Warga Ngamuk! Polisi Amankan Pimpinan Ponpes Bani Ma'mun Terkait Dugaan Pencabulan Santriwati di Serang
Serang | Senin, 2 Desember 2024
Suasana Pondok Pesantren di Serang, Banten, yang diamuk warga. (detikNews)
Serang | Senin, 2 Desember 2024
Lokal
PIFA, Lokal - Nathalia, ibunda petinju dunia asal Kalimantan Barat, Daud Yordan, yakin putranya menang melawan Hernan Carrizo petinju asal Argentina, dalam Laga di Khatulistiwa IBA World Super Lightweight Championship, pada Sabtu, 7 September 2024 malam, sekitar pukul 21.00 wibKeyakinan Nathalia disampaikan saat ia menemani Daud Yordan melakukan sesi timbang badan dan face-off jelang pertarungan dengan Hernan Carrizo, pada Jumat (6/9/2024) kemarin.“Mudah-mudahan berhasil, saya yakin menang,” ucapnya.Nathalia mengaku sering mengikuti dan menyaksikan pertandingan Daud Yordan, yang dikenal dengan julukan ‘The Boxing Senator’, saat bertanding di Indonesia, seperti di Jakarta, Bali, hingga Kalteng.“Dia bertanding di Jakarta, ada aku, selama aku sehat selalu aku ikut,” ungkapnya.Saat menyaksikan secara langsung Daud di ring tinju, sebagai orang tua, Nathalia mwngaku merasa cemas, khawatir dan berdebar-debar. Namun ia tetap memberikan semangat dan berdoa agar anaknya menang menjadi juara.“Kalau nonton langsung, saya suka berdebar-debar, mau minum terus, saya selalu doa agar dia baik-baik saja, dan menang,” ungkapnya.Petinju dunia asal Indonesia, Daud 'The Senator' Yordan, akan kembali tampil memukau di ring tinju dalam pertandingan 'Laga di Khatulistiwa' yang akan digelar pada 7 September 2024. Pertarungan ini akan berlangsung di GOR Ayani, Pontianak, Kalbar, dan akan memperebutkan gelar dunia badan tinju IBA dalam kategori kelas ringan super.Dalam pertarungan kali ini, Yordan akan menghadapi petinju tangguh asal Buenos Aires, Argentina, Hernan Leandro Carrizo. Carrizo memiliki catatan mengesankan dengan 18 kemenangan (8 di antaranya KO) dan hanya 1 kekalahan.Di sisi lain, Yordan, dengan 42 kemenangan (30 di antaranya KO) dan 4 kekalahan, siap menunjukkan kualitasnya di ring tinju.
Lifestyle
PIFA.CO.ID, LIFESTYLE- Kesehatan usus yang terganggu dapat menyebabkan berbagai kondisi kulit serta kambuhnya penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Ahli bedah NHS, Dr. Karan Rajan, mengungkapkan bahwa kesehatan usus memiliki dampak besar pada kondisi kulit.Dilansir Hindustan Times, Rabu, Dr. Rajan menjelaskan bahwa usus berkomunikasi dengan kulit melalui mikrobioma dan sistem kekebalan tubuh. Jika terjadi gangguan pada mikrobioma usus, dampaknya dapat terlihat langsung pada kulit."Misalnya, jika kita memiliki reaksi alergi terhadap makanan yang kita makan, tanda-tanda pertama akan muncul di kulit, bisa berupa ruam atau bibir yang bengkak," ujarnya.Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa anak-anak dengan eksim cenderung memiliki tingkat keragaman mikrobioma usus yang lebih rendah serta kekurangan bakteri usus yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakseimbangan mikrobioma usus dapat memicu peradangan kulit.Beberapa kondisi kulit yang berkaitan dengan gangguan usus di antaranya adalah dermatitis herpetiformis (DH) pada penyakit celiac, luka kulit pada penyakit Crohn, serta rosacea yang berhubungan dengan pertumbuhan bakteri usus halus yang berlebihan (SIBO).Menurut Dr. Rajan, bahkan kondisi otak juga dapat memengaruhi kesehatan kulit, yang dikenal dengan istilah sumbu otak-usus-kulit."Sindrom iritasi usus besar (IBS), yang dapat menyebabkan nyeri perut yang menyiksa, dapat menyebabkan tekanan emosional dan kemudian menyebabkan kambuhnya kondisi kulit kronis seperti rhesus atau eksim atau jerawat," jelasnya.Untuk menjaga kesehatan kulit, Dr. Rajan menyarankan agar masyarakat memperhatikan kebersihan usus. Faktor seperti pola makan, kualitas tidur, tingkat aktivitas fisik, dan lingkungan juga turut berperan dalam kesehatan kulit secara keseluruhan.
Internasional
Berita Internasional, PIFA - Indonesia menyampaikan 3 aspek utama yaitu pencegahan, rehabilitasi dan integrasi serta hak-hak anak yang terasosiasi terorisme di Forum Persatuan Bangsa-bangsa (PBB). Ketiga standar perlindungan anak itu disampakan pada sesi ke-31 Komisi Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana/Commission on Crime Prevention and Criminal Justice (CCPCJ) yang berlangsung di Wina, Austria (16/05). Sekretaris Utama BNPT (Sestama) Mayjen Dedi Sambowo dalam forum tersebut juga menyampaikan bahwa kejahatan lintas negara semakin kompleks dengan adanya pandemi dan memberikan tantangan tersendiri bagi negara-negara, termasuk semakin maraknya kejahatan siber. “Terdapat kebutuhan mendesak untuk memiliki suatu norma dan standar internasional perlindungan yang komprehensif bagi anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris dan ekstermis berbasis kekerasan", tegasnya. “Tantangan kejahatan global sangat beragam termasuk eksploitasi dan penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat", sambungnya. Kemudian Sestama BNPT juga menyampaikan pengalaman Indonesia dalam mengimplementasikan restorative justice untuk mengurangi kejahatan dan kelebihan kapasitas di lembaga pemasyarakatan. Lebih lanjut, Indonesia juga menggarisbawahi tiga langkah utama yang harus dilakukan bersama untuk menanggulangi kejahatan transnasional, yang meliputi identifikasi dan antisipasi ancaman kejahatan transnasional yang terus berkembang, kebijakan nasional yang responsif, serta penguatan kerjasama internasional di segala tingkat. Pada Sesi ke-31 CCPCJ ini, Indonesia menyampaikan kembali pencalonan Indonesia sebagai anggota CCPCJ periode 2024-2026. Forum CCPCJ dihadiri pejabat tinggi dan perwakilan dari negara-negara PBB. Forum ini dibentuk pada tahun 1992 oleh the Economic and Social Council (ECOSOC) dan berfungsi sebagai badan pembuat keputusan di bawah naungan PBB dalam bidang pencegahan kejahatan dan peradilan pidana. Adapun delegasi Indonesia yang hadir dalam sesi tersebut diantaranya BNPT, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, serta Perutusan Tetap RI di Austria, yang sebagian mengikuti secara daring dari Jakarta. (yd)