Trump Sebut Coca-Cola Bakal Gunakan Gula Tebu, Ahli Gizi Beri Peringatan
Lifestyle | Sabtu, 19 Juli 2025
PIFA, Lifestyle – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa Coca-Cola akan beralih menggunakan gula tebu untuk produk yang dijual di AS. Pernyataan itu ia sampaikan melalui laman media sosialnya, seperti dikutip dari Health, Sabtu (19/7).
“Ini akan menjadi langkah yang sangat baik dari mereka. Anda akan lihat nanti. Ini jauh lebih baik,” tulis Trump.
Namun hingga kini, pihak Coca-Cola belum mengonfirmasi perubahan tersebut. Diketahui, selama ini Coca-Cola yang dijual di Amerika menggunakan pemanis dari sirup jagung fruktosa tinggi—bahan yang dianggap lebih murah dibandingkan gula tebu.
Pada awal 1980-an, Coca-Cola memang menggunakan gula tebu, namun kemudian beralih ke sirup jagung. Di beberapa negara lain seperti Meksiko, produk cola masih diproduksi menggunakan gula tebu, biasanya dijual dalam botol kaca.
Meski terkesan lebih alami, para ahli gizi mengingatkan bahwa gula tebu tetap termasuk gula rafinasi. CEO NY Nutrition Group, Lisa Moskovitz, RD, CDN, menyatakan, “Gula tebu di permukaan mungkin tampak lebih sehat karena alami, tetapi efek berhenti di situ.”
Sementara itu, Juru Bicara Academy of Nutrition and Dietetics, Caroline Susie, RDN, LD, menjelaskan bahwa tubuh memperlakukan semua jenis gula dengan cara yang sama. Konsumsi berlebihan, baik dari sirup jagung maupun gula tebu, tetap berisiko meningkatkan berat badan, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan penyakit hati berlemak.
Para ahli tidak menyarankan konsumsi soda secara rutin. Meski soda diet dianggap lebih baik karena tidak mengandung gula atau kalori, mereka tetap tidak merekomendasikannya. Air putih dan teh tanpa gula tetap menjadi pilihan terbaik untuk hidrasi.