Pembagian Grup Piala Soeratin U-13 2024 Putaran Nasional
Indonesia | Kamis, 6 Februari 2025
Pembagian Grup Piala Soeratin U-13 2024 Putaran Nasional, ada 9 totalnya. (Dok. PSSI)
Indonesia | Kamis, 6 Februari 2025
Lifestyle
PIFA.CO.ID, LIFESTYLE – Certified Financial Planner Rista Zwestika, WMI, membagikan kiat mengelola Tunjangan Hari Raya (THR) agar tidak cepat habis dan lebih produktif.Menurutnya, kesalahan umum dalam mengelola THR adalah tidak memiliki rencana keuangan yang jelas. "Banyak yang langsung menghabiskan THR tanpa membuat daftar prioritas, seperti kebutuhan mendesak atau tabungan," ujar Rista saat dihubungi di Jakarta, Jumat.Untuk itu, ia menyarankan alokasi dana THR yang lebih terstruktur, seperti:30-40 persen untuk melunasi utang berbunga tinggi.20 persen sebagai dana darurat, minimal setara 6-12 bulan pengeluaran.30 persen untuk kebutuhan mendesak seperti perbaikan rumah atau biaya kesehatan.10 persen untuk hiburan agar tidak merasa tertekan.Rista juga mengingatkan agar menghindari belanja impulsif. Salah satu caranya adalah menunda pembelian barang mahal selama 1-2 minggu untuk memastikan kebutuhan tersebut benar-benar penting.Selain itu, komunikasi dengan keluarga juga penting agar penggunaan THR tidak menimbulkan konflik, misalnya dengan tetap menyisihkan sebagian untuk orang tua tanpa mengorbankan tabungan.Ia menyarankan memanfaatkan diskon secara bijak, seperti membeli sembako dalam jumlah besar daripada barang konsumtif. "Gunakan aplikasi keuangan untuk menghindari kebocoran anggaran dan jika ada sisa, lakukan investasi sederhana seperti deposito atau reksa dana pasar uang," tambahnya.Sebagai contoh, untuk THR senilai Rp5 juta, ia menyarankan pembagian berikut:Rp1,5 juta (30%) untuk utangRp1 juta (20%) untuk dana daruratRp1,5 juta (30%) untuk kebutuhan keluargaRp500 ribu (10%) untuk hiburanRp500 ribu (10%) untuk investasi atau simpanan likuidDengan strategi ini, THR tidak hanya habis begitu saja, tetapi bisa menjadi langkah awal menuju stabilitas keuangan jangka panjang.Ia juga mengingatkan agar tidak terjebak tekanan sosial, seperti mengalokasikan THR untuk barang mewah atau pesta di luar kemampuan. "Menganggap THR sebagai 'uang panas' yang harus segera dihabiskan tanpa menyisihkan sebagian untuk dana darurat atau investasi adalah kesalahan yang sering terjadi," tutupnya.
Lokal
PIFA, Lokal - Veddriq Leonardo, atlet panjat tebing asal Pontianak, Kalimantan Barat mengharumkan nama Indonesia usai berhasil meraih medali emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024 dalam cabang olahraga Panjat Tebing Kategori Men Speed. Veddriq mengalahkan atlet asal Tiongkok Wung Peng dalam kategori speed putra. Dengan catatan waktu 4,75 detik. Vedderiq mengalahkan lawannya tersebut dengan selisih catatan waktu hanya 0,02 detik. Kemenangan Veddriq ini pun menjadi sorotan dunia. Bahkan keluarganya yang berada di Pontianak juga turut bahagia atas keberhasilan Putra Kalbar itu. Ditemui wartawan PIFA, Rosita, ibu kandung Vedderiq mengatakan sebelum bertanding anak laki-laki satu-satunya itu sempat video call ibunya meminta doa agar berhasil meraih juara. Alhasil benar saja, doa ibunya itu pun terjaawab. “Sebelum tanding Veddriq selalu telfon orang tua. Dari dulu sampai sekarang dia seperti itu. Saya selalu bilang tanpa diminta pun mama akan selalu mendoakan, Veddriq fokus saja dan tenang dalam berlomba,” ungkapnya. Di mata keluarga, atlet kelahiran 11 Maret 1997 di Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) ini merupakan sosok pendiam tetapi gigih saat ada kemauan. “Veddriq itu seorang pendiam, tapi kalau ada kemauan dia gigih memperjuangkannya. Dia akan mencoba dengan keras jika ingin sesuatu,” ujarnya Rosita menceritakan, Veddriq mengenal cabang olahraga panjat tebing saat duduk di kelas 10 sekolah menengah atas (SMA). Veddriq sering melihat teman-temannya memanjat tebing di pusat latihan panjat tebing Pontianak. “Awal kenal panjat tebing saat