Razman Arif Nasution Tak Bisa Lagi Berpraktik sebagai Advokat, Begini Kata Hotman Paris
Jakarta | Kamis, 13 Februari 2025
Advokat kondang di Tanah Air, Hotman Paris. (Suaracom)
Jakarta | Kamis, 13 Februari 2025
Teknologi
Berita Teknologi, PIFA - Pria asal Jember, Jawa Timur menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pertama yang bekerja di pabrik produksi mobil milik Elon Musk, Tesla dia adalah Kevin Nizam Nabila. Kevin melamar kerja di Tesla Jerman pada 2021, saat pabrik tersebut belum rampung mengurus perizinan operasi ke Pemerintah Jerman. Akhirnya setelah beroperasi, Kevin bekerja mulai 16 Mei 2022 sebagai junior production engineer. Pria kelahiran 1997 ini bekerja di salah satu perakitan mobil Tesla, yaitu di Gigafactory Tesla di Berlin, Jerman. Pabrik itu resmi dioperasikan pada Maret 2022. Dia bertugas dalam manufaktur serta mengoperasikan robot produksi, untuk menjaga kualitas produksi Tesla model Y. "Bangga bisa menjadi pegawai Tesla apalagi baru Kevin orang Indonesia pertama di sini," ujar Kevin dalam keterangannya yang dilansir dari CNN Indonesia, pada Sabtu (21/05/2022). Di samping itu Kevin menjelaskan proses rekrutmen di Tesla, Jerman. Setelah lulus S1 pada Juni 2021, ia mengirim lamaran serta esai yang sesuai dengan posisi lamaran ke perusahaan. Kemudian ia mendapatkan undangan wawancara kerja pada pada September, dan disambung dengan tahap seleksi tes dasar elektro dan produksi mobil. "Saya dapat melaluinya dengan baik karena memiliki pengalaman magang sebelum masuk kuliah di Mercedes Benz di kota Rastatt, Jerman," pungkasnya. Kevin menyelesaikan gelar sarjana di Technical University Brandenburg, Jerman 2017-2021. Ia mengambil spesialisasi teknik elektro dan manajemen, lalu melanjutkan studi master di University of Applied Science Brandenburg. Dengan demikian, Kevin melanjutkan studi magister sembari bekerja di pabrik perakitan mobil tesla. Mahasiswa yang aktif organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) itu berharap bisa kembali ke Tanah Air, untuk membangun Indonesia setelah dia menjadi ahli di Tesla. "Saya akan mencoba untuk mengambil program lanjutan dari perusahaan untuk menjadi tenaga ahli di bidang baterai mobil listrik," pungkasnya. Dia berharap teknologi di Indonesia memiliki kolaborasi dengan banyak perusahaan luar negeri dan tenaga ahli, untuk mengintegrasi dan modernisasi industri di Indonesia. "Serta menambahkan anggaran lebih untuk melakukan riset di bidang teknologi," ujar Kevin. (ja)
Lifestyle
PIFA, Lifestyle - Penampilan Marshanda belakangan ini berhasil bikin pangling. Saat ini ia terlihat lebih kurus dan memesona setelah menjalani program diet. Wanita berusia 34 itu berhasil memangkas 17 kilogram berat badannya. Marshanda mengaku menjalani diet nya dengan cara yang tidak menyiksa. Ibu satu anak itu bahkan tidak membatasi makanan yang harus dikonsumsi sehari-hari. Diketahui, Marshanda menjalankan diet intermittent fasting. Diet ini berfokus pada mengatur jendela makan setiap hari. Dengan cara ini dia bisa mengonsumsi apapun tanpa ada batasan. Hal yang dibatasi adalah waktu dia bisa makan. Selain menjalankan diet intermittent fasting, Marshanda juga rutin berolahraga dan melakukan berbagai aktivitas fisik. Mulai dari gym, badminton, dan berbagai jenis olahraga lainnya. Mantan istri Ben Kasyafani itu juga rutin mencari tahu soal kandungan gizi dan kebutuhan nutrisi untuk tubuhnya. (ly)
Nasional
