PIFA.CO.ID, TEKNO - Perusahaan kecerdasan buatan OpenAI menyatakan ketertarikannya untuk membeli Chrome, aplikasi mesin pencarian milik Google, apabila raksasa teknologi tersebut benar-benar memutuskan untuk menjualnya. Pernyataan mengejutkan ini terungkap dalam persidangan kasus dugaan monopoli yang menjerat Google di Amerika Serikat.

Dikutip dari The Verge, Rabu (22/4), kabar ini pertama kali dilaporkan oleh Reuters. Salah satu eksekutif OpenAI menyampaikan hal tersebut langsung kepada Hakim Amit Mehta, yang memimpin persidangan terkait kasus monopoli layanan pencarian daring oleh Google.

Departemen Kehakiman AS sebelumnya mengusulkan agar Google melepas salah satu produknya, termasuk Chrome, sebagai solusi atas dugaan praktik monopoli yang merugikan persaingan. Usulan tersebut muncul setelah hakim menyatakan bahwa Google terbukti menyalahgunakan dominasinya di pasar layanan pencarian.

Persidangan kasus hukum ini sendiri telah dimulai sejak Senin (21/4), dan Google mengungkapkan niatnya untuk mengajukan banding terhadap putusan tersebut.

Dalam kesaksiannya, eksekutif OpenAI, Nick Turley, juga mengungkapkan bahwa pihaknya sempat menghubungi Google pada tahun lalu guna menjajaki kemungkinan kemitraan. Kemitraan tersebut diharapkan memungkinkan ChatGPT, produk unggulan OpenAI, untuk menggunakan teknologi pencarian Google.

Namun, pembicaraan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan. Saat ini, ChatGPT hanya mengandalkan informasi dari Bing, mesin pencari milik Microsoft yang menjadi pesaing langsung Google.

Meski telah bermitra dengan Bing, OpenAI menyatakan masih menemui sejumlah kendala. “Kami yakin memiliki banyak mitra, dan khususnya API Google, akan memungkinkan kami untuk menyediakan produk yang lebih baik bagi pengguna,” tulis OpenAI dalam surat elektronik yang diajukan sebagai bukti dalam persidangan.

Turley juga mengakui bahwa OpenAI kini tengah mengembangkan sistem indeks pencariannya sendiri. Awalnya, perusahaan menargetkan agar ChatGPT dapat menangani hingga 80 persen pencarian secara mandiri pada akhir 2025. Namun, seiring berjalannya waktu, target tersebut dinilai tidak realistis dan kemungkinan baru bisa tercapai dalam beberapa tahun ke depan.

Hingga saat ini, Google belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan OpenAI tersebut maupun kemungkinan penjualan Chrome. Namun yang jelas, ketertarikan OpenAI ini menambah dinamika baru dalam persaingan teknologi, khususnya dalam pengembangan mesin pencari dan kecerdasan buatan.

Dengan potensi akuisisi atau kemitraan strategis seperti ini, peta kekuatan industri teknologi global bisa mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun mendatang.