PIFA, Tekno - Sebuah studi dari Agate mengungkap potensi besar industri game Indonesia, dengan total 3,37 miliar unduhan pada 2022, menjadikan Indonesia pasar game terbesar ketiga di dunia. Nilai pasar domestik mencapai US$2,5 miliar atau sekitar Rp41,3 triliun, dan diproyeksikan akan memiliki 192 juta gamer pada 2025.

Namun, laporan bertajuk “The State of Indonesia’s Game Industry White Paper” itu juga menyoroti kenyataan pahit bahwa 99,5 persen pasar masih dikuasai oleh game asing, sementara game lokal hanya mengambil porsi 0,5 persen.

Dominasi ini terlihat jelas dari pengeluaran gamer Indonesia yang mencapai US$370 juta pada 2023, sebagian besar berasal dari pembelian dalam aplikasi (in-app purchases) di gim-gim global. Kondisi ini menunjukkan daya beli gamer lokal yang besar, tetapi manfaat ekonominya justru lebih banyak mengalir ke penerbit luar negeri.

Menurut laporan tersebut, ada tiga tantangan utama yang menghambat kemajuan industri game Tanah Air, yaitu:

Keterbatasan modal, karena pengembang lokal masih bergantung pada tabungan pribadi atau investor asing.

Jumlah pengembang yang terbatas.

Kesenjangan keahlian teknis (talent gap) dalam bidang pemrograman dan desain game yang membuat banyak studio harus mengandalkan outsourcing.

Meski begitu, pemerintah dinilai mulai mengambil langkah konkret melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2024, yang menempatkan game sebagai sub-sektor vital dalam strategi ekonomi kreatif nasional.

Perpres ini menargetkan pendanaan minimal US$40 juta per tahun untuk pengembangan game melalui skema seperti matching funds dan modal ventura.

Pengembang Lokal Tembus Pasar Dunia

Di tengah dominasi game asing di pasar domestik, sejumlah pengembang lokal berhasil menorehkan prestasi di kancah global lewat game PC dan konsol. Beberapa judul seperti Coffee Talk, Potion Permit, A Space for the Unbound, dan Coral Island membuktikan kemampuan Indonesia di panggung internasional.

Secara kolektif, keempat game tersebut telah terjual lebih dari 1,3 juta salinan di platform Steam, menghasilkan pendapatan kotor sekitar US$22,3 juta.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa kualitas dan kreativitas pengembang Indonesia terus meningkat, serta mampu bersaing dengan produk global. Dukungan inisiatif seperti Indonesia Game Developer eXchange (IGDX) dan Indonesia Game Awards juga dinilai penting dalam memperkuat ekosistem pengembang game lokal.

Meski masih menghadapi berbagai tantangan, laporan Agate menegaskan bahwa masa depan industri game Indonesia sangat menjanjikan jika potensi besar pasar domestik dapat diimbangi dengan dukungan modal, talenta, dan kebijakan yang berkelanjutan.