Mbappe Borong Dua Gol, Real Madrid Bungkam Oviedo 3-0
Sports | Senin, 25 Agustus 2025
Mbappe. X/realmadrid
Sports | Senin, 25 Agustus 2025
Internasional
PIFA, Internasional - Oposisi bersenjata Suriah mengumumkan pada Minggu (8/12) bahwa mereka telah berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, menandai berakhirnya dinasti keluarga Assad yang telah berkuasa selama 50 tahun. Kejatuhan rezim ini terjadi dalam serangan kilat yang mengguncang Timur Tengah, di tengah ketegangan geopolitik yang semakin memanas.Komando militer Suriah dilaporkan telah memberi tahu para perwira bahwa rezim al-Assad telah berakhir. Namun, pihak militer menyatakan masih terus melakukan operasi terhadap kelompok-kelompok yang mereka sebut sebagai "teroris" di kota-kota penting seperti Hama, Homs, serta pedesaan Deraa.Bashar al-Assad, yang selama ini dikenal menumpas segala bentuk perbedaan pendapat dengan tangan besi, dilaporkan melarikan diri dari Damaskus menuju tujuan yang belum diketahui pada hari yang sama. Dua sumber militer senior mengungkapkan bahwa pasukan oposisi bersenjata berhasil memasuki ibu kota tanpa menemukan perlawanan berarti dari tentara.Ribuan warga Suriah tumpah ruah di jalan-jalan Damaskus, berkumpul di alun-alun utama sambil melambai-lambaikan bendera dan meneriakkan "Kebebasan" sebagai simbol akhir dari setengah abad kekuasaan keluarga Assad. Perayaan serupa juga terjadi di Homs, kota simbol perlawanan yang kini sepenuhnya dikuasai oposisi. Warga menari, bernyanyi, dan meneriakkan, "Assad telah pergi, Homs telah bebas!"“Kami merayakan kebebasan rakyat Suriah, pembebasan para tahanan, dan akhir dari era penindasan,” ujar juru bicara oposisi bersenjata merujuk pada pembebasan ribuan tahanan dari penjara militer Sednaya di pinggiran Damaskus.Kejatuhan rezim Assad menjadi pukulan telak bagi Rusia dan Iran, dua sekutu utama Suriah yang selama ini menopang kekuasaan al-Assad. Kedua negara ini diperkirakan akan kehilangan pengaruh strategis di kawasan, di tengah perang Gaza yang terus berkecamuk.Namun, masa depan Suriah pasca-Assad masih dipenuhi ketidakpastian. Kelompok oposisi terbesar, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jolani, menjadi pemain kunci dalam ofensif ini. HTS, yang dulunya merupakan afiliasi al-Qaeda, kini menjadi kekuatan dominan di Suriah barat.Joshua Landis, Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma, menyatakan bahwa transisi kekuasaan di Suriah harus dilakukan secara tertib agar tidak mengulang kekacauan yang terjadi di Irak pasca kejatuhan Saddam Hussein. “Jolani akan berupaya memastikan transisi berjalan stabil. Mereka perlu dukungan dari Eropa dan AS untuk mencabut sanksi ekonomi,” ujar Landis.Di tengah perayaan, laporan mengenai kemungkinan tewasnya Bashar al-Assad turut mengemuka. Data dari Flightradar menunjukkan sebuah pesawat Suriah yang lepas landas dari Damaskus sempat berputar arah secara mendadak sebelum akhirnya menghilang dari radar. Sumber militer menyebut kemungkinan besar pesawat tersebut ditembak jatuh.Sementara itu, Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, menyerukan pemilihan umum bebas agar rakyat Suriah dapat menentukan pemimpin mereka sendiri. Al-Jalali juga dilaporkan telah menjalin komunikasi dengan Abu Mohammed al-Jolani untuk membahas periode transisi yang tengah berlangsung.Di tengah euforia kebebasan, tantangan besar masih menanti Suriah. Rakyat Suriah kini berharap bahwa era baru ini akan membawa demokrasi dan keadilan setelah lebih dari 13 tahun konflik yang menghancurkan negara itu. Pemimpin Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Mazloum Abdi, menyebut momen ini sebagai "kesempatan bersejarah untuk membangun Suriah baru yang menjunjung hak-hak seluruh rakyatnya."Jordan, Amerika Serikat, dan sekutu regional lainnya turut menyuarakan harapan agar stabilitas dan keamanan dapat segera dipulihkan di Suriah. Presiden Joe Biden mengatakan pihaknya terus memantau perkembangan luar biasa ini dan akan berkoordinasi dengan mitra regional untuk memastikan transisi damai di negara tersebut.Keberhasilan oposisi menguasai Homs—yang selama bertahun-tahun menjadi medan perang sengit—menjadi simbol kebangkitan kembali gerakan ini. Kota tersebut kini memiliki nilai strategis, memutus jalur antara Damaskus dan kawasan pesisir Suriah, basis kekuatan sekte Alawite yang mendukung al-Assad.
