Foto: AFP/Ishara S. Kodikara

Berita Internasional, PIFA - Ketua partai oposisi utama Sri Lanka Sajith Premadasa dikabarkan akan mencalonkan diri menjadi presiden selanjutnya. Pencalonan ini menyusul krisis ekonomi dan politik yang membuat bangkrut Sri Lanka.

"Kelompok parlemen dari Samaggi Jana Balawegaya mendukung pemimpin [partai] Sajith Premadasa," kata salah satu pejabat kepada media pada Selasa (12/7/2022), demikian dikutip Reuters.

Reuters melaporkan, Rajapaksa akan mengundurkan diri sebagai presiden pada hari Rabu (13/7) guna memberi jalan bagi pemerintah, setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya dan membakar rumah perdana menteri Ranil Wickremesinghe.

Namun, hingga saat ini Presiden Rajapaksa belum terlihat di depan umum sejak Jumat (8/7) lalu.

"Sumber yang dekat dengan Mahinda Yapa Abeywardena, ketua parlemen Sri Lanka, mengatakan dia belum menerima komunikasi apapun dari Rajapaksa. Sumber yang dekat dengan Rajapaksa mengatakan dia akan mengirimkan surat pengunduran diri pada Rabu malam," dikutip PIFA dari Reuters.

Pengunduran resmi dari Rajapaksa akan menjadikan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai penjabat presiden sementara sampai presiden baru terpilih, sesuai dengan konstitusi.

Kronologi Sri Lanka Bangkrut

Protes terhadap krisis ekonomi telah membara selama berbulan-bulan dan memuncak akhir pekan lalu ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung penting pemerintah. Mereka menyalahkan Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, korupsi dan kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.

"Ekonomi negara kepulauan yang bergantung pada pariwisata itu pertama kali dihantam oleh pandemi COVID-19 dan kemudian mengalami penurunan pengiriman uang dari luar negeri Sri Lanka. Larangan pupuk kimia merusak hasil pertanian meskipun larangan itu kemudian dibatalkan," dikutip dari Reuters.

Kemudian Rajapaksa juga menerapkan pemotongan pajak populis pada tahun 2019 yang mempengaruhi keuangan pemerintah sementara menyusutnya cadangan devisa membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Bensin sangat dijatah dan menyebabkan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.

Terparah, inflasi utama Sri Lanka mencapai 54,6% pada bulan lalu. Bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa naik menjadi 70% dalam beberapa bulan mendatang. (yd)

Berita Internasional, PIFA - Ketua partai oposisi utama Sri Lanka Sajith Premadasa dikabarkan akan mencalonkan diri menjadi presiden selanjutnya. Pencalonan ini menyusul krisis ekonomi dan politik yang membuat bangkrut Sri Lanka.

"Kelompok parlemen dari Samaggi Jana Balawegaya mendukung pemimpin [partai] Sajith Premadasa," kata salah satu pejabat kepada media pada Selasa (12/7/2022), demikian dikutip Reuters.

Reuters melaporkan, Rajapaksa akan mengundurkan diri sebagai presiden pada hari Rabu (13/7) guna memberi jalan bagi pemerintah, setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya dan membakar rumah perdana menteri Ranil Wickremesinghe.

Namun, hingga saat ini Presiden Rajapaksa belum terlihat di depan umum sejak Jumat (8/7) lalu.

"Sumber yang dekat dengan Mahinda Yapa Abeywardena, ketua parlemen Sri Lanka, mengatakan dia belum menerima komunikasi apapun dari Rajapaksa. Sumber yang dekat dengan Rajapaksa mengatakan dia akan mengirimkan surat pengunduran diri pada Rabu malam," dikutip PIFA dari Reuters.

Pengunduran resmi dari Rajapaksa akan menjadikan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai penjabat presiden sementara sampai presiden baru terpilih, sesuai dengan konstitusi.

Kronologi Sri Lanka Bangkrut

Protes terhadap krisis ekonomi telah membara selama berbulan-bulan dan memuncak akhir pekan lalu ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung penting pemerintah. Mereka menyalahkan Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, korupsi dan kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.

"Ekonomi negara kepulauan yang bergantung pada pariwisata itu pertama kali dihantam oleh pandemi COVID-19 dan kemudian mengalami penurunan pengiriman uang dari luar negeri Sri Lanka. Larangan pupuk kimia merusak hasil pertanian meskipun larangan itu kemudian dibatalkan," dikutip dari Reuters.

Kemudian Rajapaksa juga menerapkan pemotongan pajak populis pada tahun 2019 yang mempengaruhi keuangan pemerintah sementara menyusutnya cadangan devisa membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Bensin sangat dijatah dan menyebabkan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.

Terparah, inflasi utama Sri Lanka mencapai 54,6% pada bulan lalu. Bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa naik menjadi 70% dalam beberapa bulan mendatang. (yd)

0

0

You can share on :

0 Komentar