Foto: Prokopim Pemkab Sanggau

Berita Sanggau, PIFA – Setelah dua tahun tidak melaksanakan shalat idul fitri di lapangan terbuka, kini di hari raya kemenangan pasca umat muslim melaksanakan puasa ramadan, PHBI kembali melaksanakannya secara terbuka bertempat di halaman Kantor Bupati Kabupaten Sanggau, Senin (02/05/2022) pagi.
 
Sejak pukul 06.00 Wib jamaah mulai memadati halaman Kantor Bupati Sanggau. Shalat id berlangsung khusuk. Bertindak selaku imam shalat id Bripka Suryansah dan khotib H. Ahkhmad Saukani.
 
Dalam khutbahnya, H. Akhamd Saukani yang juga ketua Umum PHBI Kabupaten Sanggau itu mengajak umat muslim untuk mewujudkan kesalehan yang tidak hanya bersifat ritual saja tetapi kesalehan yang bersifat sosial.

“Setelah sebulan penuh kita melaksanakan puasa ramadan pertanyaan, kesalehan apa yang sudah kita perbuat sehingga Allah SWT pantas meridhoi amal dan perbuatan kita,” kata Akhmad Saukni dalam khutbahnya.
 
Ia menjelaskan, dalam islam, ada dua kesalehan yang harus dimiliki seorang muslim, baik kesalehan ritual yang bersifat individu dan kesalehan sosial. Agama mengajarkan sebagaimana Alquran surah Albaqarrah ayat 208 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam agama islam secara kaffah dan janganlah mengikuti langkah Syaitan karena Syaitan adalah musuh yang nyata bagimu”.

“Shaleh yang dimaksud disini shaleh secara individual atau ritual dan juga shalih secara sosial, karena ibadah sosial selain bertujuan mengabdikan diri kepada Allah SWTjuga bertujuan membentuk kepribadian yang islami yang memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial atau hubungan sesama manusia,” ujarnya.
 
Saukani melanjutkan, kriteria keislaman seseorang tidak hanya diukur dari ibadah sosialnya seperti shalatnya puasanya, tetapi juga dilhat dari nilai-nilai dan hubungan sosialnya dengan masyarakat sehingga melahirkan rasa kasih sayang kepada sesama, menghargai hak orang lain, cinta kasih, penuh kesantunan, menjaga hubungan baik dengan orang lain, memberi dan mau membantu sesama.

“Seluruh ibadah ritual yang dilakukan dengan benar akan melahirkan kesalihan sosial, seperti shalat misalnya, bagaimana ia mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Suatu ketika Rasulullah mendengar seseorang rajin shalat dimalam hari dan puasa disiang hari, tetapi lidahnya sering menyakiti tetangganya. Apa komentar nabi tentang dia, jawab nabi ‘ dia penghuni neraka’. Naudzulbillahi mindzalik,” terangnya.

Hal ini membuktikan, bahwa ibadah ritual tidaklah cukup, ibadah sosial harus dibarengi dengan ibadah sosial karena ia cenderung tidak mampu menjaga lisannya dari melukai hati dan perasaan orang lain. Dalam kisah lain pernah diceritakan bahwa salah seorang sahabat pernah memuji kesalehan sahabat yang lain.

“Nabi bertanya, mengapa ia kau sebut sholih, sahabat pun menjawab setiap saya masuk masjid dia sudah shalat dengan khusus dan setiap saya pulang dia masih aja khusuk berdoa. Nabi bertanya lagi siapa yang memberinya makan dan minum sahabat menjawab Kakaknya. Lalu kata Nabi, Kakaknya itulah yang layak disebut shaleh,” pungkasnya.

Berita Sanggau, PIFA – Setelah dua tahun tidak melaksanakan shalat idul fitri di lapangan terbuka, kini di hari raya kemenangan pasca umat muslim melaksanakan puasa ramadan, PHBI kembali melaksanakannya secara terbuka bertempat di halaman Kantor Bupati Kabupaten Sanggau, Senin (02/05/2022) pagi.
 
Sejak pukul 06.00 Wib jamaah mulai memadati halaman Kantor Bupati Sanggau. Shalat id berlangsung khusuk. Bertindak selaku imam shalat id Bripka Suryansah dan khotib H. Ahkhmad Saukani.
 
Dalam khutbahnya, H. Akhamd Saukani yang juga ketua Umum PHBI Kabupaten Sanggau itu mengajak umat muslim untuk mewujudkan kesalehan yang tidak hanya bersifat ritual saja tetapi kesalehan yang bersifat sosial.

“Setelah sebulan penuh kita melaksanakan puasa ramadan pertanyaan, kesalehan apa yang sudah kita perbuat sehingga Allah SWT pantas meridhoi amal dan perbuatan kita,” kata Akhmad Saukni dalam khutbahnya.
 
Ia menjelaskan, dalam islam, ada dua kesalehan yang harus dimiliki seorang muslim, baik kesalehan ritual yang bersifat individu dan kesalehan sosial. Agama mengajarkan sebagaimana Alquran surah Albaqarrah ayat 208 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam agama islam secara kaffah dan janganlah mengikuti langkah Syaitan karena Syaitan adalah musuh yang nyata bagimu”.

“Shaleh yang dimaksud disini shaleh secara individual atau ritual dan juga shalih secara sosial, karena ibadah sosial selain bertujuan mengabdikan diri kepada Allah SWTjuga bertujuan membentuk kepribadian yang islami yang memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial atau hubungan sesama manusia,” ujarnya.
 
Saukani melanjutkan, kriteria keislaman seseorang tidak hanya diukur dari ibadah sosialnya seperti shalatnya puasanya, tetapi juga dilhat dari nilai-nilai dan hubungan sosialnya dengan masyarakat sehingga melahirkan rasa kasih sayang kepada sesama, menghargai hak orang lain, cinta kasih, penuh kesantunan, menjaga hubungan baik dengan orang lain, memberi dan mau membantu sesama.

“Seluruh ibadah ritual yang dilakukan dengan benar akan melahirkan kesalihan sosial, seperti shalat misalnya, bagaimana ia mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Suatu ketika Rasulullah mendengar seseorang rajin shalat dimalam hari dan puasa disiang hari, tetapi lidahnya sering menyakiti tetangganya. Apa komentar nabi tentang dia, jawab nabi ‘ dia penghuni neraka’. Naudzulbillahi mindzalik,” terangnya.

Hal ini membuktikan, bahwa ibadah ritual tidaklah cukup, ibadah sosial harus dibarengi dengan ibadah sosial karena ia cenderung tidak mampu menjaga lisannya dari melukai hati dan perasaan orang lain. Dalam kisah lain pernah diceritakan bahwa salah seorang sahabat pernah memuji kesalehan sahabat yang lain.

“Nabi bertanya, mengapa ia kau sebut sholih, sahabat pun menjawab setiap saya masuk masjid dia sudah shalat dengan khusus dan setiap saya pulang dia masih aja khusuk berdoa. Nabi bertanya lagi siapa yang memberinya makan dan minum sahabat menjawab Kakaknya. Lalu kata Nabi, Kakaknya itulah yang layak disebut shaleh,” pungkasnya.

0

0

You can share on :

0 Komentar