Politik
PIFA, Politik - Kehebohan melanda Bandara Soekarno-Hatta ketika Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), akhirnya tiba di Indonesia setelah beberapa waktu tak bisa dihubungi. Konfirmasi kabar ini datang dari Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM), Silmy Karim, yang mengonfirmasi bahwa SYL telah berada di Indonesia pada Rabu (4/10/2023). Pihak imigrasi mencatat bahwa SYL melintas di pemeriksaan imigrasi sekitar pukul 18.41 WIB. Meskipun informasi awal menyebutkan pesawat SYL tiba pada pukul 18.02 WIB, hingga pukul 19.40 WIB, SYL belum terlihat meninggalkan gate 1 keberangkatan internasional, menciptakan kebingungan di antara pengunjung bandara. Kedatangan SYL ke Tanah Air ini menjadi pusat perhatian karena terkait dengan kasus dugaan korupsi di Kementerian Pertanian yang tengah diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Meskipun KPK belum merilis nama-nama tersangka, penyelidikan ini terus bergulir, dan rumah dinas SYL telah menjadi sasaran penggeledahan, menghasilkan penemuan dana puluhan miliar rupiah. Penggeledahan ini berlangsung pada Jumat (29/9) ketika SYL sedang menjalankan tugas dinasnya di Roma, Italia. Keberadaan SYL sempat menjadi misteri karena pada 1 Oktober, data masuknya ke Indonesia masih belum tercatat di imigrasi, menyebabkan ketidakpastian terkait kembalinya menteri tersebut. Partai NasDem, di mana SYL merupakan kader, memberikan klarifikasi bahwa SYL dijadwalkan kembali ke Indonesia pada 5 Oktober, menciptakan kebingungan terkait ketidakkonsistenan informasi seputar kepulangannya. Sorotan publik pun terus mengintai, menantikan pengembangan lebih lanjut dalam penyelidikan kasus ini yang melibatkan salah satu pejabat tinggi di pemerintahan. (hs)
Lokal
Berita Kubu Raya, PIFA - Untuk membangun kesamaan pandangan dalam isu keadilan gender, Gemawan menggelar Gender Equality Camp yang dilaksanakan selama 2 hari. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati International Women's Day (IWD) 2022 yang berlangsung di Wisata Hutan Albasia, Desa Kuala Dua, Kubu Raya, pada Jum’at (18/3/2022). Arniyanti, Kepala Training and Learning Center (TLC) Gemawan, mengatakan Gender Equality Camp perdana ini mengangkat tema Mengubah Cara Pandang, Menyetarakan Perbedaan. "Masih ada cara pandang yang timpang saat memahami relasi gender, karena itu kami mengusung tema ini untuk merekonstruksi pemahaman gender yang inklusif dan terbuka," ujarnya. Sebanyak 30 orang yang terdiri atas peserta, fasilitator, dan panitia dari berbagai latar belakang mengikuti kegiatan ini. "Gemawan ingin melakukan inovasi dalam metode pembelajaran, di luar mainstream pembelajaran konvensional. Kelas-kelas alternatif seperti ini dipilih agar memberikan suasana ringan, santai, dan akrab dengan alam," jelasnya. Sementara itu Yustina Veneranda Novi, salah satu peserta, mengungkapkan sangat mengapresiasi kegiatan ini. “Ruang belajar ini membantu mengembangkan soft skill, dapat bertemu dengan peserta lain dari berbagai latar belakang, belajar banyak dan dapat memahami kesetaraan gender yang kemudian mengubah pola pikir,” imbuhnya. Kegiatan ini terbagi dalam beberapa sesi dan materi, mulai dari membangun ruang aman: personal stories. Sesi ini difasilitasi oleh Resi Rafsanjani, mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Pontianak yang juga asisten Psikolog. Beberapa sesi dan materi lain yaitu, Sejarah Gerakan Perempuan, Ekologi dan Feminisme, Media dan Gender, dan ditutup dengan membuat produk literasi bebas sebagai bahan kampanye dalam isu keadilan gender. Selain Gemawan, kegiatan ini didukung oleh FAMM Indonesia sebagai organisasi yang fokus pada pengembangan kapasitas aktivis perempuan muda di Indonesia. (ja)