PIFA, Nasional – Gejolak ekonomi global yang ditandai dengan meningkatnya proteksionisme, terutama kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat, kembali menghantam sektor industri ekspor Indonesia. Jawa Barat, sebagai pusat manufaktur dan ekspor nasional, menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak. Hal ini mengemuka dalam diskusi publik bertajuk "Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk? Dialog Kritis Mencari Solusi" yang digelar oleh Suara.com bekerja sama dengan CORE Indonesia di El Hotel Bandung, Selasa (20/5). Pemimpin Redaksi Suara.com, Suwarjono, dalam sambutannya menyatakan bahwa tekanan krisis global telah dirasakan sejak awal tahun. Ia menegaskan bahwa Bandung dipilih sebagai lokasi diskusi karena perannya yang strategis sebagai sentra ekspor nasional, khususnya untuk sektor tekstil, alas kaki, dan furnitur—semuanya kini berada dalam tekanan besar. “Berdasarkan data BPS, pada Januari 2025 ekspor nonmigas Jawa Barat ke AS mencapai USD 499,53 juta atau 16,62% dari total ekspor nonmigas provinsi. Sementara dari Bandung, ekspor ke AS pada Maret 2025 mencapai USD 7,7 juta. Namun, penurunan pesanan dan gelombang PHK massal di sektor tekstil menunjukkan situasi yang tidak bisa dianggap enteng,” ungkap Suwarjono. Gelombang PHK dan Ancaman Produk Impor Bandung kini menghadapi krisis ketenagakerjaan akibat merosotnya pesanan ekspor dan masuknya produk impor dalam jumlah besar. Kebijakan tarif baru dari AS semakin memperburuk kondisi, membuat daya saing industri lokal makin menurun. Banyak perusahaan mengalami kerugian, bahkan tutup, sehingga memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, Ph.D., memaparkan bahwa Indonesia terkena imbas dari perang dagang AS-Tiongkok. “Ekspor Tiongkok ke AS menurun 10,5% tahun ini, tapi ekspor ke ASEAN naik 19,1%. Ada potensi arus barang masuk ke Indonesia, termasuk yang ilegal, yang berkontribusi pada kerugian negara sekitar Rp 65,4 triliun,” paparnya. Dunia Usaha Hadapi Tekanan Berlapis Ketua APINDO Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik, menyoroti tantangan berlapis yang dihadapi pengusaha, mulai dari ketidakpastian regulasi hingga biaya logistik yang membengkak karena pungutan liar. Ia menilai bahwa pengusaha lokal kerap menjadi “korban eksperimen kebijakan”. “Perizinan usaha yang dijanjikan rampung dua minggu bisa molor hingga berbulan-bulan. Kami juga menghadapi premanisme, pengupahan yang dipolitisasi, dan regulasi yang saling tumpang tindih. Dunia usaha butuh kepastian dan perlindungan yang adil,” tegas Ning. Peluang di Tengah Krisis Meski dihimpit tantangan, sejumlah peluang tetap muncul. Prof. Rina Indiastuti dari Universitas Padjadjaran menilai bahwa Jawa Barat memiliki basis manufaktur yang kuat dan beragam, mulai dari otomotif, elektronik, TPT, hingga farmasi dan agro-pangan. “Kami mencatat adanya rencana relokasi pabrik otomotif ke Jabar. Ini momentum yang bisa dioptimalkan untuk mendorong pengembangan kapasitas inovasi, terutama jika dikoneksikan dengan universitas dan pusat riset,” jelas Prof. Rina. Strategi Nasional: Impor Terkendali dan TKDN Sebagai solusi, Mohammad Faisal menekankan pentingnya pengendalian impor secara selektif dan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). “Ini bukan soal proteksionisme, tapi menjaga kedaulatan pasar. Beberapa sektor seperti kosmetik, baja, dan semen menunjukkan hasil positif setelah penerapan verifikasi impor,” jelasnya. Ia juga menyoroti suksesnya peningkatan produksi elektronik dalam negeri, yang naik dari 0,1 juta unit pada 2013 menjadi 88,8 juta unit pada 2019, sementara impor turun drastis. “Skema TKDN harus terus diterapkan sebagai insentif investasi dan pembangunan ekonomi jangka panjang,” tambahnya. Menatap Masa Depan: Kedaulatan Ekonomi sebagai Keniscayaan Diskusi ini menegaskan bahwa penguatan ekonomi domestik harus menjadi prioritas di tengah ketidakpastian global. Dukungan kebijakan dari pemerintah, keterlibatan aktif akademisi dan pelaku usaha, serta konsistensi regulasi menjadi fondasi penting dalam menjaga daya saing industri nasional. “Di tengah ketidakpastian ekonomi global, penguatan ekonomi domestik bukan lagi pilihan tetapi keharusan,” tutup Faisal. Dengan tekanan global yang terus meningkat, hasil dari dialog kritis ini diharapkan menjadi pijakan awal untuk merumuskan kebijakan strategis yang berpihak pada industri nasional, terutama di daerah industri utama seperti Jawa Barat.