SMA BINUS Simprug Beberkan Fakta-fakta Kasus Dugaan Bullying di Sekolah, Ini Penjelasannya
Jakarta | Senin, 23 September 2024
Ilustrasi kasus bullying di SMA Binus Simprug. (Tribunnews)
Jakarta | Senin, 23 September 2024
Internasional
PIFA, Internasional - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menanggapi aksi pembakaran Al-Qur'an yang kembali dilakukan oleh politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan. Menurut dia, aksi Rasmus hanya akan berakhir sia-sia. Dalam keterangannya, ia turut menyayangkan sikap tak toleran itu. “Whatever his cause is, it is doomed to fail. Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan iman kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bersama segala cita-citanya atau dia insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar,” kata Gus Yahya, Sabtu (28/1/203) malam, seperti dikutip dari NU Online. Sebagai informasi, Paludan kembali melakukan aksinya membakar salinan Al-Qur'an pada Jumat (27/1/2023) waktu setempat. Aksi pembakaran kitab suci umat Islam dilakukan di depan masjid serta Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen, Denmark. "Masjid ini tidak punya tempat di Denmark," kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebooknya. Menurut Gus Yahya, meski kitab umat Islam dibakar, jelas Al-Qur'an tidak sedikit pun menjadi hina karena perbuatannya. "Perbuatan Paludan justru akan sia-sia. Sebab, apabila dia bermaksud menjauhkan orang dari Al-Qur'an, perbuatan Paludan justru malah mendorong rasa penasaran mereka yang belum tahu isi Al-Qur'an," ucap Gus Yahya. Jika maksud pembakarannya untuk melampiaskan kemarahan kepada Turki, kata Gus Yahya, Al-Qur'an tidak menanggung apa pun yang menjadi tanggung jawab Turki. “Kalau dia bermaksud menyerukan agar Eropa kulit putih bersatu melawan Islam, perbuatannya justru memancing orang-orang Eropa di luar kelompoknya untuk melawannya,” ungkap Gus Yahya.
Lokal
Berita Kubu Raya, PIFA -Rencana Pembangunan Jembatan Kapuas III yang sebagian masuk wilayah Desa Sungai Rengas yang otomatis berdampak terhadap Desa Sungai Rengas Kapuas yang merupakan pecahan Desa Sungai Rengas. Tidak heran kedua wilayah Desa ini kini menjadi lirikan bagi pengembang atau Investor, termasuk masyarakat yang juga ingin ikut berinvestasi. Informasinya bagi para investor tentu Desa ini menjadi titik batas antara Kota Pontianak dengan Kabupaten Kubu Raya yang menjadi sentralnya. “Jadi makanya sekarang untuk jumlah penduduk itu melonjak dengan rencana pembangunan jembatan itu, karena akses nanti kita tidak lagi memutar ke kota, jadi Ketika jembatan itu jadi nanti kita mau ke Mempawah, Singkawang di sini langsung, jadi tidak lagi kita mutar, karena waktu yang dibutuhkan Ketika mutar itu kurang lebih satu jaman karena mutar kota, tetapi Alhamdulilah kalau positif ini jadi berdampak positif dari berbagai sendi kehidupan,” ucap Isnan Sekdes Sungai Rengas Kapuas, Kamis (10/3/2022). Isnan membenarkan banyaknya investor yang melirik di seputar lokasi Jembatan Kapuas III ini, diantaranya di wilayah Desa Jeruju Besar, Sungai Kupah, Sungai Rengas dan Sungai Rengas Kapuas yang harga tanahnya meningkat sangat singkat signifikan. Bahkan dapat dibilang sangat fantastis dari yang sebelum ada rencana pembangunan Jembatan Kapuas III rata-rata harga tanah di tepi jalan hanya sekitar Rp100-200 ribu per meter, namun sekarang ada yang mencapai lebih dari Rp1 juta per meter, terangnya. Selain