Megawati Soekarnoputri: Jejak Perjuangan dan Kiprah Politik
Indonesia | Selasa, 4 Juni 2024
PIFA, Politik - Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri, yang lebih akrab disapa Mega, lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, merupakan anak kedua dari pasangan Soekarno, presiden pertama Indonesia, dan Fatmawati. Kehidupannya sejak kecil tidak lepas dari suasana perjuangan dan semangat kemerdekaan yang diwariskan oleh ayahnya.
Pendidikan dan Awal Karier
Mega menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas di Perguruan Cikini, Jakarta. Setelah lulus SMA pada usia 18 tahun, Mega melanjutkan studi ke Fakultas Pertanian di Universitas Padjadjaran, Bandung. Namun, karena situasi politik yang memanas, ia hanya bertahan selama setahun. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tetapi tidak sampai selesai.
Perjalanan Politik
Karier politik Mega dimulai dari keterlibatannya di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Pada usia 39 tahun, ia menjadi pengurus PDI Jakarta Pusat pada tahun 1986 dan setahun kemudian terpilih sebagai anggota DPR RI (1987-1992). Karier politiknya terus meningkat saat ia terpilih menjadi Ketua Umum PDI pada kongres tahun 1993.
Masa Kepemimpinan PDI dan PDI Perjuangan
Di bawah kepemimpinannya, PDI mengalami banyak tekanan dari rezim Soeharto yang menyebabkan perpecahan internal. Puncak ketegangan ini terjadi pada peristiwa 27 Juli 1996 yang memicu kerusuhan di Jakarta. Setelah peristiwa tersebut, Mega memimpin kelompok PDI yang kemudian mendirikan PDI Perjuangan pada tahun 1998.
Sejak itu, Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan untuk beberapa periode berturut-turut hingga 2020. Pada Pemilu 1999, di era reformasi, PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meskipun Mega kalah dalam pemilihan presiden oleh MPR, ia akhirnya menjadi Wakil Presiden dan kemudian menggantikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden periode 2001-2004.
Mengantarkan Kader Menjadi Pemimpin
Megawati tidak hanya fokus pada dirinya sendiri tetapi juga berperan dalam mengantarkan kader-kader PDI Perjuangan menjadi pemimpin di berbagai tingkat pemerintahan. Keberhasilan terbesarnya adalah mengantarkan Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden RI pada periode 2014-2019 dan 2019-2024.
Semangat Perjuangan dan Gotong Royong
Semangat perjuangan, kerja keras, dan gotong royong yang diwariskan oleh Soekarno terus dijaga oleh Megawati sepanjang karier politiknya. Nilai-nilai ini selalu ia tanamkan kepada para kader PDI Perjuangan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
Kehidupan Pribadi
Megawati menikah tiga kali. Pernikahan pertamanya dengan letnan satu (penerbang) Surindro Supjarso pada tahun 1968 yang memberinya dua anak laki-laki. Setelah suaminya gugur, ia menikah dengan diplomat asal Mesir, Hassan Gamal Ahmad Hasan, namun pernikahan ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1973, Mega menikah dengan Taufik Kiemas dan memiliki satu anak perempuan, Puan Maharani, yang kini juga aktif dalam politik.
Warisan dan Pengaruh
Megawati Soekarnoputri adalah sosok yang mengikuti jejak perjuangan ayahnya dengan penuh dedikasi. Warisan semangat kemerdekaan dan gotong royong terus ia pegang teguh, menjadikannya figur sentral dalam politik Indonesia hingga saat ini.
Dengan berbagai pencapaian dan dedikasi dalam dunia politik, Megawati telah membuktikan bahwa semangat perjuangan dan kerja keras mampu membawa perubahan yang signifikan bagi bangsa dan negara.