Foto: Dok. PIFA/Jimmi

Berita Pontianak, PIFA - Adong Eko penulis buku "Juni Berdarah" meminta pihak kepolisian segera mengungkap dan membuka fakta keterangan tentang kematian Syafaruddin, mahasiswa asal kampus Polteknik Negeri Pontianak yang meninggal 22 tahun silam. 

Diketahui, Syafaruddin merupakan mahasiswa semester dua asal Kota Singkawang yang ikut dalam aksi mengawal laporan pertanggungjawaban Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Mayjen Aspar Aswin (almarhum) tepatnya 14 Juni 2000.  Pada hari itu, Syafaruddin tewas diduga tertembak ketika berada di Jalan Ahmad Yani atau seberang jalan depan kantor Gubernur Kalimantan Barat.

"Saya mengucapkan terimakasih seluruh mahasiswa  memperngati tragedi juni berdarah, hari ini tepat 20 tahun saudara kita, abang kita menjadi korban atas kebiadaban kekuasaan dimana syafaruddin tepat 22 tahun yang lalu tewas di jalan akibat tidakan brutal tanpa ada pertanggung jawaban dan kejelasan," ujar Eko Adong saat diwawancarai PIFA, saat aksi demonstrasi mahasiswa di Polda Kalbar, pada selasa (15/6/2022). 

Adong Eko yang juga merupakan seorang Wartwan ini mengatakan bahwa munculnya Gerakan Mahasiswa yang turun ke jalan ini untuk menuntut dan menanyakan sejauh mana penanganan kasus tersebut sampai hari ini tidak ada yang mengetahui siapa pelakunya.

"Siapa pelaku dan aktor intelektual dari tragedi ini harus diungkap, oleh karna  itu Kepolisian Kalimantan Barat harus bisa menyampaikan sedetail mungkin kepada seleluruh elemen masyarakat sejauh mana  penangan kasusnya karna ini ada pelanggaran ham, karna ada anak manusia yang dikorbankan nyawanya untuk kepentingan kekuasaan oleh karna itu demi rasa keadilan kepolisian harus berani menyampikan fakta-fakta," tegasnya. 

Dia meminta seharusnya pihak Kepolisian tidak perlu takut dengan gerakan mahasiswa karna gerakan ini merupakan gerakan damai, oleh karna itu para pejabat di Kapolda kalbar yang memahami kasus ini harus turun menemui mahasiswa dan menyampaikan keterbukaan fakta yang mereka temui.

"Karna dengan menemui mahasiswa maka hasrat keadilan itu dapat terjawab karna kalau tidak tentu akan ada pertanyaan dan tidak bisa menyesaikan masalah. Kejelasan itu penting saya sebagai punulis dan mewakili keluarga tentu kita juga ingin mengetahui sudah sejauh mana kasus ini, setelah mengetahui fakta-fakta penembakan tentu kita berharap polisis bisa mengungkap pelaku dan aktor inteleltual yang mengatur skenario kasus ini agar bisa di persidangkan," tutupnya. (ja)

Berita Pontianak, PIFA - Adong Eko penulis buku "Juni Berdarah" meminta pihak kepolisian segera mengungkap dan membuka fakta keterangan tentang kematian Syafaruddin, mahasiswa asal kampus Polteknik Negeri Pontianak yang meninggal 22 tahun silam. 

Diketahui, Syafaruddin merupakan mahasiswa semester dua asal Kota Singkawang yang ikut dalam aksi mengawal laporan pertanggungjawaban Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Mayjen Aspar Aswin (almarhum) tepatnya 14 Juni 2000.  Pada hari itu, Syafaruddin tewas diduga tertembak ketika berada di Jalan Ahmad Yani atau seberang jalan depan kantor Gubernur Kalimantan Barat.

"Saya mengucapkan terimakasih seluruh mahasiswa  memperngati tragedi juni berdarah, hari ini tepat 20 tahun saudara kita, abang kita menjadi korban atas kebiadaban kekuasaan dimana syafaruddin tepat 22 tahun yang lalu tewas di jalan akibat tidakan brutal tanpa ada pertanggung jawaban dan kejelasan," ujar Eko Adong saat diwawancarai PIFA, saat aksi demonstrasi mahasiswa di Polda Kalbar, pada selasa (15/6/2022). 

Adong Eko yang juga merupakan seorang Wartwan ini mengatakan bahwa munculnya Gerakan Mahasiswa yang turun ke jalan ini untuk menuntut dan menanyakan sejauh mana penanganan kasus tersebut sampai hari ini tidak ada yang mengetahui siapa pelakunya.

"Siapa pelaku dan aktor intelektual dari tragedi ini harus diungkap, oleh karna  itu Kepolisian Kalimantan Barat harus bisa menyampaikan sedetail mungkin kepada seleluruh elemen masyarakat sejauh mana  penangan kasusnya karna ini ada pelanggaran ham, karna ada anak manusia yang dikorbankan nyawanya untuk kepentingan kekuasaan oleh karna itu demi rasa keadilan kepolisian harus berani menyampikan fakta-fakta," tegasnya. 

Dia meminta seharusnya pihak Kepolisian tidak perlu takut dengan gerakan mahasiswa karna gerakan ini merupakan gerakan damai, oleh karna itu para pejabat di Kapolda kalbar yang memahami kasus ini harus turun menemui mahasiswa dan menyampaikan keterbukaan fakta yang mereka temui.

"Karna dengan menemui mahasiswa maka hasrat keadilan itu dapat terjawab karna kalau tidak tentu akan ada pertanyaan dan tidak bisa menyesaikan masalah. Kejelasan itu penting saya sebagai punulis dan mewakili keluarga tentu kita juga ingin mengetahui sudah sejauh mana kasus ini, setelah mengetahui fakta-fakta penembakan tentu kita berharap polisis bisa mengungkap pelaku dan aktor inteleltual yang mengatur skenario kasus ini agar bisa di persidangkan," tutupnya. (ja)

0

0

You can share on :

0 Komentar

Berita Lainnya