Motivasi Marselino: Bermain di Kandang Adalah Keuntungan Besar bagi Tim Garuda
Indonesia | Kamis, 12 Desember 2024
Marselino Ferdinan, saat konferensi pers jelang laga kedua Piala ASEAN Mitsubishi Electric Cup (AMEC) 2024. (Dok. PSSI)
Indonesia | Kamis, 12 Desember 2024
Sports
PIFA.CO.ID, SPORTS - Gol pertama Inter Milan dalam laga melawan Fiorentina di Giuseppe Meazza, Selasa (11/2/2025) dini hari WIB, menuai kontroversi. Pelatih Fiorentina, Raffaele Palladino, meluapkan kekesalannya terhadap proses terciptanya gol tersebut. Dalam pertandingan lanjutan Liga Italia itu, Nerazzurri menang tipis 2-1.Gol pembuka Inter terjadi pada menit ke-28 melalui bunuh diri Marin Pongracic setelah situasi sepak pojok. Awalnya, gol tersebut dikreditkan kepada Lautaro Martinez. Namun, keputusan memberikan sepak pojok kepada Inter membuat Fiorentina protes keras, terutama Palladino yang meyakini bola sudah lebih dulu keluar sebelum Alessandro Bastoni mengambilnya dan dibuang pemain FiorentinaLiga Italia telah menggunakan teknologi garis gawang, tetapi sistem ini hanya mencakup area mulut gawang, bukan seluruh garis lapangan.Sementara itu, VAR juga memiliki batasan dan hanya bisa digunakan untuk meninjau keputusan krusial seperti gol yang diperdebatkan, penalti, kartu merah, atau identitas pemain yang menerima sanksi. Dalam kasus ini, VAR tidak bisa meninjau apakah bola sudah keluar sebelum sepak pojok diberikan."Saya tidak pernah berbicara tentang wasit, saya tidak menghakimi mereka dan saya berjanji pada diri sendiri tidak akan pernah menghakimi kesalahan wasit. Namun, kami jelas sedikit marah dengan gol Inter. Saya tidak ingin marah dengan wasit, tetapi dengan protokol (VAR)," ujar Palladino, dikutip dari Football Italia.Pelatih Fiorentina itu menyoroti ketidaksempurnaan aturan VAR dalam menangani situasi seperti ini. "Jika kita memiliki alat yang dapat membantu wasit membuat lebih sedikit kesalahan, kita tidak akan gagal untuk mengintervensi kesalahan objektif. Bola keluar sekitar 20 cm. Ini adalah detail yang menentukan.""Protokol mengatakan bahwa VAR tidak dapat melakukan intervensi. Saya setuju bahwa VAR tidak boleh melakukan intervensi dalam segala hal, tetapi ini tidak baik, karena kita akan berdebat dan pulang dengan marah," tambahnya.Fiorentina sempat menyamakan skor melalui penalti yang dieksekusi Rolando Mandragora. Namun, Inter Milan memastikan kemenangan setelah Marko Arnautovic mencetak gol penentu. Keputusan yang menuai kontroversi ini pun meninggalkan kekecewaan bagi kubu Fiorentina.
Sports
PIFA.CO.ID, SPORTS – AC Milan harus menghadapi kenyataan pahit musim ini. Gagal mengamankan tiket ke kompetisi Eropa musim depan, klub berjuluk Rossoneri terancam mengalami kerugian finansial yang sangat besar, yakni mencapai angka 80 juta euro atau setara Rp 1,4 triliun.Kekalahan telak dari AS Roma dengan skor 1-3 di Stadion Olimpico pada Senin (19/5/2025) dini hari WIB menjadi pukulan telak yang memastikan absennya Milan dari pentas Eropa. Kini mereka tertahan di posisi ke-9 klasemen sementara Serie A dengan koleksi 60 poin. Dengan hanya satu laga tersisa, mereka dipastikan tidak mampu mengejar Lazio yang berada di posisi keenam (zona terakhir kompetisi Eropa) dengan raihan 65 poin.Absennya Milan di Liga Champions maupun turnamen Eropa lainnya berarti kehilangan salah satu sumber pendapatan terbesar klub. Seperti dilansir Calcio e Finanza, partisipasi Milan di Liga Champions musim ini menghasilkan pendapatan sekitar 60 juta euro, meski mereka hanya mampu melangkah hingga babak playoff fase gugur. Di luar itu, pemasukan dari tiket pertandingan kandang di ajang tersebut mencapai 20 juta euro. Total, Milan memperoleh sekitar 80 juta euro musim ini dari kompetisi paling elite di Benua Biru.Pendapatan sebesar itu tentu tidak akan masuk kas klub pada musim 2025/2026. Ketidakhadiran di Eropa jelas memberi dampak besar, tidak hanya pada aspek pendapatan langsung dari UEFA, tetapi juga pada sektor komersial, sponsorship, hingga penjualan merchandise yang sangat bergantung pada eksposur internasional.