Presiden Jokowi saat membuka Kongres ke-12 LVRI dan Munas ke-11 PIVERI, di Balai Sarbini, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (Foto: Humas Setkab/Rahmat)

Berita Nasional, PIFA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan di tengah ketidakpastian global yang memberikan tekanan pada pemulihan ekonomi dunia dan meningkatkan kekhawatiran akan risiko resesi sekarang. Presiden mengatakan, sejauh ini sudah ada 28 negara yang meminta bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna (SKP) yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa (11/10/2022).

“[Sebanyak] 14 sudah masuk dan 14 dalam proses. Tentu ini magnitude-nya lebih besar daripada krisis di tahun ’98, di mana krisis di tahun ‘98 itu di beberapa negara ASEAN. Nah tentu Bapak Presiden juga mengingatkan untuk mengambil kebijakan secara berhati-hati,” ungkap Airlangga, dikutip dari laman Setkab RI (12/10).

IMF, disebutkan juga telah memangkas proyeksi ekonomi global tahun 2022 dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen.

Menko Perekonomian menerangkan, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, salah satunya terkait dengan perubahan iklim.

“Beberapa risiko yang perlu diperhatikan, antara lain terkait dengan perubahan iklim di mana terkait dengan perubahan iklim terjadi gelombang panas dan kebakaran hutan, yaitu di Eropa, cuaca ekstrem termasuk di Amerika, permukaan air laut dan banjir, juga terkait kekeringan dan krisis pangan,” tambahnya.

Dari sisi eksternal, lanjut Menko Airlangga, Indonesia sendiri memiliki ketahanan yang cukup kuat. Meskipun nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga enam persen, angka ini relatif masih lebih kuat dibandingkan sejumlah negara, seperti Kanada, Swiss, Nepal, Malaysia, Thailand, dan Inggris.

“Walaupun terjadi goncangan, namun indikator eksternal kita relatif kuat. Volatility index kita sekitar 30,49 atau dalam range indikasi 30. Kemudian terkait dengan level indeks Exchange Market Pressure (EMP) kita juga di angka 1,06 atau di bawah 1,78; demikian pula juga dengan perbandingan credit default swap (CDS) kita yang relatif lebih rendah dari Meksiko, Turki, Brazil, dan Afrika Selatan,” terangnya.

Sementara dari internal, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia juga relatif kuat ditopang oleh konsumsi dalam negeri. Dia pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 dapat mencapai 5,2 persen. Berdasarkan prediksi, tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 4,8-5,2 persen.

Dari internal ekonomi kita relatif kuat karena kita punya domestic market dan sekarang konsumsi itu menjadi bagian daripada pertumbuhan ekonomi, apalagi diprediksi di tahun depan pun pertumbuhan ekonomi kita antara 4,8 sampai 5,2 (persen). Jadi tentu berbagai lembaga yang memprediksi tersebut melihat bahwa Indonesia relatif kuat,” tutupnya. (yd)

Berita Nasional, PIFA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan di tengah ketidakpastian global yang memberikan tekanan pada pemulihan ekonomi dunia dan meningkatkan kekhawatiran akan risiko resesi sekarang. Presiden mengatakan, sejauh ini sudah ada 28 negara yang meminta bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna (SKP) yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa (11/10/2022).

“[Sebanyak] 14 sudah masuk dan 14 dalam proses. Tentu ini magnitude-nya lebih besar daripada krisis di tahun ’98, di mana krisis di tahun ‘98 itu di beberapa negara ASEAN. Nah tentu Bapak Presiden juga mengingatkan untuk mengambil kebijakan secara berhati-hati,” ungkap Airlangga, dikutip dari laman Setkab RI (12/10).

IMF, disebutkan juga telah memangkas proyeksi ekonomi global tahun 2022 dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen.

Menko Perekonomian menerangkan, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, salah satunya terkait dengan perubahan iklim.

“Beberapa risiko yang perlu diperhatikan, antara lain terkait dengan perubahan iklim di mana terkait dengan perubahan iklim terjadi gelombang panas dan kebakaran hutan, yaitu di Eropa, cuaca ekstrem termasuk di Amerika, permukaan air laut dan banjir, juga terkait kekeringan dan krisis pangan,” tambahnya.

Dari sisi eksternal, lanjut Menko Airlangga, Indonesia sendiri memiliki ketahanan yang cukup kuat. Meskipun nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga enam persen, angka ini relatif masih lebih kuat dibandingkan sejumlah negara, seperti Kanada, Swiss, Nepal, Malaysia, Thailand, dan Inggris.

“Walaupun terjadi goncangan, namun indikator eksternal kita relatif kuat. Volatility index kita sekitar 30,49 atau dalam range indikasi 30. Kemudian terkait dengan level indeks Exchange Market Pressure (EMP) kita juga di angka 1,06 atau di bawah 1,78; demikian pula juga dengan perbandingan credit default swap (CDS) kita yang relatif lebih rendah dari Meksiko, Turki, Brazil, dan Afrika Selatan,” terangnya.

Sementara dari internal, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia juga relatif kuat ditopang oleh konsumsi dalam negeri. Dia pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 dapat mencapai 5,2 persen. Berdasarkan prediksi, tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 4,8-5,2 persen.

Dari internal ekonomi kita relatif kuat karena kita punya domestic market dan sekarang konsumsi itu menjadi bagian daripada pertumbuhan ekonomi, apalagi diprediksi di tahun depan pun pertumbuhan ekonomi kita antara 4,8 sampai 5,2 (persen). Jadi tentu berbagai lembaga yang memprediksi tersebut melihat bahwa Indonesia relatif kuat,” tutupnya. (yd)

0

0

You can share on :

0 Komentar