PIFA.CO.ID, INTERNASIONAL - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan kesiapannya untuk mundur dari jabatannya demi terciptanya perdamaian di Ukraina serta bergabungnya negara tersebut sebagai anggota NATO. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam konferensi pers di Kiev pada Minggu (23/2).

"Jika perdamaian dapat terwujud bagi Ukraina, jika pengunduran diri saya benar-benar dibutuhkan, saya siap. Saya akan menukarnya dengan (keanggotaan) NATO jika syarat itu diusulkan. Tanpa penundaan," ujar Zelensky.

Pernyataan ini menandai langkah besar dalam upaya diplomasi Ukraina di tengah konflik berkepanjangan dengan Rusia. Kiev selama ini telah berupaya mencari jaminan keamanan alternatif, termasuk keanggotaan Uni Eropa (UE), untuk memastikan stabilitas ekonomi dan pendanaan eksternal bagi militer Ukraina yang memiliki sekitar 800.000 personel.

Dalam kesempatan yang sama, Zelensky juga menegaskan bahwa dirinya akan menuntut jaminan keamanan yang jelas bagi Ukraina dalam kesepakatan mineral dengan Amerika Serikat. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi Ukraina untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi tekanan geopolitik.

Keanggotaan NATO telah lama menjadi tujuan utama Ukraina, namun perjalanan menuju keanggotaan penuh masih menghadapi banyak tantangan, termasuk sikap sejumlah negara anggota aliansi serta dinamika politik global yang berkembang. Sikap Zelensky ini dinilai sebagai upaya mempercepat proses tersebut dengan menempatkan kepentingan nasional di atas kepemimpinannya sendiri.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari NATO maupun negara-negara anggota terkait pernyataan Zelensky tersebut. Namun, langkah ini dipastikan akan menjadi perbincangan utama dalam diskusi geopolitik internasional dalam beberapa waktu ke depan.