Mengenal Penyakit Empty Sella Syndrome yang Diderita Ruben Onsu, Wanita Lebih Beresiko
Jakarta | Jumat, 24 Mei 2024
PIFA, Lifestyle - Beberapa waktu lalu presenter sekaligus pelawak Ruben Onsu pingsan saat bekerja diduga akibat kelelahan. Saat ini kondisi Ruben Onsu memang kurang baik, pasalnya ia dikabarkan tengah berjuang melawan penyakit Empty Sella Syndrome yang membuat tubuhnya terlihat semakin lemah.
Empty sella syndrome adalah suatu kondisi di mana kelenjar pituitari yang melekat pada otak menyusut atau menjadi rata. Kelenjar pituitari umumnya mengeluarkan hormon yang akan mengatur keseimbangan tubuh dari banyaknya hormon yang mengontrol pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme tubuh.
Ketika kelenjar pituitari menyusut atau menjadi rata, ia tidak akan terdeteksi oleh pemindai MRI. Hal itu akan membuat area kelenjar pituitari tampak seperti "sella kosong", namun sebenernya sella tidak kosong.
Biasanya, sella sering diisi dengan cerebrospinal fluid (CSF), yaitu cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Ketika seseorang mengidap ESS, cairan tersebut bocor ke dalam sella tursika yang mengakibatkan kelenjar pituitari tertekan, sehingga kelenjar menyusut atau rata.
Umumnya, penyakit satu ini diketahui wanita memiliki risiko lebih besar dibandingkan laki-laki. Selain itu, orang-orang dengan kondisi obesitas dan tekanan darah tinggi juga memiliki risiko lebih besar alami empty sella syndrome.
Pada banyak kasus, ESS tidak memiliki gejala apapun. Pasien umumnya mengetahui dirinya mengidap ESS ketika sedang melakukan MRI atau CT scan pada bagian kepala dan otak akibat dari gangguan kesehatan lain.
Meskipun begitu, terdapat juga laporan pasien yang mengidap ESS memiliki beberapa gejala, seperti sakit kepala, menstruasi tidak teratur, ganguan ereksi Turunnya gairah seksual atau libido, Kelelahan hingga Keluarnya puting susu.
Untuk pengobatannya sendiri, pada kasus ESS primer, pasien tidak perlu mendapatkan pengobatan jika fungsi kelenjar pituitari normal. Namun, beberapa pasien akan diresepkan sejumlah obat yang fungsinya untuk mengobati kadar hormon yang tidak normal. Sementara pada kasus ESS sekunder, pasien akan diberikan pengobatan untuk menggantikan hormon yang hilang. Namun pada beberapa kasus, pembedahan perlu dilakukan untuk memperbaiki sella dengan tujuan mencegah CSF bocor ke hidung dan sinus. (ly)