Presiden Gotabaya Rajapaksa. Foto: Daily News

Berita Internasional, PIFA - Parlemen Sri Lanka mengungkapkan bahwa Presiden Gotabaya Rajapaksa sudah mengundurkan diri secara lisan kepada pihaknya. Namun surat resmi pengunduran Rajapaksa belum diterima Parlemen, surat tersebut masih ditunggu oleh mereka.

Kabar pengunduran Rajapaksa dikonfirimasi oleh Ketua DPR Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena dalam keterangannya pada Rabu (13/7).

"Sehubungan dengan dokumen resmi yang menandakan [pengunduran diri]. Saya diberitahu bahwa [surat pengunduran diri] akan saya terima hari ini," terang Abeywardena dalam konferensi persnya, demikian dikutip dari CNNIndonesia.com (14/7).

Seperti diketahui Rajapaksa dijadwalkan mundur pada Rabu malam. Namun, hingga sekarang belum ada kabar terbaru terkait surat resmi pengunduran dirinya.

Bila merujuk konstitusi Sri Lanka, pengunduran diri Rajapaksa baru akan dinyatakan sah jika parlemen menerima surat resminya.

Pengunduran diri imbas dari desakan demonstrasi yang kini telah menduduki kediamannya. Hal ini juga karena Sri Lanka bangkrut akibat krisis ekonomi dan politik yang tak kunjung usai.

Kronologi Sri Lanka Bangkrut

Protes terhadap krisis ekonomi telah membara selama berbulan-bulan dan memuncak akhir pekan lalu ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung penting pemerintah. Mereka menyalahkan Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, korupsi dan kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.

"Ekonomi negara kepulauan yang bergantung pada pariwisata itu pertama kali dihantam oleh pandemi COVID-19 dan kemudian mengalami penurunan pengiriman uang dari luar negeri Sri Lanka. Larangan pupuk kimia merusak hasil pertanian meskipun larangan itu kemudian dibatalkan," dikutip dari Reuters.

Kemudian Rajapaksa juga menerapkan pemotongan pajak populis pada tahun 2019 yang mempengaruhi keuangan pemerintah sementara menyusutnya cadangan devisa membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Bensin sangat dijatah dan menyebabkan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.

Terparah, inflasi utama Sri Lanka mencapai 54,6% pada bulan lalu. Bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa naik menjadi 70% dalam beberapa bulan mendatang. (yd)

Berita Internasional, PIFA - Parlemen Sri Lanka mengungkapkan bahwa Presiden Gotabaya Rajapaksa sudah mengundurkan diri secara lisan kepada pihaknya. Namun surat resmi pengunduran Rajapaksa belum diterima Parlemen, surat tersebut masih ditunggu oleh mereka.

Kabar pengunduran Rajapaksa dikonfirimasi oleh Ketua DPR Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena dalam keterangannya pada Rabu (13/7).

"Sehubungan dengan dokumen resmi yang menandakan [pengunduran diri]. Saya diberitahu bahwa [surat pengunduran diri] akan saya terima hari ini," terang Abeywardena dalam konferensi persnya, demikian dikutip dari CNNIndonesia.com (14/7).

Seperti diketahui Rajapaksa dijadwalkan mundur pada Rabu malam. Namun, hingga sekarang belum ada kabar terbaru terkait surat resmi pengunduran dirinya.

Bila merujuk konstitusi Sri Lanka, pengunduran diri Rajapaksa baru akan dinyatakan sah jika parlemen menerima surat resminya.

Pengunduran diri imbas dari desakan demonstrasi yang kini telah menduduki kediamannya. Hal ini juga karena Sri Lanka bangkrut akibat krisis ekonomi dan politik yang tak kunjung usai.

Kronologi Sri Lanka Bangkrut

Protes terhadap krisis ekonomi telah membara selama berbulan-bulan dan memuncak akhir pekan lalu ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung penting pemerintah. Mereka menyalahkan Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, korupsi dan kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.

"Ekonomi negara kepulauan yang bergantung pada pariwisata itu pertama kali dihantam oleh pandemi COVID-19 dan kemudian mengalami penurunan pengiriman uang dari luar negeri Sri Lanka. Larangan pupuk kimia merusak hasil pertanian meskipun larangan itu kemudian dibatalkan," dikutip dari Reuters.

Kemudian Rajapaksa juga menerapkan pemotongan pajak populis pada tahun 2019 yang mempengaruhi keuangan pemerintah sementara menyusutnya cadangan devisa membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Bensin sangat dijatah dan menyebabkan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.

Terparah, inflasi utama Sri Lanka mencapai 54,6% pada bulan lalu. Bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa naik menjadi 70% dalam beberapa bulan mendatang. (yd)

0

0

You can share on :

0 Komentar