SMA, baru semester pertama, dia sering lihat teman manjat tebing,” terang Rosita. Pernah fokus badminton Namun menurut Rosita, pada saat itu, Veddriq justru lebih rutin berlatih badminton. Namun tiba-tiba ketertariknya berubah ketika dia merasa kemampuannya main badminton tidak berkembang. Saat masuk SMA itulah ia mulai tetarik menekuni panjat pinang. “Dia orangnya suka tantangan. Awalnya sering latihan badminton, tapi merasa tidak ada kemajuan,” cerita Rosita. Sejak saat itu, Veddriq semakin giat berlatih, menonton pertandingan-pertandingan panjat tebing secara langsung maupun di Youtube. Veddriq juga mulai diikutsertakan ke dalam kejuaraan antar sekolah dan daerah. “Veddriq itu biasanya pulang sekolah tidak langsung ke rumah, tapi langsung latihan. Pakaian latihannya langsung dibawa,” jelas Rosita. Rosita mengatakan kurang lebih sudah hampir satu tahun anaknya itu tidak pulang ke rumah karena Veddriq harus fokus mempersiapkan diri untuk bertanding di Olimpiade Paris 2024. Rosita mengungkapkan saat pulanh ke rumah anaknya itu selalu meminta ibunya memasakan dia nasi goreng atau indomie “Veddriq itu sangat suka makan nasi goreng, bisa habis dua sampai tiga piring. Dia juga senang makan Indonemi kaldu, karena di sana kan nggak boleh makan indomie. Jadi setiap pulang selalu minta masakan. Sambal orek tempe juga,” ungkapnya. Sebagai orang tua, Rosita berharap anaknya itu tetap menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu mengharumkan nama bangsa Indonesia . “Harapan saya ke depan Veddriq lebih baik, mengangkat keluarga, mengharumkan nama bangsa Indonesia,” harap Rosita. (ly)
Lifestyle
PIFA, Lifestyle - Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Healthy Longevity telah menemukan hubungan antara kurang tidur dengan penurunan fungsi kognitif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari University College London (UCL) di Inggris, tidur kurang dari enam jam setiap hari dapat mengurangi efek perlindungan yang dihasilkan oleh aktivitas fisik teratur dalam melawan penurunan kognitif. Penelitian ini melibatkan 8.958 orang berusia 50 tahun ke atas di Inggris, yang diamati selama 10 tahun untuk mempelajari perubahan fungsi kognitif mereka dari waktu ke waktu. Para peneliti menganalisis hubungan antara kebiasaan tidur dan aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif secara fisik namun tidur kurang dari enam jam setiap hari mengalami penurunan kognitif yang lebih cepat secara keseluruhan. Setelah 10 tahun, fungsi kognitif mereka menjadi setara dengan rekan-rekan mereka yang lebih sedikit beraktivitas fisik. Penulis utama studi, Mikaela Bloomberg dari UCL Institute of Epidemiology and Health Care, menyatakan bahwa studi ini menunjukkan bahwa tidur yang cukup penting agar kita dapat memperoleh manfaat kognitif penuh dari aktivitas fisik. Temuan ini khususnya berlaku untuk mereka yang berusia antara 50 dan 60 tahun. Namun, temuan menarik lainnya adalah bahwa pada partisipan studi yang lebih tua, yaitu berusia 70 tahun ke atas, manfaat kognitif dari aktivitas fisik tampaknya tetap terjaga, meskipun mereka tidur kurang dari enam jam. Profesor Andrew Steptoe, rekan penulis studi dari UCL Institute of Epidemiology and Health Care, menyatakan pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat melindungi fungsi kognitif pada usia paruh baya dan lanjut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menggarisbawahi pentingnya aktivitas fisik dalam menjaga fungsi kognitif. Namun, temuan dari studi ini menunjukkan bahwa intervensi juga harus mempertimbangkan kebiasaan tidur untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang bagi kesehatan kognitif. Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, terutama karena mengandalkan laporan peserta mengenai durasi tidur dan aktivitas fisik mereka sendiri. Namun, penelitian ini memberikan pemahaman baru tentang hubungan antara tidur dan aktivitas fisik dalam menjaga kesehatan kognitif. (ad)