewa

Berita Mempawah, PIFA - Bersama kelompok Perempuan Desa Sekabuk, Gemawan dan Koperasi Konsumen Batas Negeri Indonesia (BAGERI) melaksanakan penanaman sorgum di lahan kritis yang berada di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Minggu (10/4/2022).
 
Penanaman ini merupakan bentuk implementasi tindak lanjut dari pertemuan workshop pengelolaan dan perlindungan sumber penghidupan yang dilaksanakan beberapa bulan lalu di Mempawah.
 
Ketua Koperasi BAGERI, Wahyu Widayati, mengatakan bahwa sorgum merupakan tanaman alternatif pangan lahan kering yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. 
 
"Sorgum yang diolah dapat membantu mengontrol gula darah, kolesterol, dan dapat menjaga berat badan," jelasnya. 
 
Sorgum merupakan tanaman berumur pendek yang dikenal di daerah Nusa Tenggara. Tanaman ini berasal dari sub sahara Afrika. Karakternya yang khas lahan kering dan tidak terlalu sulit dirawat membuka peluang pengembangannya di kawasan kritis. 
 
"Sorgum dapat hidup di sela-sela tanaman kayu, sehingga mudah sekali mengembangkannya," paparnya lagi.
 
Tidak hanya biji sorgum saja yang bisa diolah, produk turunan seperti batang, akar, dan daunnya diyakini memiliki banyak manfaat. 
 
"Batang sorgum dapat dijadikan gula dan kecap, akarnya dapat dijadikan kopi, daun sorgum dapat diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Dedak sorgum dapat dijadikan sebagai pelet ikan dan pakan ternak," pegiat sorgum ini menjelaskan lebih lanjut.
 
Lani Ardiansyah, Koordinator CO Gemawan di Mempawah, menyebutkan penanaman sorgum ini merupakan upaya perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa. 
 
"Kali ini kami melibatkan kelompok perempuan di Desa Sekabuk agar mereka memiliki alternatif sumber penghidupan untuk mendukung ekonomi keluarga," terang Ucup, sapaannya.
 
Keterlibatan kelompok perempuan ini bukan tanpa alasan. Gemawan ingin kelompok rentan, termasuk perempuan dan kelompok marjinal lainnya dapat setara dan berdaya dalam mengakses ruang-ruang hidup yang ada di desa.
 
 "SDGs 5 menggariskan keharusan keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mengelola dan memperoleh manfaat dari sumber penghidupan yang ada," tambahnya lagi. 
 
GESI, gender equality and social inclusion, saat ini menjadi perspektif utama dalam rekayasa sosial yang dilakukan para stakeholder. Pendekatan GESI merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dalam memfasilitasi proses penerapan perspektif kesetaraan dan keadilan gender yang tidak hanya memberikan perhatian pada perempuan dan laki-laki saja, tetapi juga pada kelompok marjinal yang di dalamnya terdapat perempuan dan laki-laki.
 
Melalui perspektif GESI, kelompok marjinal akan memperoleh perhatian yang setara dalam interaksi sosial mereka.
 
 "Pengarusutamaan GESI dalam proses pengorganisasian di tingkat tapak memang menjadi bagian integral Gemawan sejak dulu. Karena itu pula ruang aktivitas Gemawan pasti di titik-titik marjinal  khususnya di desa," tambah Ucup. 
 
Sementara itu, Susida, Ketua TP PKK Desa Sekabuk, menyambut baik kegiatan penanaman ini.
 
 "Bentuk kolaborasi seperti inilah yang harus kita jalin, apalagi kami ini merupakan kader-kader yang baru, tentunya perlu pendampingan serta masukan yang mengarah pada kemajuan, mulai dari sumberdaya manusia serta pembangunan sumberdaya alamnya," terang Susida.
 
"Desa Sekabuk mempunyai lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas. Kawasan itu bisa kita olah menjadi lahan yang produktif sehingga menghasilkan suatu produk yang mempunyai nilai jual yang sangat besar dan memberikan manfaat bagi warga desa," tambahnya. (ja) 

Berita Mempawah, PIFA - Bersama kelompok Perempuan Desa Sekabuk, Gemawan dan Koperasi Konsumen Batas Negeri Indonesia (BAGERI) melaksanakan penanaman sorgum di lahan kritis yang berada di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Minggu (10/4/2022).
 