itu seiring dengan pertambahan penduduk, banyak pembangunan perumahan dan yang pasti juga di pesisir sungai Kapuas akan ada Pelabuhan-pelabuhan kecil, terlebih pergudangan yang merupakan pengembangan perdagangan dan jasa. Belum lagi dari segi lapangan kerja pasti akan banyak menyerap para pekerja yang ada di sekitar lokasi pembangunan Jembatan Kapuas III, tambahnya. “Untuk pembangunan jembatan sendiri yang sudah dianggarkan di APBN tentu tidak ada masalah, sedangkan untuk pembebasan lahan sendiri tentu menjadi tanggungjawab pemerintah daerah, khususnya pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,” pungkas Isnan. (ja)
Lokal
PIFA.CO.ID, PONTIANAK - Sebanyak 12 tim yang terdiri dari pelajar dan seniman di Pontianak, Kalimantan Barat mengikuti lomba mural di Taman Budaya, pada Kamis (15/5/2025). Kegiatan tersebut merupakan dari rangkaian acara “Semarak Taman Budaya, Nyanyian Negeriku” yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Provinsi Kalbar.Sejak pagi para peserta tampak semangat dan antusias menghias tembok panjang Taman Budaya dengan berbagai karya mural yang mencerminkan kekayaan budaya dan identitas Kalimantan Barat.Salah satunya adalah Manhsa Salsabila, pelajar asal SMA Negeri 1 Pontianak, Kalbar. Ia bersama temannya mengangkat tema tindayu dalam muralnya.“Mural kita mengangkat tiga suku yang paling banyak di Kalbar, pertama itu ada suku melayu, dayak dan tionghoa. Sebelumnya sudah kami rancang dalam bentuk sketsa, jadi lebih mudah saat diaplikasikan ke tembok,” ungkap Mahsa disela-sela melukis.Meski ini merupakan pengalaman pertamanya mengikuti lomba mural di luar sekolah, Manhsa mengaku tidak mengalami banyak kesulitan karena sudah terbiasa menggambar sejak duduk di bangku sekolah dasar. Timnya menargetkan penyelesaian mural dalam waktu dua hari.“Tidak ada tantangan karena sebelum mengaplikasikan ke media tembok sudah merencanakan sketsa. Target selesai mungkin 2 hari,” ujarnya.Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disdik Provinsi Kalbar, Luh Gede Supryani, menyampaikan bahwa lomba mural ini merupakan bagian dari rangkaian acara selama empat hari dalam Semarak Taman Budaya 2025.“Kegiatan ini kita laksanakan selama 4 hari, mulai hari ini tanggal 15, 16, 17 dan puncaknya nanti adalah pada tanggal 18. Kita akan melaksanakan kegiatan pagelaran seni di pukul 19.00 di malam hari,” ujarnya.Supryani mengungkapkan untuk peserta lomba mural terdiri dari 12 tim yang masing-masing beranggotakan 2 sampai 3 orang. Tema yang diangkat berkaitan dengan keberagaman budaya Kalimantan Barat.“Dari kegiatan ini kami melihat ternyata memang provinsi Kalimantan Barat ini mempunyai seniman-seniman yang potensial, mempunyai bakat-bakat yang luar biasa. Jadi dari sketchnya saja kita sudah bisa melihat bahwa mereka itu bisa untuk mengangkat isu-isu yang ada di Kalimantan Barat, baik itu isu sosial, baik itu isu seni budaya, yang diangkat melalui lukisan-lukisan yang luar biasa,” jelasnya.Meskipun pada tahun ini peserta masih terbatas dari Kota Pontianak dan sekitarnya, pihaknya berharap ke depan kegiatan serupa bisa diperluas hingga melibatkan seniman dari seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Barat. “Mungkin untuk kedepannya mudah-mudahan kita bisa membuat event yang lebih besar dengan melibatkan seluruh seniman perupa baik dari kota Pontianak maupun di luar kota Pontianak, seluruh kabupaten-kota se-Kalimantan Barat,” harapnya.