Thailand Tuduh Kamboja Langgar Gencatan Senjata, Baku Tembak Terjadi di Perbatasan
Internasional | Selasa, 29 Juli 2025
Xinhua/Sao Khuth
Internasional | Selasa, 29 Juli 2025
Lokal
PIFA, Lokal - Meski usianya tak lagi muda tak menyurutkan dosen di Pontianak bernama Paulus Agustinus Sunardi mendonorkan darahnya secara sukarela. Bahkan saat ini tercatat telah lebih dari 100 kali ia donorkan darahnya.Ditemui wartawan PIFA, Paulus menceritakan pertama kali mendonorkan darahnya saat menjadi mahasiswa sekitar tahun 1980-an. Waktu itu ia melihat sebuah kecelakaan dan korban tersebut membutuhkan banyak kantong darah. Pria yang saat ini berusia 64 tahun itu pun tergerak untuk mendonorkan darahnya meski ia takut dengan jarum suntik.“Pertama kali saya tertarik untuk mendonorkan darah, saya melihat orang kecelakaan memerlukan sekali darah di rumah sakit. Saya terpanggil untuk mendonorkan darah padahal saya takut dengan jarum suntik. Sejak itu saya rutin donor darah,” ujarnya, Jumat (2/8/224).Paulus bilang donor darah ini diniatkan sepenuhnya hanya untuk ibadah. Selama menjadi pendonor darah Paulus merasa kesehatan tubuhnya semakin membaik bahkan ia jarang sakit. "Biasanya setelah donor badan terasa enak, jarang sakit juga, itulah manfaat donor darah," tuturnya sambil tersenyum.Paulus bilang dirinya sempat vakum selama dua tahun mendonorkan daranya. Hal tersebut karena ia ditugaskan ke Nusa Tenggara Timur (NTT), dan tempat kerjanya terlalu jauh dari lokasi PMI. Setiba kembali ke Pontianak, Paulus kembali rutin mendonorkan darahnya. Hingga sampai saat ini dia tak pernah absen berdonor dan sudah membukukan lebih dari 100 kali donor. “Saya pernah berhenti donor darah selama 2 tahun, waktu ditugaskan ke NTT. Karena tempat tinggal jauh dari PMI saya tidak mendonorkan darah. Pernah juga karena tensi tinggi jadi tidak bisa donor darah, tapi setelah itu banyak istirahat saya mendonorkan darah dan bisa,” ungkapnya.Kesukarelaan Paulus itu pun berbuah manis, ia akan mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Paulus beserta 14 warga Pontianak lainnya akan berangkat ke Jakarta untuk menerima penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial Donor Darah Sukarela 100 kali, pada 5 Agustus 2024 mendatang.“Sebetulnya bukan ini yang saya inginkan, karena saya mendonorkan darah secara sukarela. Tetapi saya merasa terpuji dengan adanya program pemerintah untuk menghargai setiap orang donor darah,” tukasnya.
Politik
PIFA, Politik - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menilai bahwa duet Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 sulit terwujud. Muzani mengakui bahwa ada ide untuk mewujudkan duet tersebut, tetapi saat ini dirasakan sulit untuk diwujudkan. "Lah, kalau kemudian kalau dipertemukan, siapa yang jadi calon wakil presidennya? Masalahnya di situ," ujar Muzani di Kantor DPP PBB, Jakarta, Senin (24/7), mengutip CNN Indonesia. Muzani menegaskan bahwa Prabowo telah ditetapkan sebagai bakal calon presiden dari Partai Gerindra, begitu juga dengan Ganjar yang sudah menjadi bakal calon wakil presiden dari PDIP. Meskipun hampir tidak mungkin mereka berduet, hubungan antara Prabowo dan Ganjar disebut sangat baik. Muzani menyebut keduanya selalu ceria dan hangat saat bertemu. Dia mencontohkan pertemuan Prabowo dengan Ganjar di Bandara Adi Soemarmo pada pagi itu. Ganjar mengunggah foto bersama Prabowo setelah pertemuan itu. "Bersaing, tetapi saling memuji satu sama lain dan itu luar biasa, ini khas Indonesia," ucap Muzani. Sebelumnya, wacana untuk menduetkan Ganjar dengan Prabowo sempat muncul beberapa bulan terakhir. Wacana tersebut muncul setelah Presiden Jokowi mengajak keduanya untuk panen raya di Kebumen pada 9 Maret 2023. Prabowo juga pernah menyampaikan keinginannya untuk menjadikan Ganjar sebagai calon wakil presiden. Namun, ia menyadari bahwa peluang untuk mewujudkan hal itu kecil. "Tadinya aku berharap sebenarnya saya bersama beliau [sebagai pasangan capres-cawapres]. Tadinya," kata Prabowo di Mata Najwa, Kamis (29/6).
Nasional
PIFA, Nasional - Menurut data terbaru dari Global Cancer Observatory tahun 2022, Indonesia ditempatkan di peringkat ke-13 untuk angka pengidap kanker kandung kemih. Disusul oleh peringkat ke-15 untuk angka kematian akibat penyakit tersebut. Hal ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi dalam upaya pencegahan dan penanganan kanker kandung kemih di negara ini. Dr. Andhika Rachman, seorang Konsultan Hematologi-Onkologi Medik yang berpengalaman, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kanker, khususnya kanker kandung kemih. "Pengetahuan masyarakat Indonesia seputar kanker masih sangatlah minim, terutama tentang kanker kandung kemih," ungkapnya dalam sebuah wawancara di Jakarta Pusat pada Sabtu (11/5/2024). Dr. Andhika menyoroti bahwa kanker kandung kemih seringkali tidak mendapat perhatian yang cukup dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, meskipun prevalensinya juga signifikan. Banyak penderita kanker kandung kemih yang terlambat mendapatkan penanganan karena kurangnya pemahaman tentang gejala dan tanda-tanda awal penyakit ini. "Pertama itu diawali dengan gejala-gejala yang painless (tidak menimbulkan rasa nyeri), seperti kencing yang berdarah," jelasnya. Meskipun demikian, dr. Andhika menekankan pentingnya tidak panik ketika mengalami gejala tersebut. Ada beberapa faktor lain yang juga dapat menyebabkan darah dalam urine, seperti infeksi saluran kencing, kehamilan, atau adanya batu di saluran kencing. Untuk menghindari penanganan kanker kandung kemih yang terlambat, deteksi dini menjadi krusial. Dr. Andhika merekomendasikan untuk memperhatikan warna dan kondisi urine, serta segera berkonsultasi dengan dokter jika terdapat gejala yang mencurigakan. "Pertama, urine-nya dilihat. Warnanya jernih atau tidak. Sekarang kan lagi musim panas ya, perbanyak minum air putih atau air kelapa deh. Dan dilihat juga, ada infeksi atau tidak begitu ya. Kencingnya berdarah atau tidak," tambahnya. (b)