Penanaman ini merupakan bentuk implementasi tindak lanjut dari pertemuan workshop pengelolaan dan perlindungan sumber penghidupan yang dilaksanakan beberapa bulan lalu di Mempawah.
 
Ketua Koperasi BAGERI, Wahyu Widayati, mengatakan bahwa sorgum merupakan tanaman alternatif pangan lahan kering yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. 
 
"Sorgum yang diolah dapat membantu mengontrol gula darah, kolesterol, dan dapat menjaga berat badan," jelasnya. 
 
Sorgum merupakan tanaman berumur pendek yang dikenal di daerah Nusa Tenggara. Tanaman ini berasal dari sub sahara Afrika. Karakternya yang khas lahan kering dan tidak terlalu sulit dirawat membuka peluang pengembangannya di kawasan kritis. 
 
"Sorgum dapat hidup di sela-sela tanaman kayu, sehingga mudah sekali mengembangkannya," paparnya lagi.
 
Tidak hanya biji sorgum saja yang bisa diolah, produk turunan seperti batang, akar, dan daunnya diyakini memiliki banyak manfaat. 
 
"Batang sorgum dapat dijadikan gula dan kecap, akarnya dapat dijadikan kopi, daun sorgum dapat diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Dedak sorgum dapat dijadikan sebagai pelet ikan dan pakan ternak," pegiat sorgum ini menjelaskan lebih lanjut.
 
Lani Ardiansyah, Koordinator CO Gemawan di Mempawah, menyebutkan penanaman sorgum ini merupakan upaya perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa. 
 
"Kali ini kami melibatkan kelompok perempuan di Desa Sekabuk agar mereka memiliki alternatif sumber penghidupan untuk mendukung ekonomi keluarga," terang Ucup, sapaannya.
 
Keterlibatan kelompok perempuan ini bukan tanpa alasan. Gemawan ingin kelompok rentan, termasuk perempuan dan kelompok marjinal lainnya dapat setara dan berdaya dalam mengakses ruang-ruang hidup yang ada di desa.
 
 "SDGs 5 menggariskan keharusan keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mengelola dan memperoleh manfaat dari sumber penghidupan yang ada," tambahnya lagi. 
 
GESI, gender equality and social inclusion, saat ini menjadi perspektif utama dalam rekayasa sosial yang dilakukan para stakeholder. Pendekatan GESI merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dalam memfasilitasi proses penerapan perspektif kesetaraan dan keadilan gender yang tidak hanya memberikan perhatian pada perempuan dan laki-laki saja, tetapi juga pada kelompok marjinal yang di dalamnya terdapat perempuan dan laki-laki.
 
Melalui perspektif GESI, kelompok marjinal akan memperoleh perhatian yang setara dalam interaksi sosial mereka.
 
 "Pengarusutamaan GESI dalam proses pengorganisasian di tingkat tapak memang menjadi bagian integral Gemawan sejak dulu. Karena itu pula ruang aktivitas Gemawan pasti di titik-titik marjinal  khususnya di desa," tambah Ucup. 
 
Sementara itu, Susida, Ketua TP PKK Desa Sekabuk, menyambut baik kegiatan penanaman ini.
 
 "Bentuk kolaborasi seperti inilah yang harus kita jalin, apalagi kami ini merupakan kader-kader yang baru, tentunya perlu pendampingan serta masukan yang mengarah pada kemajuan, mulai dari sumberdaya manusia serta pembangunan sumberdaya alamnya," terang Susida.
 
"Desa Sekabuk mempunyai lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas. Kawasan itu bisa kita olah menjadi lahan yang produktif sehingga menghasilkan suatu produk yang mempunyai nilai jual yang sangat besar dan memberikan manfaat bagi warga desa," tambahnya. (ja) 

0

0

You can share on :

0 Komentar