“Milan total mendapatkan paling tidak mendapatkan 80 juta euro dari penampilan di Liga Champions. Pemasukan itu dipastikan hilang pada musim depan,” tulis Calcio e Finanza.Sebagai perbandingan, klub yang sekadar lolos ke babak grup Liga Champions pun masih bisa mengantongi minimal 40 juta euro. Sementara itu, jika bermain di Liga Europa dengan performa yang cukup baik, klub dapat memperoleh sekitar 35 juta euro. Bahkan, meskipun Liga Conference memberi pendapatan lebih kecil, klub seperti Chelsea tetap bisa mengantongi sekitar 20 juta euro jika berhasil mencapai babak final.Kondisi ini membuat manajemen Milan harus berpikir keras dalam menyusun strategi keuangan klub. Salah satu langkah yang kemungkinan diambil adalah melepas beberapa pemain andalan demi menjaga kestabilan neraca keuangan. Nama gelandang kreatif Tijjani Reijnders disebut-sebut sebagai salah satu pemain yang paling berpotensi dilepas, mengingat tingginya minat dari sejumlah klub besar Eropa yang siap membayar mahal untuk jasanya.Absennya Milan di kompetisi Eropa tidak hanya berdampak pada sisi finansial, namun juga bisa memengaruhi daya tarik mereka di bursa transfer. Para pemain bintang cenderung lebih tertarik bergabung dengan klub yang menjamin panggung di Liga Champions, tempat mereka bisa bersaing di level tertinggi dan mendapatkan sorotan global.Dengan tekanan besar dari para tifosi serta tanggung jawab menjaga stabilitas klub, manajemen Rossoneri dihadapkan pada tantangan besar untuk membangun kembali skuad yang kompetitif. Keberhasilan kembali ke zona Eropa musim berikutnya akan sangat menentukan kelangsungan proyek jangka panjang yang selama ini diupayakan.
Lokal
PIFA, Lokal - Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) nomor urut 1, Sutarmidji dan Didi Haryono (Midji-Didi), menguraikan visi, misi, dan program kerja mereka saat mengikuti debat publik kedua yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalbar di Swiss-Belinn Singkawang, Selasa malam, 5 November 2024. Debat tersebut mengangkat tema pembangunan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam (SDA) ramah lingkungan, serta solusi permasalahan daerah.Dalam pemaparannya, Sutarmidji menyampaikan visi mereka untuk mewujudkan Kalbar yang maju, sejahtera, dan berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur dan perbaikan tata kelola pemerintahan. "Infrastruktur bukan hanya soal jalan, tetapi juga pemenuhan kebutuhan dasar di bidang kesehatan dan pendidikan, karena kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang utama," ungkap Sutarmidji.Terkait pembangunan infrastruktur jalan, Sutarmidji menjelaskan bahwa pembangunan harus dilakukan secara bertahap dan berfokus pada prioritas kebutuhan masyarakat. Menurutnya, panjang jalan provinsi di Kalbar mencapai 1.534 kilometer, dengan lebih dari 50 persen dalam kondisi rusak pada awal masa jabatannya di tahun 2018. Namun, selama lima tahun terakhir, perbaikan infrastruktur jalan sudah mencapai lebih dari 79 persen, dengan sisanya sekitar 21 persen masih perlu diperbaiki. "Kita harus prioritaskan jalan yang dibutuhkan masyarakat, bukan sekadar untuk akses tambang atau perkebunan," tambahnya.Sutarmidji juga menyoroti pelayanan publik di Kalbar yang sudah mengalami peningkatan signifikan, terbukti dari nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kalbar yang mencapai 71,54 (kategori BB). Pencapaian lain juga terlihat dalam berbagai aspek, seperti Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), reformasi birokrasi, dan peningkatan jumlah desa mandiri.Di bidang ekonomi, Sutarmidji menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kalbar cukup stabil dengan daya beli masyarakat yang terus meningkat. Provinsi Kalbar berhasil menjaga inflasi tetap terkendali dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak daerah dan retribusi. "Peningkatan PAD ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang positif di Kalbar," jelasnya.Salah satu capaian signifikan lain yang ditonjolkan oleh Sutarmidji adalah program Indeks Desa Membangun (IDM). Dalam lima tahun terakhir, jumlah desa mandiri di Kalbar telah meningkat dari hanya satu desa pada tahun 2018 menjadi 1.079 desa mandiri saat ini. "Dari 677 desa sangat tertinggal di awal jabatan, kini tidak ada lagi desa sangat tertinggal di Kalbar, begitu juga dengan desa tertinggal," paparnya.Dengan keberhasilan peningkatan jumlah desa mandiri, Sutarmidji menyatakan bahwa kualitas ekonomi, lingkungan, dan sosial masyarakat Kalbar telah membaik, tercermin dari angka gini ratio yang relatif rendah, yaitu 0,321. "Ketimpangan ekonomi tidak terlalu dalam, sehingga pemerataan pembangunan dan pendapatan bisa lebih mudah diwujudkan. Insyaallah, Midji-Didi berkomitmen untuk terus melanjutkan program ini," tutupnya dengan optimisme.Debat publik ini menjadi ajang penting bagi Sutarmidji dan Didi Haryono untuk memaparkan visi mereka dalam membangun Kalbar yang lebih baik, sekaligus menjawab berbagai tantangan pembangunan yang ada di provinsi tersebut.