Terlalu Banyak Konsumsi Kafein Bisa Picu Stres, Gangguan Tidur, hingga Masalah Jantung
Pifabiz | Jumat, 21 November 2025
PIFA, Lifestyle —baik yang berasal dari kopi maupun minuman berenergi—sering dipilih sebagai penambah tenaga dan konsentrasi. Namun para ahli mengingatkan bahwa konsumsi berlebihan justru dapat menjadi sumber stres bagi tubuh dan pikiran.
Mengutip laporan Hindustan Times, Ahli Gizi dari Motherhood Hospital, Gurugram, Dr. Nisha, menjelaskan bahwa banyak orang tidak menyadari betapa cepatnya kafein menumpuk dalam tubuh sehingga memengaruhi kondisi fisik hingga psikologis. “Bahkan sedikit lebih banyak dapat menstimulasi sistem saraf secara berlebihan dan mengganggu tidur, pencernaan, dan suasana hati. Mendengarkan tanda peringatan awal tubuh menjadi langkah pertama menuju tingkat energi yang lebih sehat dan seimbang,” ujarnya.
Menurut Dr. Nisha, ada sejumlah tanda awal kelebihan kafein yang perlu diperhatikan. Kondisi pertama yaitu perasaan bergetar, gelisah, atau gugup tanpa alasan. Kafein, yang memblokir adenosin dan merangsang sistem saraf pusat, memicu pelepasan adrenalin berlebih sehingga dapat memperburuk kecemasan, menambah stres, serta memengaruhi fokus hingga suasana hati.
Gejala lain yang sering muncul yakni gangguan tidur. Kafein memiliki waktu paruh 5–6 jam, sehingga konsumsi di sore hari dapat menunda tidur nyenyak dan menyebabkan seseorang sering terbangun di malam hari atau bangun dalam kondisi tidak segar. Hal ini dapat mengganggu proses pemulihan tubuh, imunitas, hingga kestabilan emosi.
Masalah jantung juga dapat muncul akibat konsumsi kafein berlebih. Palpitasi, detak jantung tidak beraturan, dan jantung berdegup kencang saat istirahat bisa menjadi tanda tubuh tidak toleran terhadap jumlah kafein yang masuk. Sebuah laporan yang diterbitkan Journal of Psychopharmacology menyebutkan bahwa stres kardiovaskular yang terus-menerus memerlukan evaluasi medis.
Gangguan pencernaan termasuk sering ke kamar mandi, kram perut, refluks asam, atau nyeri lambung juga dapat terjadi. Sifat kafein yang diuretik, laksatif, dan meningkatkan produksi asam lambung dapat memicu dehidrasi, mengganggu penyerapan nutrisi, hingga menyebabkan iritasi gastrointestinal.
Selain itu, sakit kepala setiap hari atau nyeri hebat ketika tidak mengonsumsi kafein merupakan tanda lain adanya ketergantungan. Kafein menyebabkan penyempitan pembuluh darah otak, dan saat konsumsi dihentikan, pembuluh darah kembali melebar sehingga memicu rasa sakit dan menciptakan siklus withdrawal.
Untuk mengurangi konsumsi kafein, Dr. Nisha menyarankan beberapa langkah seperti memperbanyak minum air putih untuk membantu detoksifikasi, mengurangi porsi secara bertahap 25–50 mg setiap 3–4 hari, mengganti minuman dengan teh hijau, teh hitam, atau kopi tanpa kafein, serta membatasi konsumsi kafein sebelum pukul 12.00–14.00 agar tidak mengganggu tidur.
Namun, bila muncul gejala berat seperti detak jantung tidak beraturan, nyeri dada, kecemasan ekstrem, atau serangan panik, disarankan segera menghubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.




















